Ekonom UI: Gelombang PHK di RI Dorong Tenaga Kerja UMKM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ekonom Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, menilai gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 2016 akan mendorong semakin banyaknya tenaga kerja baru pada sektor informal seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Gelombang PHK pada perusahaan-perusahaan besar yang terjadi pada awal tahun 2016 akan berlanjut, mendorong semakin banyak tenaga kerja sektor informal (UMKM). Tenaga kerja membuka usaha baru, atau bekerja pada UMKM yang sudah ada,” kata Eugenia Mardanugraha dalam diskusi bersama redaksi satuharapan.com bertajuk “Proyeksi Ekonomi Makro 2016 dan Kesiapan UKM Menghadapi MEA” di Gedung Sinar Kasih, Jakarta, hari Rabu (10/2).
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia itu, bertambahnya tenaga kerja baru dalam sektor UMKM bisa berdampak negatif maupun positif.
“Positif untuk meningkatkan kapasitas produksi dari UMKM, sedangkan negatif jika membebani UMKM namun tidak menambah produksi,” kata dia.
Direktur UKM Center FEB UI itu mengatakan UKM memiliki peranan besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut datanya, 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) disumbang dari sektor UMKM dan 98 persen tenaga kerja terserap di sektor UMKM.
“Terkait PHK, kalau misalkan pabrik-pabrik itu pada tutup semua, sebagian dari mereka itu (pekerja/buruh yang terkena PHK) kan akan membuka usaha sendiri atau bekerja di UKM-UKM yang sudah berdiri. Atau kalau misalkan mereka dapat pesangon, mereka mau buka usaha sendiri atau membuka usaha barui,” dia mencontohkan.
Tidak ada PHK Massal
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, menegaskan tidak ada pemutusan hubungan kerja massal seperti yang dikabarkan dalam sejumlah pemberitaan nasional.
"Tidak ada PHK massal. Tapi kalau misalnya perusahaan mengubah produknya dan mengakibatkan adanya pengurangan, itu biasa," kata Franky seusai meresmikan pabrik kayu lapis di Belitung, hari Jumat (5/2).
Franky menyampaikan hal tersebut menyusul kabar yang menyatakan bahwa perusahaan elektronik Jepang, Panasonic dan Toshiba, menutup perusahaannya dan menyebabkan sekitar 2.500 orang menjadi korban PHK.
Sementara itu, pihak Panasonic membantah setelah dikabarkan akan menutup perusahaan di Indonesia. Perusahaan menyatakan justru sedang menggabungkan (merger) dua unit bisnis lampunya untuk mengikuti perkembangan teknologi dan memperkuat daya saing.
Panasonic Grup melakukan restrukturisasi perusahaan industri lampu di Indonesia yang berlokasi di Pasuruan (Jawa Timur), Cikarang, dan Cileungsi (Jawa Barat).
Sedangkan PT Toshiba Consumer Products Indonesia menyatakan perusahaan melakukan restrukturisasi organisasi dengan mengalihkan manajemen pabrik di Cikarang, Bekasi kepada Skyworth Group asal China untuk meningkatkan daya saing.
Kendati ada potensi pengurangan kerja, pemerintah mengklaim tidak ada PHK massal dalam proses restrukturisasi kedua perusahaan tersebut.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...