Eks Menlu Singapura Puji Kesatuan RI di Hadapan Civitas UK Maranatha
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Yeo Yong-Boon George, B.A., M.B.A., atau lebih dikenal sebagai George Yeo, mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Singapura menilai pendidikan di universitas tidak hanya pada penyampaian pengetahuan, tetapi juga penghubungan antarindividu dan pembentukan nilai moral.
Menurut penulis terkenal yang telah menerbitkan tiga seri buku itu, potensi manusia untuk bekerja sama sebagai sebuah komunitas tidak memiliki batas. Namun, keinginan untuk mengendalikan dan memanfaatkan keuntungan dari orang lain membuat kita menjadi egois saat berkolaborasi.
Tak hanya itu, George Yeo juga mengungkapkan bahwa kesatuan terbentuk dari kenyataan bahwa “kita semua berbeda” dan perbedaan tersebut dapat melengkapi satu sama lain.
“Kesatuan Indonesia terletak pada sikap saling menghormati yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita layak dihargai sebagai diri kita apa adanya, tidak hanya berdasarkan dengan preferensi mereka," kata George Yeo dikutip Senin (29/1).
Selain itu, katanya, kesatuan bersifat dinamis. "Oleh karena itu, kita perlu terus beradaptasi dengan perbedaan yang ada, terutama teknologi,” ucap George Yeo.
Sebelumnya Universitas Kristen Maranatha menggelar seminar internasional dengan tema “Diversity as the Only Basis of Unity” pada Jumat, 12 Januari 2024 di Auditorium Prof. Dr. P. A. Surjadi, M.A. Acara ini dihadiri oleh seluruh civitas academica UK Maranatha serta rektor dari berbagai instansi di Jawa Barat, termasuk Institut Teknologi Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Padjadjaran, Telkom University, Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung, Institut Teknologi Nasional, Universitas Komputer Indonesia, Universitas Sangga Buana, Universitas Advent Indonesia, dan Universitas Widyatama.
Dalam sambutannya, Rektor UK Maranatha, Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D., IPU, mengatakan bahwa kesatuan muncul dari keberagaman. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa semangat dan pandangan terbuka anak muda saat ini memudahkan mereka dalam menerima perbedaan.
“Maranatha memandang perbedaan sebagai anugerah yang patut disyukuri, dijalani, dan diberi makna dengan tepat. Mahasiswa Maranatha tidak hanya berasal dari Sabang sampai Merauke, tetapi juga dari berbagai negara dengan latar belakang budaya dan agama yang beragam, tetapi tetap mampu berjalan bersama. Dengan adanya perbedaan ini, saya harap mahasiswa dapat terus menerapkan semangat bineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu,” ungkap Prof. Sri.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...