Ekshibisi Eksplorasi Perjalanan Pengungsi Palestina Resmi Dibuka
“Dalam harapan kami, Palestina akan menjadikan ini sebagai bagian dari benda historis mereka. Kalau tidak ada foto ini, masyarakat nanti bisa lupa.”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ekshibisi foto yang mengeksplorasi perjalanan panjang pengungsi Palestina resmi dibuka oleh Direktur Pusat Informasi PBB di Jakarta Michele Zaccheo, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N Mehdawi, Kepala Bidang Hubungan Donatur Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Virginia Villar-Arribas, serta Direktur Kerja Sama Teknis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Siti Nugraha Mauludiah pada Senin (1/12) siang di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.
Ekshibisi ini digelar oleh Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia bekerja sama dengan Pusat Informasi PBB di Jakarta dan Kemenlu dalam rangka peringatan Hari Internasional Solidaritas untuk Masyarakat Palestina.
"Pameran ini menampilkan sekitar 40 foto dari UNRWA di Timur yang mencakup berbagai aspek kehidupan dan sejarah pengungsi Palestina dari tahun 1948 sampai sekarang," ujar Michele kepada satuharapan.com seusai meresmikan ekshibisi tersebut.
Sebenarnya, kata Michele, foto ini berjumlah 140 lembar. Akan tetapi, banyak di antaranya yang masih berada di Gaza dan sulit untuk dibawa ke Indonesia.
“Susah foto-foto itu untuk dibawa keluar dari sana, jadi kami perlu mendigitalisasi agar semua bisa dilihat oleh publik,” kata dia.
Mendigitalisasi foto-foto pengungsi Palestina ini dikatakan Michele sebagai pekerjaan penting karena nantinya akan diperlukan oleh berbagai pihak untuk melacak dokumen sejarah.
“Dalam harapan kami, Palestina akan menjadikan ini sebagai bagian dari benda historis mereka. Kalau tidak ada foto ini, masyarakat nanti bisa lupa,” ujar pria yang berasal dari Roma itu.
Tidak hanya di Indonesia, ekshibisi untuk memperingati Hari Internasional Solidaritas untuk Masyarakat Palestina juga digelar di sekitar 14 negara, tiga di antaranya ialah Italia, Spanyol, dan Jepang.
Sementara itu, di Indonesia, ekshibisi ini digelar mulai Sabtu (29/10) hingga Kamis (4/12) di Museum Nasional dan dilanjutkan di Perpustakaan Nasional mulai Minggu (6/11).
“Setelah itu belum pasti kami menyelenggarakan di mana lagi, yang pasti kami akan cari institusi atau universitas yang mau memamerkan foto-foto ini selama satu bulan. Ini memang terbatas pada biaya, partisi-partisi ini kami harus meneywa. Yang jelas kami senang bisa memajang karya-karya ini untuk dipamerkan,” kata Michele.
Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N Mehdawi mengungkapkan ekshibisi ini adalah bagian dari sejarah.
“Yang paling penting yang harus dimengerti orang, ekshibisi ini menceritakan secara implisit asal mula Palestina. Melalui ekshibisi ini semua orang ingat bagaimana orang-orang di Palestina diserang dan bertahan,” ujarnya.
Menurut Mehdawi, setiap peristiwa dalam foto adalah kisah yang mengukir sejarah.
“Ini kisah nyata. Terima kasih untuk menjaga cerita ini agar tetap hidup dalam bentuk gambar,” ujar dia.
Sementara itu, Virginia memandang pameran ini sebagai alat refleksi.
“Pameran ini membawa kita melihat perjalanan Palestina yang panjang dan mengajak kita untuk merefleksikan ini sebagai masalah kemanusiaan yang harus mendapat perhatian,” Virginia menambahkan.
Foto-foto yang dipampang di ruang kaca Museum Nasional itu memang menampilkan beragam realitas kehidupan pengungsi yang menjadi korban di jalur Gaza dan bagian wilayah konflik lainnya di Palestina.
Hingga kini, lebih dari lima juta pengungsi lontang-lantung di Palestina.
“Mereka tidak punya tanah, tidak punya tempat sendiri,” kata Michele.
Pengungsi-pengungsi yang terekam dalam gambar tersebut, kata Michele merupakan korban dari konflik politik yang bersinggungan dengan masalah kemanusiaan.
“Ini bukan konflik agama, ini konflik politik yang menyangkut kemanusiaan,” ujarnya.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...