El-Sisi Dipromosikan Jadi Panglima Tertinggi Mesir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Presiden sementara Mesir, Adly Mansour, mengeluarkan dekrit presiden pada hari Senin (27/1) mempromosikan Jenderal Abdel - Fattah El-Sisi, panglima militer dan menteri pertahanan Mesir, dengan pangkat Field Marshal.
Pangkat ini sejajar dengan panglima tertinggi atau jenderal besar seperti di Indonesia dengan bintang lima. El-Sisi pernah menjabat kepala intelijen militer Mesir pada 2010, kemudian menjadi menteri pertahanan pada masa pemerintahan Presiden Mohammed Morsi pada bulan Agustus 2012.
Dia kemudian menggulingkan Morsi pada Juli 2013. El-Sisi menjadi panglima militer Mesir dan menteri pertahanan pada pemerintahan sementara hingga sekarang. Promosi pangkat itu kemungkinan untuk memperkuat El-Sisi sebagai calon presiden Mesir yang akan datang.
Menggulingkan Morsi
Popularitas sang jenderal melonjak ketika pada 3 Juli 2013 mengumumkan pencopotan Morsi dari kursi kepresidenan di tengah protes massa nasional melawan pemerintahan Morsi yang Islami yang baru berusia satu tahun.
Popularitasnya ini mendorong sejumlah kampanye yang mendorong sang jenderal untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Pemilihan itu kan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang setelah pertengahan Januari disetujui konstitusi baru melalui referendum.
Sebelumnya, El-Sisi mengumumkan bahwa dia tidak akan mengejar kekuasaan, namun belakangan ini dia mengatakan kemungkinan terbuka untuk menjadi calon presiden.
Pada hari Minggu (26/1), Mansour mengumumkan bahwa pemilihan presiden akan diadakan lebih awal sebelum pemilihan anggota parlemen. Amandemen terhadap roadmap transisi Mesir yang disepakati oleh berbagai kekuatan politik negeri itu menyepakati diselenggarakan hingga 3 Juli.
Menurut keputusan Mansour, Komisi tertinggi Pemilihan Presiden (SPEC) harus mulai prosedur pemilihan tidak kurang dari 30 hari dan tidak lebih dari 90 hari setelah konstitusi baru disetujui.
Konstitusi diberlakukan pada tanggal 18 Januari, setelah referendum pada 14-15 Januari menghasilkan persetujuan mayoritas sebesar 98,1 persen dukungan rakyat. Dengan demikian, pemilihan presiden harus dilakukan antara 17 Februari dan 18 April.
Pada hari Sabtu (25/1), puluhan ribu orang berkumpul di lapangan Tahrir dan di tempat lain di negara itu untuk merayakan ulang tahun ketiga revolusi 25 Januari. Ribuan orang membawa spanduk dan poster yang mendesak Abdel Fattah - El-Sisi untuk mencalonkan diri sebagai presiden. (ahram.org.eg)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...