Elon Musk dan X Dituduh Jadi Pusat Misinformasi Pilpres AS
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Klaim palsu atau menyesatkan oleh miliarder Elon Musk tentang pemilu Amerika Serikat telah mengumpulkan dua miliar penayangan di platform media sosial X tahun ini, menurut sebuah laporan oleh kelompok nirlaba Center for Countering Digital Hate.
Platform tersebut juga memainkan peran utama dalam memungkinkan penyebaran informasi palsu tentang negara-negara bagian medan pertempuran penting yang kemungkinan akan menentukan hasil pemilihan presiden, kata para ahli pemilu dan misinformasi pada hari Senin (4/11).
X tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sejak mengambil alih perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Musk telah membatasi moderasi konten dan memberhentikan ribuan karyawan. Ia telah memberikan dukungannya kepada mantan Presiden Donald Trump, yang terkunci dalam persaingan yang sangat ketat melawan kandidat Demokrat Kamala Harris.
Jangkauan besar Musk dengan hampir 203 juta pengikut membantu memungkinkan "efek jaringan" di mana konten di X dapat berpindah ke media sosial dan platform pengiriman pesan lainnya seperti Reddit dan Telegram, kata Kathleen Carley, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon dan pakar disinformasi.
"X adalah penghubung dari satu platform ke platform lainnya," katanya.
Setidaknya 87 unggahan Musk tahun ini telah mempromosikan klaim tentang pemilu AS yang dinilai oleh pemeriksa fakta sebagai salah atau menyesatkan, mengumpulkan dua miliar penayangan, menurut laporan Pusat Penanggulangan Kebencian Digital.
Di Pennsylvania, salah satu dari tujuh negara bagian yang menjadi penentu, beberapa pengguna X telah memanfaatkan contoh administrator pemilu setempat yang menandai formulir pendaftaran pemilih yang tidak lengkap yang tidak akan diproses, secara keliru menggambarkan peristiwa tersebut sebagai contoh campur tangan pemilu, kata Philip Hensley-Robin, direktur eksekutif Pennsylvania di Common Cause, selama jumpa pers pada hari Senin.
Common Cause adalah organisasi non partisan yang mempromosikan pemerintahan yang bertanggung jawab dan hak pilih.
Beberapa akun X menyiratkan "bahwa ada kecurangan pemilih, padahal sebenarnya, kami tahu dengan sangat jelas bahwa pejabat pemilu dan administrator pemilu di semua daerah kami mengikuti aturan dan ... oleh karena itu hanya pemilih yang memenuhi syarat yang memberikan suara," kata Hensley-Robin.
Cyabra, sebuah perusahaan yang menggunakan AI untuk mendeteksi disinformasi daring, mengatakan pada hari Senin bahwa akun X dengan 117.000 pengikut memainkan peran penting dalam membantu menyebarkan video palsu yang dimaksudkan untuk menunjukkan surat suara Pennsylvania untuk Trump dihancurkan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Pep Guardiola Balas Ejekan Fans Liverpool dengan Enam Trofi ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pelatih Manchester City Pep Guardiola mengingatkan para penggemar Liverpo...