Empat Musim (Le quattro stagioni), ketika Vivaldi Mendahului Zamannya
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ansamble Musik Anak dan Remaja Indonesia (AMARI) Jogja pada Jumat (17/2) malam menyajikan konser orkestra klasik karya Antonio Vivaldi berjudul Empat Musim (Le quattro stagioni) di Auditorium Lembaga Indonesia Prancis (IFI-LIP) Jl Sagan No 3 Yogyakarta.
Dalam obrolan ringan dengan satuharapan.com setelah konser, music director Fafan Isfandiar memaparkan cerita tentang Empat Musim (Le quattro stagioni). Karya Antonio Vivaldi, komposer zaman Barok kelahiran Venesia-Italia ini, merupakan salah satu masterpiece yang populer di seluruh dunia, sehingga banyak solois biola kelas dunia yang memainkannya dalam konser mereka, juga merekam dalam bentuk audio (piringan hitam, kaset dan CD).
Salah satu di antaranya adalah Vanessa Mae, violis perempuan yang populer di Indonesia pada awal 1990-an. Nigel Kennedy, violis asal Inggris, membuat rekaman Vivaldi: The Four Seasons pada tahun 1989, yang merupakan intepretasi ulang Nigel Kennedy atas Le quattro stagioni karya Vivaldi. Kennedy mampu menjual 2 juta keping dan tercatat sebagai salah satu angka penjualan tertinggi yang pernah dicapai dalam industri musik klasik.
"Empat Musim (Le quattro stagioni) dimainkan AMARI dalam komposisi aslinya dengan permainan instrumen string (dawai) gesek," kata Fafan. Enam biola, tiga cello-bass dimainkan mengiringi solo biola dalam masing-masing bagian.
Le Quattro Stagioni (Italia) yang dibuat Vivaldi untuk menggambarkan cerita dan suasana pada empat musim yang terjadi di wilayah Eropa yang beriklim subtropis ditandai dengan empat musim yaitu musim semi (spring), musim panas (summer), musim gugur (autumn), dan musim dingin (winter).
AMARI mengawali konser dengan menampilkan Konserto No 1 dalam E Mayor, Op. 8, RV 269, “La Primavera” (Musim Semi) dengan permainan solo biola oleh Sekarayu Tunggadewi Anugraputri. Bagian ini menceritakan suasana menjelang musim semi, dimana burung-burung berkicau bersahut-sahutan dengan riang menyambut kedatangannya. Lalu ada badai dan guntur yang datang bersamaan dengan mendung yang menyelimuti langit. Setelah badainya reda, burung-burung kembali bernyanyi dengan gembira.
Bagian kedua dari Musim Semi dengan tempo (lambat), melodi utama yang seharusnya dimainkan oleh seorang solois, dimainkan beramai-ramai oleh Sekar, Callista, dan Fafa bersama 6 anggota AMARI lainnya. Bagian kedua menggambarkan hamparan padang bunga, gemerisik bunyi ranting-ranting dan dedaunan.
Setelah selesai memainkan bagian kedua, Sekar menyelesaikan bagian ketiga Musim Semi dengan permainan biola dalam tempo cepat sebagai gambaran suasana pedesaan (Allegro Pastorale). Bagian ini menggambarkan riuhnya bunyi bag pipe, peri, juga penggembala yang berdansa di bawah kanopi pada musim semi yang cerah.
Alvito Putra Kusuma memainkan Konserto No 2 dalam G Minor, Op. 8, RV 315, “L’estate” (Musim Panas). Vito memainkan bagian pertama dengan tempo Allegro non-molto (tidak terlalu cepat) diawali dengan bagian yang bertempo lambat yang menggambarkan suasana terik surya yang menyengat tanpa henti, sehingga orang-orang kepanasan dan kelelahan. Lalu disambung dengan bagian solo dengan tempo cepat yang menggambarkan embusan angin kencang tiba-tiba bertiup ke arah mereka, sehingga sang gembala ketakutan akan badai dahsyat yang bakal menghadang.
Bagian kedua dengan tempo lambat dan lembut bergantian dengan tempo yang cepat dan keras (Adagio e piano – Presto e forte) menggambarkan suara serangga kecil dan lalat yang berdengung bergantian dengan gelegar guntur dan kilatan halilintar.
Konserto Musim Panas diakhiri dengan bagian bertempo sangat cepat (Presto) yang menggambarkan suara guntur yang bersahut-sahutan dengan kilatan halilintar serta hujan deras yang merusak ladang jagung para petani. Pada permainan konserto Musim Panas, pemain AMARI menggunakan kacamata hitam (sunglass) untuk mengurangi silau sinar matahari.
Raka Affa Arasya Maharika memainkan bagian solo pada musim berikutnya, yaitu Konserto No 3 pada F Mayor, Op. 8, RV 293, “L’autunno” (Musim Gugur). Seperti 3 musim yang lainnya, karya ini juga terdiri atas 3 bagian, cepat – lambat – cepat.
Diawali dengan bagian pertama dengan tempo cepat (Allegro) yang menceritakan tentang para petani yang bernyanyi dan menari saat merayakan panen, dilanjutkan bagian kedua yang bertempo sangat lambat (Adagio molto) menggambarkan sejuknya embusan angin yang membuat semua makhluk tidur dengan nyenyak. Pada bagian ketiga yang bertempo cepat (Allegro) menggambarkan suasana perburuan, dimulai saat fajar menyingsing hingga berhasil mendapatkan hasil buruannya.
Musim yang terakhir yaitu Konserto No 4 pada F Minor, Op. 8, RV 297, “L’inverno” (Musim Dingin) dengan permainan solo biola oleh Athaya Hanan. Bagian pertama dengan tempo yang tidak terlalu cepat (Allegro non moto) menggambarkan kebekuan, angin yang menusuk membuat menggigil hingga gigi-gigi gemeretak. Bagian kedua yang merupakan bagian terpopuler di antara ketiga bagian di musim ini, dimainkan oleh Haya dengan ditemani permainan biola tujuh anggota AMARI yunior. Pada bagian ini, iringannya dimainkan dengan teknik pizzicato (dipetik). Bagian ini menggambarkan orang-orang yang sedang berisitrahat di dekat perapian.
Konserto Musim Dingin ditutup dengan bagian cepat (Allegro) yang menceritakan bagaimana orang-orang menyusuri jalan setapak yang berlapis es dengan perlahan dan hati-hati karena takut tergelincir dan jatuh. Pada saat tiba-tiba berbalik, lalu terpeleset dan jatuh, kemudian segera bangkit dan mempercepat langkahnya, takut lapisan es akan terbelah. Bagian ini juga menggambarkan embusan angin yang melalui pintu yang tidak terkunci, sehingga membawa suasana ceria pada musim dingin.
Pada setiap awal bagian konserto Fafan memberikan narasi-ilustrasi bagian yang akan dimainkan untuk membantu penonton.
"Pada permainan komposisi aslinya, Empat Musim (Le quattro stagioni) sering dilengkapi dengan soneta yang menggambarkan masing-masing musim," jelas Fafan.
Empat Musim (Le quattro stagioni), Komposisi yang Mendahului Masanya
Karya-karya musik yang dibuat berdasarkan sebuah cerita atau untuk menggambarkan sebuah cerita seperti yang dibuat oleh Vivaldi, dalam perkembangan selanjutnya muncul istilah Musik Program, dan baru bermunculan serta banyak dibuat pada Zaman Romantik (1830 – 1900).
Bisa dikatakan Empat Musim merupakan karya musik yang mendahului masanya, karena pada zaman itu belum ada komposer membuat karya musik yang menceritakan atau menggambarkan sesuatu. Pada zaman Barok (1600 - 1750), kebanyakan komposer membuat karya musik hanyalah untuk keindahan musik itu sendiri tanpa ada elemen lain di luar musik, karya musik ini disebut dengan musik absolut. Karya Vivaldi ini berupa Konserto Biola dengan iringan ansambel gesek ditulis pada tahun 1723 dan pertama kali dipublikasikan dalam sebuah konser di Amsterdam pada tahun 1725.
"Dengan memberikan ilustrasi singkat dalam setiap konserto selama pementasan, AMARI mencoba menyajikan konser klasik sebagai sebuah pertunjukan yang tidak berat," kata Fafan. Fafan menceritakan pengalamannya saat persiapan tur Eropa bersama Kua Etnika tahun 2004. Dalam persiapan tersebut hampir setiap hari dia memutar musik-musik klasik. Hasilnya, Fafan merasakan bahwa musik klasik lebih sederhana dan mudah dicerna, dan itu bisa membantu banyak dalam persiapan turnya bersama Kua Etnika saat itu.
Di Auditorium Lembaga Indonesia Prancis (IFI-LIP), anak-anak dan remaja yang tergabung dalam AMARI telah menampilkan Empat Musim (Le quattro stagioni) dalam permainan orkestra ansembel secara ringan dan menyenangkan.
Editor : Sotyati
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...