Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:06 WIB | Selasa, 19 Januari 2016

Enam-Enem-Enom, Jazz Mben Senen Ulang Tahun Keenam

Enam-Enem-Enom, Jazz Mben Senen Ulang Tahun Keenam
Jazz Mben Senen merayakan ulang tahunnya yang ke-6 di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta, Senin (18/1). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Enam-Enem-Enom, Jazz Mben Senen Ulang Tahun Keenam
Sindhunata memotong kue ulang tahun Jazz Mben Senen yang ke-6 disaksikan Djaduk Ferianto (kaos oranye) dan Aji Wartono (kaos hitam - bertopi).
Enam-Enem-Enom, Jazz Mben Senen Ulang Tahun Keenam
Salah satu perform Jazz Mben Senen edisi ke-288: Tik! Tok!

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Empat belas grup jazz memeriahkan ulang tahun Jazz Mben Senen di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Dua buah lagu gubahan Ismail Marzuki berjudul Indonesia Pusaka dan Sabda Alam yang dimainkan dalam irama jazz oleh Eko Widyamanto Latin Project mengawali acara pada hari Senin (18/1) malam bertepatan episode ke-288 Jazz Mben Senen yang telah berlangsung sejak 2009.

Keempat belas grup yang tampil adalah Eko Widyamanto Latin Project, Felicidade, Jasmine Feat. Alcatraz Percussion, Mr. Dynamic, Batiga, Tik-Tok, Kaleb Project, Trio Jonathan (Etawa), Tricotado, Alldint, MFE (music for Everyone), Brazzigur Brass Band feat. Danny Eriawan, CISS Band, Donny Wirandana and the Quartet Harmony, yang selalu meramaikan pelataran BBY setiap episode Jazz Mben Senen bersama pemain musik grup-perorangan lainnya dan pengunjung untuk mengisi jam session ataupun menyaksikan perform pementas lainnya.

Keberadaan Jazz Mben Senen di Bentara Budaya Yogya tidak terlepas dari sentuhan tangan dingin Sindhunata (pendiri Bentara Budaya Yogyakarta) biasa dipanggil Romo Sindhu, Djaduk Ferianto (salah satu penggagas Ngayogjazz), koreografer Bambang Paningron,  serta Aji Wartono (Warta Jazz).

Cikal bakal Jazz Mben Senen berawal dari Jogja Jazz Club yang melakukan kegiatan jam session musik Jazz di Press Corner Yogyakarta yang sejak tahun 1999 diselenggarakan kegiatan Jazz Gayeng dalam format acara festival tahunan untuk menampung dan mengembangkan musik Jazz di Yogyakarta.

Jazz Mben Senen (JMS) sendiri dimulai dari acara jazz on the street yang diselenggarakan pada awal bulan Maret 2003 namun masih belum terjadwal rutin. Gagasan tersebut diprakarsai oleh Agung Prasetyo (Jogja Jazz Club/pimpinan festival Jazz Gayeng). Tahun 2007, penggemar dan pencinta jazz di Yogyakarta menyelenggarakan Jazz on The Street di Boulevard UGM depan gedung Purna Budaya Yogyakarta. Jazz on The Street mulai dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu pertama setiap bulannya.

Setelah berjalan dua tahun, Jazz on the Street atas prakarsa Romo Sindhu bersama Djaduk Ferianto, Bambang Paningron, Hatta Kawa, Aji Wartono, dan beberapa pencinta jazz di Yogyakarta bersepakat untuk membuat acara jam session rutin seminggu sekali. Dari obrolan yang berkembang, jam session akhirnya disepakati diadakan setiap hari Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta. Dari sinilah akhirnya acara tersebut dinamakan "Jazz Mben Senen".

Menikmati Musik Jazz dan  Persaudaraan

Semangat Jazz Mben Senen adalah belajar bersama dan membangun persaudaraan. Jazz Mben Senen terbuka bagi siapapun untuk nge-jam atau sekedar menikmati sajian musik jazz. Tidak ada batasan yang rumit tentang musik jazz di Jazz Mben Senen. Siapapun boleh memberikan interpretasi tentang jazz secara bebas, bahkan terbuka bagi pemula sekalipun. Proses dialog tanpa melihat latar belakang inilah yang lebih ditekankan sehingga terbangun komunikasi yang cair secara alami.

"Bentara Budaya Yogyakarta menjadi tempat bertemunya para (musisi) "perantauan" berbagi pengalaman ber-jazz. Di Jazz Mben Senen kita bisa saling ngobrol, berkomunikasi sekaligus belajar mengembangkan kreasi dan kreativitas. Di sini kita bisa menghibur diri, melepaskan ketegangan, serta membangun persaudaraan tanpa memandang perbedaan latar belakang. (Selain itu) Seni jika dipupuk akan menjadi penangkal segala bentuk kekerasan." papar Sindhunata dalam sambutan menyoroti fenomena kekerasan yang banyak terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.

Melihat mereka yang datang pada setiap gelaran Jazz Mben Senen yang selalu didatangi kaum muda baik dari Yogyakarta maupun luar Yogyakarta, ada perasaan optimis yang menyeruak ketika mereka terus berkarya dan berkreativitas dengan berbagi dalam ruang-tempat secara bersama. Merekalah yang nantinya akan menulis sejarah di masa datang. Ketika proses yang dilewati adalah proses dialogis berbagai arah dalam suasana persaudaraan, pesan inilah yang akan mereka sampaikan pada generasi nanti. Ketika persaingan adalah keniscayaan, nilai-nilai persaudaraan dan kemanusiaan akan mencairkannya.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home