Enigma, Dua Sisi Realitas dan Misteri
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - “Ilmu pengetahuan itu lahir dari imajinasi”, kalimat tersebut diucapkan Harlen Kurniawan seniman-perupa muda kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat enam tahun silam. Dalam perjalanannya, berbekal membebaskan imajinasinya hingga tahun 2016 empat pameran tunggal telah digelar di beberapa tempat.
Tahun 2018 Harlen Kurniawan untuk kelima kalinya menggelar pameran tunggal bertajuk "Enigma dan Realitas" di Langgeng art gallery.
Lima belas lukisan ukuran sedang-besar dan tujuh lukisan ukuran kecil yang kesemuanya beraliran abstrak dipamerkan dibuat Harlen dalam rentang 2012 hingga 2018. Dengan rentang waktu berkarya, pameran "Enigma dan Realitas" menjadi representasi perjalanan Harlen yang bisa jadi bersilang sengkarut dalam karya lukisnya yang lain, yang berbeda tema. Meski demikian, dua puluh dua karya lukis Harlen menjadi gambaran bagaimana karyanya menjadi presentasi misteri dan realitas yang dijalaninya dalam serangkaian karya lukis.
Keliaran, demikian yang kerap didentikkan dengan karya abstrak. Setidaknya hal ini bisa dibaca dari karya berjudul "Jalaludin Rumi" yang dominan dengan warna merah-oranye dengan sapuan garis tipis warna emas. Rumi yang dekat dengan dunia tasawuf dengan berbagai pengendapan justru direkonstruksi Harlen dalam warna yang menyala. Selalu ada kegairahan di tengah-tengah pengendapan yang sedang berlangsung. Begitupun pada karya lukisan "Doa-doa", dalam imaji warna merah-kuning doa menjadi ritual yang menggoda.
Sebuah lukisan besar berukuran 185 cm x 300 cm dengan tulisan kapital "ANHEDONIA" dalam posisi mirror berjudul "Mati Rasa" ada keriuhan sekaligus kesunyian dalam satu kanvas. Sebuah refleksi? Bisa jadi pembacaan setiap orang berbeda saat melihat karya "Mati Rasa".
Sulebar M Sukarman, pelukis abstrak pada sebuah pembukaan pameran menjelaskan bahwa karya lukis abstrak adalah sebuah kemerdekaan, bukan sekedar kebebasan. Bagi senimannya dan juga penikmatnya.
"Jangan tergesa-gesa (saat melihatnya). Nikmati saja karya (lukis abstrak) secara perlahan-lahan." jelas Sulebar.
Senada dengan Sulebar, seniman-perupa Widarsono Bambang sedikit menjelaskan fenomena karya lukis abstrak yang mulai marak dalam setahun terakhir di Yogyakarta. Alasan masing-masing seniman tentu berbeda mulai dari sekedar mencoba keluar dari kejenuhan, eksperimen-eksplorasi hingga beberapa serius mendalaminya.
Bambang menjelaskan, secara umum (karya) seni rupa abstrak adalah bahasa ungkap visual menggunakan elemen garis, warna, tekstur, bidang/ruang volume (jika tiga dimensi) tanpa tendensi apa-apa selain penyampaian rasa yang mewakili seorang seniman berikut kemampuan estetis, etik, juga pengetahuan (epistemologis) yang dimilikinya. Ada tiga hal penting dalam seni abstrak yaitu impresi, improvisasi dan ekspresi.
"Dalam pandangan saya, yang paling utama adalah adanya supremasi murni perasaan seni. Adapun komposisi maupun dekomposisi, harmonis maupun disharmonis, intuitif maupun matematis dan segala paradoks yang ditimbulkan oleh sebuah karya tetap memperkaya tawaran rasa sehingga lebih membuka lebar interpretasi bagi penikmat karya seni (rupa abstrak)." jelas Bambang kepada satuharapan.com saat pembukaan pameran Enigma, Jumat (13/4) malam.
Pelukis Rusia Wassily Kandinsky menganalogikan lukisan abstrak dengan kemiripan pada musik. Memahami lukisan abstrak bisa diibaratkan mendengarkan musik instrumentalia. Kita bisa merasakan keindahan nada-nada musik itu tanpa harus dibebani dengan muatan-muatan verbal.
Pameran tunggal Harlen Kurniawan bertajuk "Enigma" akan berlangsung hingga tanggal 28 April 2018 di Langgeng art foundation Jalan Suryodiningratan No 37 Yogyakarta.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...