Eropa Dilanda Gelombang Panas, Beberapa Sekolah di Prancis Diliburkan
PRANCIS, SATUHARAPAN.COM – Beberapa kawasan di Prancis mulai hari Kamis (27/6) meliburkan sekolah-sekolah, akibat gelombang panas yang melanda negeri itu, yang bisa mencapai 40 derajat celsius.
Sekitar 50 sekolah di kawasan Esonne, di selatan ibu kota Paris, telah diliburkan, karena tidak tersedia pendingin udara di sana.
Stasiun televisi Prancis BFMTV melaporkan sekolah-sekolah juga diliburkan di Val-de-Marne dan Seine-et-Marne dekat Paris.
Sementara itu, di kawasan timur laut Spanyol, gelombang panas juga membuat temperatur mencapai 45 derajat celsius, sementara di Italia dan Jerman masih di bawah 40 derajat.
Pemerintah Jerman sudah menyarankan warga mengurangi kegiatan fisik dan minum sekurangnya dua liter sehari.
Gelombang panas ini disebabkan udara panas yang berembus dari Sahara.
Swiss juga mengalami gelombang panas, tetapi pihak berwenang berkeras sekolah tetap buka, karena orang tua yang bekerja tidak akan bisa menunggui anak-anak mereka di hari kerja.
Pihak berwenang di Paris dan Lyon, Prancis, hanya mengizinkan kendaraan dengan polusi udara rendah yang boleh beroperasi mulai hari Rabu (25/6).
Di Paris, hanya mobil yang dibuat sejak tahun 2006 yang boleh ke jalan, sedangkan untuk mobil berbahan bakar solar, aturan berlaku untuk mobil yang berusia delapan tahun atau kurang.
Paris kadang mengalami kabut asap atau smog saat cuaca panas.
Para pengemudi di Paris juga ditawari tempat parkir gratis untuk mendorong mereka menggunakan angkutan umum.
Prancis pernah mengalami trauma gelombang panas buruk di tahun 2003 yang diduga menyebabkan kematian 15.000 orang.
Hampir seluruh Prancis kini ada dalam tanda bahaya oranye - tingkat kedua terendah sebelum merah, dan pihak berwenang setempat mengeluarkan petunjuk agar warga bisa terhindari dari panas.
Ramalan cuaca di Spanyol mencuitkan peta negeri itu berubah warna merah gelap, diiringi pesan, "neraka datang".
Gelombang Panas Melanda Eropa
Para ahli mengaitkan gelombang panas ini dengan krisis iklim, di mana suhu global meningkat satu derajat celsius semenjak industrialisasi.
Sebuah institut klimatologi di Potsdam, Jerman, mengatakan cuaca paling panas yang pernah dicatat di Eropa sejak tahun 1500 semuanya terjadi pada abad ke-21.
Di Negara Bagian Saxony-Anhalt, Jerman timur, batas kecepatan diterapkan di jalan bebas hambatan karena adanya risiko panas bisa merusak permukaan jalan.
Sementara itu, polisi di Negara Bagian Brandenburg memasang foto seorang pria yang bertindak terlalu jauh untuk menjaga dirinya tetap dingin: mengendarai sepeda motornya dengan bertelanjang bulat. (bbc.com)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...