Eropa Luncurkan Satelit Lingkungan Berteknologi Tinggi
GUYANA, SATUHARAPAN.COM - Eropa meluncurkan satelit berteknologi tinggi yang dirancang untuk memantau perubahan iklim dan kerusakan lingkungan di bumi untuk membantu operasi bantuan bencana.
Sentinel-1A, satelit yang dirancang untuk memindai bumi dengan radar yang mampu menembus awan, lepas landas pada hari Kamis (3/4) malam dengan roket Soyuz dari Kourou, Guyana Prancis, kata European Space Agency (ESA).
Satelit ini adalah yang pertama dari beberapa monitor orbital yang akan dibangun dan diluncurkan di bawah projek Copernicus senilai US$ 5 milyar, suatu usaha bersama dari ESA dan Uni Eropa.
Peluncuran satelit ini Ini akan diikuti sateli Sentinel-1B, yang akan diluncurkan menjelang akhir tahun depan, menurut kantor berita AFP.
Satelit beroperasi pada 180 derajat dan pada ketinggian sekitar 700 kilometer, serta akan mampu mengambil gambar radar di mana saja di bumi dalam waktu enam hari.
Radar scanning memiliki berbagai kegunaan termasuk kerusakan gunung es, tumpahan minyak, mendeteksi penebangan liar. Data akan bisa diakses secara luas kepada publik dan bisa digunakan untuk kepentingan lingkungan, seperti dalam konstruksi dan transportasi.
Bencana Lingkungan
Dengan pemetaan daerah yang dilanda banjir atau gempa bumi, monitor juga dapat membantu tim darurat mengidentifikasi daerah yang paling parah, serta menemukan jalan, jalur kereta api, dan jembatan yang masih bisa dilewati, kata ESA.
Satelit lain dari seri Sentinel-2, yang memiliki kemampuan memberikan gambar resolusi tinggi tentang hutan dan penggunaan lahan; Sentinel-3, akan menyediakan data tentang laut dan tanah. Sedangkan Sentinel 4 dan 5, akan diluncurkan untuk memantau komponen dasar dari komposisi atmosfer bum untuk memahami lebih baik tentang gas rumah kaca.
Data tentang tambang emas juga diharapkan akan dikirimkan oleh konstelasi satelit, serta akan lebih mudah diakses oleh publik daripada program monitoring bumi sebelumnya.
Aplikasidata yang diperoleh potensial melampaui kepentingan pengelolaan lingkungan. Data itu bisa membantu perusahaan-perusahaan pelayaran, petani dan perusahaan konstruksi. "Copernicus adalah program observasi Bumi paling ambisius sampai saat ini," kata ESA.
"Ini akan memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan mudah diakses untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, memahami dan mengurangi dampak perubahan iklim dan menjamin keamanan sipil," kata ESAm enambahkan.
Copernicus diluncurkan untuk menggantikan Envisat, salah satu satelit lingkungan yang paling sukses dalam sejarah ruang angkasa, yang misinya berakhir pada tahun 2012.
Nama projek itu ditetapkan tahun lalu untuk menghormati astronom Polandia abad ke-16 yang menentukan bahwa Bumi mengorbit pada Matahari, dan bukan sebaliknya yang menjadi konvensi hingga saat itu. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...