Eropa Mulai Kewalahan Hadapi Pengungsi
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, dalam sebuah wawancara dengan Le Figaro dan lima surat kabar internasional lainnya menyebutkan tidak mengikuti rekomendasi kanselir Jerman–Angela Merkel–yang mengimbau negara-negara Eropa untuk tetap rajin menyambut sebagai tuan rumah bagi pengungsi Suriah dan berbagai negara lainnya.
“Gelombang migran saat ini terlalu kuat, dan tidak dapat dihentikan,” kata Presiden Dewan Eropa, di Brussels, hari Rabu (2/12).
Donald menjelaskan saat ini negara-negara Uni Eropa tidak lagi bersedia mengikuti Jerman, di sisi lain Donald menyarankan Angela Merkel berhenti membuat slogan menyambut pengungsi baru.
“Turki adalah negara pertama yang menjadi persinggahan, dan Turki adalah negara perjalanan panjang dari pengungsi. Donald menjelaskan saat ini setiap negara harus menghormati dan menerapkan kode Schengen (visa Uni Eropa, Red), termasuk aturan yang mengharuskan aplikasi suaka yang diajukan di negara kedatangan, misalnya Yunani dan tidak di tempat lain. Kita juga perlu mengubah pola pikir mereka,” kata Donald.
Donald mengatakan setiap kepala negara di Eropa harus menghormati aturan yang berlaku termasuk dengan visa bagi kewarganegaraan non Uni Eropa, dia menyebut dengan pemberlakukan kode Schengen maka Uni Eropa maka setiap negara anggota Uni Eropa harus memikirkan tentang keuntungan finansial yang didapat.
“Atau malah terjadi defisit anggaran. Tidak ada yang bisa berpaling dari kondisi seperti ini, dan hal ini juga berlaku untuk Jerman. Sementara itu, kita harus membantu negara-negara di garis depan untuk eksodus,” kata Donald.
Pemerintah Jerman mengusulkan mengangkut langsung pengungsi yang saat ini masih tertahan di Turki. Namun Donald yakin bahwa tidak ada suara bulat di Uni Eropa yang setuju untuk menolak atau menerima usulannya–yang menolak menampung pengungsi baru–seperti Jerman.
“Saya melihat bahkan Skandinavia seperti Swedia sepertinya murah hati namun Swedia menurut saya menilai situasi tidak bisa dipertahankan. Mari kita menghindari kemunafikan, karena pertanyaannya bukan sekadar solidaritas internasional, tapi masalah kemampuan Eropa,” kata Donald.
“Uni Eropa enggan jika perbatasan dikendalikan, karena setiap negara ingin mengatur perbatasan dengan sendirinya. Hari Ini terlalu mudah untuk memasuki Eropa,” kata Donald. (lefigaro.fr).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...