Loading...
SAINS
Penulis: Aninda Cakrawarti 10:42 WIB | Sabtu, 06 Juli 2024

Es di Juneau, Alaska, Mencair Lima Kali Lebih Cepat dari Tahun 1980

Sekelompok orang menikmati pemandangan Gletser Mendenhall pada 8 Juni, 2023, di Juneau, Alaska (Foto: AP/Becky Bohrer)

ALASKA, SATUHARAPAN.COM-Melelehnya padang es Alaska di Juneau, yang menjadi rumah dari lebih dari 1,000 gletser, telah meningkat. Area yang tertutup salju kini mengecil 4,6 kali lebih cepat dari tahun 1980, menurut sebuah studi baru.

Para peneliti melacak tingkat salju di hamparan es seluas hampir 1.500 mil persegi sejak tahun 1948 dengan data tambahan dari abad ke-18. Luasnya mengecil secara perlahan dari ukuran puncaknya pada akhir Zaman Es Kecil sekitar tahun 1850, yang kemudian tingkat mencairnya meningkat sekitar sepuluh tahun yang lalu, menurut sebuah studi di Tuesday’s Nature Communication.

“Yang terjadi adalah dengan berubahnya iklim, kita akan mendapatkan musim dingin yang lebih pendek dan musim panas yang lebih panjang,” kata seorang penulis utama studi tersebut, Bethan Davies, seorang ahli glasiologi di Universitas Newcastle di Inggris. “Kita akan mengalami lebih banyak masa pencairan gletser.”

Mereka mencair sangat cepat sampai aliran es ke dalam air mulai sekarang memiliki rata-rata sekitar 50,000 galon setiap detik, menurut studi dari penulis lainnya, Mauri Pelto, seorang profesor ilmu lingkungan di Perguruan Tinggi Nichols di Massachusetts.

“Faktanya, dalam penyusutan gletser di Alaska pada tahun 2000 sampai 2020, kita kehilangan lebih banyak es di Alaska daripada di tempat lain,” kata Davies.

Hanya empat padang es di Juneau yang benar-benar mencair dari peradaban selama 1948 sampai 2005. Namun menurut studi 64 dari mereka menghilang sejak 2005 sampai 2019. Ada terlalu banyak gletser yang terlalu kecil untuk diberi nama, tetapi salah satu gletser yang cukup besar, gletser Antler, “telah benar-benar hilang,” ujar Pelto.

Seorang ahli iklim, Brian Brettschneider, yang bukan bagian dari studi tersebut, mengatakan bahwa peningkatan ini sangatlah mengkhawatirkan, dan memperingatkan tentang “spiral kematian” bagi padang es yang kian menipis.

Padang es adalah kumpulan dari beberapa gletser, sementara lapisan es memiliki luas sebesar benua dan saat ini hanya ada dua yang tersisa di Greenland dan Antartika. Gletset yang paling terkenal di padang es Juneau adalah gletser Mendenhall, yakni sebuah objek wisata. Kutub Utara menghangat sekitar empat kali lebih cepat daripada bagian bumi lainnya dengan menghangatnya Alaska sebanyak 1,5 derajat Celcius sejak 1980 menurut data cuaca federal.

“Ketika Anda pergi ke sana, perubahan drastis dari tahun ke tahun sangatlah terlihat dan hal itu akan membuat Anda sangat terpukul,” kata Pelto.

Pelto pertama kali pergi ke padang es Juneau pada 1981 saat mencoba untuk membuat tim ski Amerika Serikat dan melanjutkan untuk mempelajarinya sejak itu, ia memilih untuk melepaskan kompetisi ski demi riset.

“Pada 1981, tidak terlalu sulit untuk naik dan turun dari atas gletser. Anda tinggal mendaki dan bermain ski sampai ke dasar, atau mendaki langsung dari ujung gletser ini,” ujar Pelto. Namun saat ini muncul danau di bagian tepi dari salju yang meleleh dan celah-celah terbuka yang membuatnya sulit untuk melakukan ski di sana, tambahnya.

Sekarangdi sana juga terlihat seperti tangga dari bebatuan polos, kata Pelto. Salju putih dan es memantulkan panas matahari, sedangkan bebatuan gelap menyerapnya, membuat tanah menjadi lebih hangat, sehingga mencairkan lebih banyak saljuyang memperkuat dan mempercepat pencairan yang dipicu oleh pemanasan, menurut penelitian tersebut.

Kuncinya ada di garis ketinggian salju. Di bawah garis batas salju, salju dapat meleleh di musim panas, tetapi di atasnya tetap tertutup salju selama sepanjang tahun. Pelto mengatakan bahwa garis batas salju naik secara terus menerus.

Bentuk dari padang es Juneau yang data membuatnya ‘rentang terhadap titik kritis tertentu’ karena ketika batas salju naik, area yang luas akan tiba-tiba menjadi rentan meleleh, ujar Davies.

“Titik kritis adalah ketika garis batas salju tersebut berada di atas seluruh padang es, lapisan es, gletser, dan yang mana pun,” ujar Pelto. “Dan untuk padang es Juneau di 2019 dan 2018 menunjukkan bahwa kita tidak jauh dari titik kritis tersebut.”

Bahkan jika semua salju di padang es Juneau meleleh, dan itu merupakan perjalanan yang masih sangat panjang, hal itu tidak akan menambahkan ketinggian air di laut, kata Pelto. Davies menambahkan bahwa padang es tersebut adalah destinasi wisata dan kebudayaan.

“Hal ini sangat mengkhawatirkan karena di masa depan Antartika akan berubah melampaui apa yang kita kenali pada jaman ini,” ujar Julienne Stroeve, ilmuwan dari Universitas Manitoba, yang bukan bagian dari studi. “Ini hanya pertanda lain dari perubahan besar di seluruh komponen es (lapisan es permanen, es laut, es daratan) yang menjadi tumpuan masyarakat.”

Davies mengatakan bahwa timnya berhasil untuk mendapatkan sebuah foto jangka panjang dari melelehnya padang es dari sebuah satelit, pesawat terbang yang melintas, gambar yang disimpan di gudang sejarah lokal, dan menyatukan semuanya seperti sebuah puzzle yang besar dengan hampir semua kepingannya berwarna putih.

Lima ahli dari luar mengatakan bahwa riset ini masuk akal dan cocok dengan observasi lainnya. Michael Zemp, kepala dari World Glacier Monitoring Service, mengatakan hal ini menunjukkan bahwa kita memerlukan tindakan yang nyata untuk menyelamatkan setidaknya sebagian es yang tersisa.

“Kita berada 40 tahun dari ketika aku pertama kali melihat gletser, dan 40 tahun dari sekarang juga, akan terlihat seperti apa bentuknya?” kata Pelto. “Saya pikir pada saat itu padang es Juneau sudah akan melewati titik kritis.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home