Face Project: Buruk Rupa Medsos Dibelah
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bartimeus Yayan Prasetyo atau biasa dipanggil Meuz Prast pada 27 September - 10 Oktober menggelar pameran tunggal bertajuk "Face Project".
Enam lukisan seri, satu lukisan panel, serta 5 lukisan tunggal yang keseluruhan adalah potret wajah dipamerkan di Limas art house Jalan Kesejahteraan Sosial No. 6 Ngestiharjo-Kasihan, Bantul.
Fenomena mempercantik diri untuk selanjutnya dikabarkan di media sosial menjadi ketertarikan Meuz dalam merekonstruksi fenomena tersebut beserta dampaknya bagi individu bersangkutan. Mempercantik diri untuk keperluan media sosial secara langsung ataupun tidak langsung justru membawa orang tersebut dalam resiko kerusakan wajahnya.
"Kecanduan mempercantik diri terus menerus adalah upaya merusak tubuh itu sendiri." kata Meuz pada satuharapan.com, Selasa (10/10) siang.
Dunia maya dengan media sosialnya dalam beberapa tahun terakhir menjadi panggung kontestasi mulai dari sekedar memperkenalkan diri secara fisik, aktivitas, hingga pencapaian-pencapaian fisik sebagai bagian eksistensi diri.
Dunia maya yang tidak pernah tidur mendorong perlombaan untuk menjadi lebih cantik, lebih indah, dan lebih-lebih lainnya yang tidak jarang harus membungkusnya dalam beragam artifisial dalam dirinya. Eksistensi menjadi salah satu alasan, dimana secara alami setiap manusia lebih senang mendapat pengakuan dari manusia lainnya.
"Dalam upaya berlomba menjadi cantik/keren di dunia maya dan media sosial, masyarakat bawah kerap menjadi korban. Bagi masyarakat menengah-atas yang memiliki kelebihan kekayaan, mempercantik diri bisa dilakukan kapan saja meskipun harus berbayar mahal. Bagaimana dengan masyarakat bawah? Jalan pintas mempercantik diri dengan berbagai kosmetik murah ataupun cara-cara murah lainya tidak jarang justru bisa merusak wajahnya bahkan membahayakan dirinya." jelas Meuz tentang belum tumbuhnya kesadaran akan kekuatan inner beauty yang sesungguhnya dimiliki setiap orang.
Ketertarikan pada makam/kuburan, kematian, maupun proses dekonstruksi turut menjadi warna karya Meuz. Setidaknya itu dikatakan oleh sahabat kecilnya di kampung, Mujono.
"Dari dulu Yayan sering menggambar tentang makam dan kematian." kata Mujono saat ditemui satuharapan.com di Dusun Mejing Kidul, Ambarketawang-Gamping, Sabtu (6/10).
Ketertarikan Meuz pada hal tersebut membantunya dalam mengerjakan "Face Project". Proyeksi dekonstruksi wajah seolah berdampingan dengan kematian itu sendiri. Pada lukisan "Rest of The Program Series", empat lukisan dalam warna pastel-cerah tidak bisa menutupi proses dekonstruksi wajah yang terjadi menuju sebuah kerusakan bahkan kematian fisik.
Menarik ketika Meuz melukis wajah dari masyarakat kebanyakan. Tidak ada satupun lukisan wajah dari tokoh masyarakat yang dipamerkan. Hampir semuanya dari realitas wajah masyarakat biasa yang didapat dari lini masa media sosialnya. Hanya pada "Confident Series" enam lukisan Meuz seolah menggambarkan wajah-wajah sosialita.
"Tidak ada satupun lukisan tersebut dari artis ataupun tokoh masyarakat. Kepercayaan diri untuk mempercantik diri bagi masyarakat menengah-atas sudah menjadi semacam kebutuhan bahkan gaya hidup. Berapapun akan dibayarkan." kata Meuz memberikan penjelasan tentang karya "Confident Series".
Aktivitas mempercantik diri secara artifisial yang ditempuh baik secara temporal maupun permanen seolah menjadi bagian fenomena hoax yang kerap mewarnai dunia maya dan media sosial. Media sosial yang telah menjelma menjadi etalase bagi wajah-wajah cantik telah turut mendorong mereka untuk "membedah" dan "membelah" wajahnya agar tampil cantik dalam ukuran-ukuran media sosial yang sangat mungkin berubah dalam hitungan waktu yang cepat. Sebuah proses menuju kematian yang cantik?
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...