Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 13:55 WIB | Senin, 24 Agustus 2015

Fadel Muhammad Kaget Rupiah Capai 14.000

Ketua Komisi XI, Fadel Muhammad. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Komisi XI DPR RI, Fadel Muhammad terkejut nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, hari Senin pagi (24/8), bergerak melemah sebesar 122 poin menjadi Rp14.038 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.916 per dolar AS.

“14.000 lebih, harga saham anjlok. kaget saya, surprised,” kata Fadel Muhammad kepada satuharapan.com usai pembahasan Anggaran BI dan OJK di ruang rapat Komisi XI, Komplek Parlemen, Jakarta, hari Senin (24/8).

Fadel mengatakan bahwa Gubernur Bank Indonesia telah dipanggil untuk segera mengatasi pelemahan rupiah yang telah mencapai Rp 14.000 lebih dan turunnya harga saham di semua sektor.

“Kita panggil Gubernur Bank Indonesia. dia minta waktu buru-buru mau balik ke kantor untuk menjaga pelemahan rupiah ini karena di luar dugaan dia, ternyata harga saham anjlok. Harga saham turun di mana-mana. Kita minta kepada beliau, please, jagalah. Kita memberikan otoritas kepada anda penuh agar supaya menjaga jangan sampai melebihi angka Rp 14.000,” kata politikus Partai Golkar itu.

Fadel menilai pelemahan rupiah berdampak secara psikologis kepada rakyat Indonesia dan akan memberikan rasa takut bagi perekonomian Indonesia. Dia berharap rupiah segera menguat kembali secepatnya.

“Angka Rp 14.000 itu sudah psikologis loh. Ngeri kita lihatnya. Mudah-mudahan jangan sampai tambah lagi nih, kita ngeri ini,” katanya.

Dolar AS Menguat

Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 122 poin menjadi Rp 14.038 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.916 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin, mengatakan  laju dolar AS menguat kembali terhadap mayoritas mata uang Asia pagi ini menyusul kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunganya pada bulan September 2015.

"Meski masih ada keragu-raguan The Fed menaikkan suku bunga menyusul ekonomi global yang masih melambat, hal itu tetap mendorong pelaku pasar melakukan akumulasi dolar AS," katanya.

Reza Priyambada mengharapkan upaya Bank Indonesia menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam dengan beberapa kebijakannya dapat direspons positif oleh pasar sehingga rupiah tidak tertekan lebih dalam.

Beberapa kebijakan yang dilakukan BI, kata dia, di antaranya melakukan intervensi di pasar valas untuk mengendalikan volatilitas rupiah, melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder dengan tetap memperhatikan dampaknya pada ketersediaan SBN bagi inflow, dan likuiditas pasar uang.

Lalu, memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) guna mengalihkan likuiditas ke tenor yang lebih panjang, menyesuaikan frekuensi lelang Foreign Exchange (FX) swap dari dua kali sepekan menjadi satu kali sepekan. Mengubah mekanisme lelang "term deposit" valas dari "variable rate tender" menjadi "fixed rate tender", menyesuaikan harga (pricing) dan memperpanjang tenor sampai tiga bulan.

Kemudian, menurunkan batas pembelian valas dengan pembuktian dokumen underlying dari yang berlaku saat ini sebesar 100.000 dolar AS menjadi 25.000 dolar AS per nasabah per bulan dan mewajibkan penggunaan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Selain itu, melakukan koordinasi dengan pemerintah dan bank sentral lainnya untuk memperkuat cadangan devisa.

Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta memperkirakan kebijakan stabilisasi oleh Bank Indonesia bisa membantu mencegah penurunan aset rupiah terlalu dalam walaupun dana keluar asing sulit terbendung. "Untuk beberapa saat rupiah diperkirakan masih dalam tekanan," katanya.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home