Faktor Teknis Mendorong IHSG BEI dan Rupiah Menguat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu dibuka menguat 24,06 poin atau 0,57 persen menjadi 4.259,33, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 6,15 poin (0,88 persen) ke level 706,36 didorong oleh faktor teknis.
"Faktor teknis mendorong indeks BEI naik, beberapa sektor saham mulai kembali menguat setelah pada perdagangan kemarin (26/11) terkoreksi cukup signifikan," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (27/11).
Ia menambahkan nilai tukar rupiah yang kembali pulih pada pagi ini meski belum signifikan juga cukup memberikan efek positif bagi indeks BEI.
"Meski demikian, IHSG pun berpeluang kembali melanjutkan pelemahannya menyusul kebijakan pengurangan stimulus the Fed belum pasti," katanya.
Ia memproyeksikan bahwa pergerakan indeks BEI pada perdagangan Rabu (27/11) akan berada di kisaran 4.225-4.338 poin.
Sementara itu, Head of Research Valbury Asia Securities, Alfiansyah mengemukakan bahwa pengurangan stimulus keuangan the Fed diperkirakan dilakukan pada rentang waktu awal hingga pertengahan tahun 2014 mendatang.
Ia mengharapkan bahwa ditundanya kebijakan itu akan memberikan tambahan waktu bagi negara berkembang untuk memastikan kesiapannya dalam menghadapi volatilitas pasar.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng menguat 9,94 poin (0,04 persen) ke level 23.691,22, indeks Nikkei-225 turun 15,11 poin (0,10 persen) ke level 15.499,68, dan Straits Times melemah 1,46 poin (0,22 persen) ke posisi 3.172,21.
Rupiah Pagi Menguat Menjadi Rp 11.700
Mata uang rupiah pada Rabu pagi menguat ke posisi Rp11.700 per dolar AS setelah pemerintah berhasil menyerap dana dari lelang Surat Berharga Negara.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 65 poin menjadi Rp1 1.700 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.765 per dolar AS.
"Rupiah kembali menguat setelah lelang Surat Berharga Negara berdenominasi valuta asing di pasar domestik mampu terserap senilai 190 juta dolar AS meski belum mencapai target," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan bahwa pemerintah menargetkan lelang surat utang itu dapat mencapai sebesar 450 juta dolar AS, namun yang tercapai hanya senilai 190 juta dolar AS.
Ia menambahkan dolar AS juga sedang mengalami pelemahan terhadap mata uang yen Jepang dan euro menelang akan dirilisnya data ekonomi Amerika Serikat.
Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa klaim jumlah pengangguran AS diperkirakan meningkat, namun di sisi lain data harga rumah di AS yang dirilis tadi malam menunjukan perbaikan.
"Data itu merupakan salah satu faktor pertimbangan the Fed membuat keputusan untuk mengurangi stimulus," katanya.
Sementara itu pada pukul 10.00 WIB, terpantau mata uang rupiah kembali mengalami tekanan ke posisi Rp11.773 per dolar AS. (Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...