FAO: Setiap Lima Detik Lapisan Tanah Atas Terkikis Seluas Lapangan Bola
Pemulihannya akan membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.
SATUHARAPAN.COM-Setiap lima detik lapisan tanah atas (topsoil) seluas lapangan sepak bola terkikis, kata Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) memperingatkan sebagai upaya untuk melindungi tanah dan membantu petani secara global.
FAO pada hari Rabu (27/7) mengatakan bahwa 90 persen dari lapisan tanah atas planet ini akan terancam pada tahun 2050, menambahkan bahwa itu akan memakan waktu sekitar seribu tahun untuk membuat hanya beberapa sentimeter lapisan tanah atas dan membantu restorasi lahan.
Badan PBB itu menyerukan lebih banyak tindakan oleh negara-negara dan mitra yang menandatangani Kemitraan Tanah Global (Global Soil Partnership/GSP) selama dekade terakhir.
Didirikan pada tahun 2012, GSP adalah mekanisme yang diakui secara global untuk mempromosikan pengelolaan dan tata kelola tanah yang berkelanjutan untuk menjamin tanah yang produktif guna memastikan ketahanan pangan, adaptasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
Ini adalah masalah yang sangat mendesak mengingat kondisi ketahanan pangan yang memburuk di seluruh dunia dan fakta bahwa dunia bergantung pada tanah untuk 95 persen dari makanan yang dikonsumsi.
Tanpa perubahan, tanah yang terdegradasi akan menghambat ekosistem di seluruh dunia dan menempatkan ketahanan pangan pada risiko yang lebih besar, kata badan PBB itu dalam sebuah pernyataan, hari Rabu.
FAO telah meminta warga sipil, pemerintah dan lembaga internasional untuk mengambil tindakan lebih keras untuk memantau dan merawat tanah.
GSP telah bermitra dengan petani dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesehatan tanah, dan memiliki berbagai inisiatif untuk mengatasi tantangan terkait perubahan iklim, untuk rekarbonisasi tanah, dan meningkatkan jumlah bahan organik dalam tanah, antara lain.
Kosta Rika dan Meksiko telah mendaftar untuk skema percontohan ini dan melatih petani dalam penggunaan praktik terbaik yang mencakup penggunaan apa yang disebut “tanaman penutup” yang mencegah erosi, rotasi tanaman, dan penanaman pohon.
GSP juga telah memperluas pengumpulan data dalam bentuk pemetaan tanah digital, menawarkan cara baru untuk menginformasikan pembuat kebijakan tentang kondisi tanah yang relevan dan memberdayakan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengelola degradasi tanah.
Sementara pekerjaan GSP mewakili upaya sebagian besar mitra non negara, pembuat kebijakan negara adalah aktor yang diperlukan dalam menerapkan kebijakan tanah yang berkelanjutan, kata FAO, menyerukan tindakan pemerintah yang mendesak.
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...