Fashion Festival JFFF 2016: Pameran Ide Olah Kain Negeri
SATUHARAPAN.COM – Perayaan kain negeri mewarnai pergelaran Fashion Festival, rangkaian dari Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2016 yang dibuka 4 Mei dan berlangsung hingga 15 Mei. Sepanjang kurun waktu itu, pencinta fashion dapat memuaskan mata memandang dan memetik gagasan yang disodorkan perancang busana Indonesia untuk mengolah kain negeri miliknya, yang selama ini teronggok di lemari.
Tahun ini menjadi tahun kedua pergelaran pesta kain negeri, yang merupakan kerja sama eksklusif antara JFFF dan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI).
Peragaan busana bertajuk “Kain Negeri Indonesia Barat” menandai pembukaan Fashion Festival, pada 4 Mei. Bekerja sama dengan IPMI, JFFF menyajikan olahan aneka kain negeri, tenun, batik, jumputan, lurik, songket, dalam tampilan busana siap pakai (ready-to-wear) modern.
Melalui gagasan kreatif yang tak pernah kering dan tangan-tangan terampil, para desainer memperlihatkan, dan membuktikan, bahwa kain negeri layak terus dipromosikan ke ranah global.
Desainer Didi Budiardjo, Chossy Latu, Ghea Panggabean, Priyo Oktaviano, HianTjen, juga Itang Yunasz, membuktikan pada pembukaan Fashion Festival di Ballroom Harris Hotel & Conventions Kelapa Gading, Jakarta Utara, 4 Mei lalu, bahwa kain negeri bukan sekadar karya seni budaya yang dikagumi dan hanya disimpan di museum, atau hanya dikenakan di acara-acara adat. Para desainer itu mengkreasikan tenun gedog Tuban, kain Minangkabau, jumputan Palembang, tenun Garut, tenun roso Jepara, hingga lurik, menjadi busana siap pakai aneka gaya, yang dapat dikenakan di berbagai acara, tanpa pemakainya terlihat “tua” dan kuno, seperti citra yang selama ini melekat pada wastra tradisional itu.
Citra modern disajikan Didi Budiardjo, yang mengaplikasikan kain tenun gedog khas Tuban dan mengkombinasikannya dengan bahan denim untuk menghadirkan kesan modern koleksinya. Kain khas Minangkabau, di tangan Chossy Latu, bahkan tampil sebagai koleksi high fashion, sesuai dengan signature style-nya, yakni sophisticated, clean, and elegant.
Lurik yang selama ini dipandang sebelah mata, satu kelas di bawah batik dan tenun lain, juga tampil sebagai koleksi busana siap pakai modern lewat kreativitas desainer Priyo Oktaviano.
Perayaan kain negeri berlanjut pada keesokan hari, 5 Mei, ketika desainer Carmanita, Denny Wirawan, Mel Ahyar, Yongky Budisutisna, dan Ghea Panggabean, memamerkan kreasinya atas berbagai kain negeri, mulai dari batik buatan tangan, batik Kudus, tenun Troso, kain ikat celup (tye-dye), hingga kain Negeri Lagosi.
Sajian Spesial
“Kain Negeri Indonesia Barat”, yang menggali kain negeri atau wastra Indonesia dari bagian barat Indonesia, menjadi sajian spesial di ajang yang akan berlangsung hingga 15 Mei itu.
Fashion Festival 2016 juga menggelar show tunggal dari desainer lain, yakni Albert Yanuar, Handy Hartono, Hengki Kawilarang, Ivan Gunawan, Musa Widyatmodjo, Sugeng Waskito, dan Yogie Pratama. JFFF juga mendukung generasi penerus usaha kreatif mode melalui pergelaran busana oleh sekolah mode serta kompetisi bagi para desainer muda dalam Next Young Promising Designers.
Deputy Chairman JFFF, Cut Meutia, kepada satuharapan.com mengatakan kerja sama JFFF dan IPMI itu sudah berlangsung kedua kalinya. “Kami berkomitmen menjadikan event ini tidak hanya ditujukan bagi penikmat fashion dan kuliner, namun juga mengangkat usaha kecil dan menengah dan perajin di bawah asuhan dekranasda (dewan kerajinan nasional daerah) yang menghasilkan produk berkualitas agar mampu diterima ke tataran lebih luas, termasuk ke tingkat global,” katanya.
Koleksi terbaru yang ditampilkan para desainer tersebut diharapkan dapat menginspirasi pencinta fashion untuk mau memakai kain negeri dalam berbagai acara. Meminjam impian Ivan Gunawan, yang menghadirkan koleksi Jajaka bertema “Layang-layang” pada 7 Mei, khalayak pencinta mode tidak hanya mengantre untuk mendapatkan koleksi H&M terbaru nantinya, namun juga mengantre koleksi baru karya desainer Tanah Air yang mengangkat kain negeri.
Koleksi rancangan terbaru para desainer yang dipamerkan, dan turunannya, dapat diperoleh langsung pencinta fashion di Fashion Village, bazaar fashion.
Di bazaar fashion yang mengusung konsep trade show, 90 booth menghadirkan ragam koleksi busana terbaru desainer Indonesia, pilihan kain Nusantara, koleksi busana siap pakai (ready-to-wear), poduk aksesori berkualitas dari UKM, dekranasda, sekolah mode, hingga merek lokal.
“JFFF semakin dikenal sebagai wadah dari berbagai kreativitas anak bangsa dengan menampilkan produk-produk lokal berkualitas internasional, sehingga nantinya mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta diterima luas di dunia. Penyelenggaraan berbagai progra m di JFFF juga bertujuan agar mampu meningkatkan daya tarik Kota Jakarta sebagai destinasi wisata belanja,” kata Chairman JFFF, Soegianto Nagaria.
Fashion Festival 2016 menggelar delapan show tunggal desainer, yaitu Adrian Gan, Albert Yanuar, Handy Hartono, Hengki Kawilarang, Ivan Gunawan, Maya Ratih, Musa, dan Yogie Pratama, selain juga mini show maupun parade show dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), IPMI, Cita Tenun Indonesia (CTI), pergelaran busana oleh sekolah mode, hingga rangkaian fashion event dari Martha Tilaar Group. Kompetisi pencarian bakat-bakat baru dunia modeling Gading Model Search maupun Gading Model Search Kids, serta kompetisi bagi desainer muda dalam Next Young Promising Designers juga hadir memeriahkan JFFF.
Persembahan istimewa dari Fashion Festival ditampilkan di puncak acara JFFF Awards pada 12 Mei. Selain memberikan penghargaan Fashion Icon Awards kepada legenda industri mode Indonesia, JFFF Awards juga menampilkan show tunggal Adrian Gan yang mengangkat kain Songket Padang berkolaborasi dengan Palantaloom.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...