Festival Pembaca 2014: Membaca Adalah Kebahagiaan
"Orang akan diselamatkan dan digerakkan oleh suatu keindahan, dan salah satu bentuk keindahan adalah membaca.”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengajak masyarakat untuk merasakan kebahagiaan melalui kegiatan membaca adalah tujuan digelarnya Festival Pembaca Indonesia 2014.
Festival tahunan ini kembali digelar di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pada Sabtu (6/12) hingga Minggu (7/12) dengan payung tema “Reading is Happiness”.
Harun, Pengarah Festival Pembaca Indonesia 2014 mengatakan banyak sekali alasan yang dapat dikemukakan mengapa membaca dapat membuat orang bahagia.
Menurut dia, membaca akan memberikan ilmu pengetahuan yang menjadikan nilai diri dan wawasan bertambah. Selain itu, membaca juga dapat dijadikan alternatif rekreasi untuk melepas kepenatan.
“Dengan membaca, kita berpetualang ke berbagai tempat yang memang benar ada atau bahkan yang tidak dapat ditemukan di peta dunia,” kata Harun.
Semua itu, Harun melanjutkan, pembaca bisa berjelajah lintas waktu ke masa lalu atau masa depan. “Semua bisa dilakukan tanpa kita perlu bergerak dari posisi membaca kita,” kata dia.
Menulis Juga Momen Membahagiakan
Sementara itu, penulis senior Iwan Setyawan mengatakan selain membaca, menulis juga menjadi hal yang membahagiakan.
“Hidup akan bahagia jika orang bisa menghasilkan karya. Menulis buku adalah momen yang membahagiakan,” kata Iwan saat mengisi talkshow dalam rangkaian acara festival pembaca terbesar se-Indonesia tersebut.
Masalah bisa menulis atau tidak, kata Iwan, “Cara berkarya cukup berlatih menulis dengan rutin, banyak baca, praktik menulis untuk level yang lebih tinggi. Saya juga sedang latihan nulis,” kata penulis 9 Summers 10 Autumns tersebut.
Menurut Iwan, orang menjadi takut menulis buku karena Indonesia kini tengah memasuki koridor digital. “Jangan terlalu takut dengan ‘jajahan’ industri kreatif digital di Indonesia. Orang Indonesia yang mau membaca saja sedikit. Jadi, jangan takut digitalisasi,” ujar Iwan.
Yang terpenting menurutnya, membaca dan menulis sebanyak-banyaknya tanpa takut akan berbagai hal akan membuat orang lebih bahagia dan tentunya lebih intelektual.
Toko Buku Sedikit, Orang Jadi Malas Membaca
Budaya membaca tentu dipengaruhi oleh jumlah toko buku yang tersebar di suatu negara. Kendala orang Indonesia malas membaca menurut Iwan dipengaruhi oleh jumlah toko buku yang tidak memenuhi standar.
“Di Indonesia ini toko buku hanya sedikit. Setiap orang juga tahu membaca itu penting, tetapi tetap saja orang Indonesia masih jauh dari budaya membaca karena toko buku sedikit, seperti di Batu, Malang, misalnya. Toko buku hanya ada satu, jadi gimana orang mau membaca,” Iwan menjelaskan.
Untuk meningkatkan budaya baca, dunia literasi suatu negara juga harus diperbaiki.
“Kalau ingin meningkatkan budaya baca, Indonesia harus siap menyediakan toko buku di mana-mana, harga buku juga harus diperbaiki, industrinya harus diperbaiki,” kata Iwan.
Masyarakat akan mulai membaca jika hidupnya dikelilingi banyak buku. Membaca, Menggerakkan Indonesia dalam kaca mata Iwan tidak pernah digerakkan tokoh politik dan tokoh agama.
Baginya, Indonesia telah digerakkan oleh intelektual muda yang gemar membaca.
“Digerakkan oleh Soekarno, oleh Hatta, oleh Syahrir. Benang merahnya, tokoh-tokoh ini semua adalah pembaca,” kata dia.
Untuk menjadi seorang intelektual muda yang diawali dengan rajin membaca, orang tidak boleh terperangkap dengan kemalasan.
“Malas itu memang seksi dan sangat menggoda. Tapi ya jangan malas-malasan saja. Kalau mau berubah dan menggerakkan Indonesia, mulailah membaca. Orang akan diselamatkan dan digerakkan oleh suatu keindahan, dan salah satu bentuk keindahan adalah membaca,” ujar dia.
Editor : Bayu Probo
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...