FIBA Menampik Hubungan Agama dengan Jilbab
INCHEON, SATUHARAPAN.COM – Badan bola basket dunia menyatakan Jumat, pihaknya mulai akan lebih mempermudah larangan menggunakan penutup kepala dalam kompetisi internasional, yang menyebabkan Qatar tidak dibenarkan bertanding di Asian Game Incheon.
Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) juga menampik keras adanya hubungan "konotasi agama" dengan larangan berjilbab yang sudah lama diterapkan.
Qatar mengatakan, atlet putri mereka tidak akan membuka penutup kepala mereka, seperti juga banyak dilakukan atlet Muslim di cabang olahraga lainnya.
Tim basket putri Qatar tidak melakukan pertandingan melawan Mongolia dan Nepal di Asian Games Korea Selatan. Mereka mengatakan, FIBA melarang mereka menggunakan hijab atau penutup kepala. Mereka seharusnya bermain lagi lawan Kazakhstan, Jumat.
Sebagai jawaban atas masalah kontroversial itu, FIBA mengatakan para petinggi olahraga Qatar sebelumnya sudah mengetahui adanya larangan itu.
Para eksekutif FIBA memutuskan tahun ini untuk memberi ijin atlet berbagai negara untuk memberi pengecualian pertandingan nasional, sebagai bagian dari peninjauan ulang peraturan berbusana yang sudah berjalan lama.
FIBA dalam pernyataannya menyebutkan, "Percobaan secara internasional kelihatannya akan dilakukan pada musim panas 2015."
"Regulasi FIBA menyentuh semuanya skala gelobal dan tidak ada konotasinya dengan agama," demikian bunyi pernyataan itu.
"Sebagian grup ada yang menerjemahkan peraturan dalam bola basket itu berkaitan dengan partisipasi pemain yang memiliki kepercayaan tertentu, tapi regulasi pakaian itu murni dalam olahraga itu," kata FIBA.
"Regulasi ini diterapkan 20 tahun lalu dan tidak ada keluhan hingga masa kini," kata badan bola basket dunia itu.
Badan basket dunia itu menambahkan, "dengan adanya keluhan belakangan ini maka FIBA akan berinisiatif untuk melakukan proses revisi".
Tapi tidak disebutkan secara pasti kapan aturan berbusana itu akan diproses revisinya dan kapan akan dicabut pelarangannya.
"Ini penghinaan"
"FIBA menyesalkan adanya delegasi yang datang ke Asian Games dengan seragam yang tidak sesuai dengan regulasi resmi bola basket," bunyi pernyataan itu tanpa menyebut Qatar.
"Semua negara anggota federasi seharusnya mengetahui regulasi resmi dalam cabang bola basket," katanya.
Putri Qatar amat menyayangkan adanya pelarangan itu.
"Ini menghina kami, mereka tidak menghormati kepercayaan kami," kata pemain forward Qatar Refaa Morjan Mohammed kepada AFP, dengan menambahkan, tim mereka mengenakan penutup kepala dalam kejuaraan Arab dan tidak ada masalah.
Putri Qatar menyatakan mereka amat berharap dapat mengenakan jilbab ketika mereka tiba di Korea Selatan tapi ketika mereka tiba di stadion di Incheon ternyata mereka dilarang bertanding.
Centre Amal Mohamed Awad (28) memperingatkan bahwa bola basket akan menjadi tidak populer di negara Timur Tengah, kecuali FIBA mengubah aturan mereka.
"Saya meminta petinggi olahraga agar membiarkan kami mengenakan hijab - banyak tim negara Arab yang ingin ikut serta tapi mererka tidak bisa bertanding karena adanya aturan Federasi Bola Basket Internasional itu," katanya.
FIBA mendapat tekanan keras untuk merevisi aturan mereka itu, karena berlawanan dengan aturan lain, seperti di sepak bola, yang mengijinkan mengenakan penutup kepala.
FIFA, badan sepak bola dunia, mengubah aturan mereka pada tahun ini.
Qatar juga mendapat dukungan dari Dewan Olimpiade Asia (OCA), ketika Direktur Jenderal Husain Al-Musallam mengatakan bahwa hak atlet merupakan "prioritas paling tinggi." (Ant)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...