FIFA Ambil Tindakan Sanksi Tegas Lawan Rasisme di Stadion
KEPULAUAN MAURITIUS, SATUHARAPAN.COM - Federasi Asosiasi Sepakbola Dunia (FIFA) memutuskan aturan untuk menghukum tindakan rasisme oleh pemain dan klub. Keputusan itu diambuil dalam kongres yang diselenggarakan di Kepulauan Mauritius, Jumat (31/5).
FIFA menganggap perlu adanya catatan dan pengukuran tindakan ini sehubungan dengan adanya sejumlah peristiwa serupa pada musim pertandingan yang baru berlalu. Konggres FIFA mengadopsi resolusi yang menguatkan sanksi-sanksi pada kasus rasisme tersebut, seperti dikutip dari france24.com.
Disebutkan bahwa kongres telah melakukan pemungutan suara terhadap hal ini dengan keputusan 204 suara setuju dan 1 menolak (dari 207 suara sah, dan dari 209 anggota FIFA). Dalam keputusan itu, sanksi yang akan diterapkan antara lain pengurangan nilai, penurunan peringkat kompetisi hingga dibubarkan paksa. hal itu adalah beberapa contoh sanksi yang disetujui dari hasil perhitungan suara FIFA tersebut.
“Nantinya akan ada sanksi untuk pelanggaran tingkat pertama atau pelanggaran ringan, peringatan, denda, rekaman kamera harus disertakan sebagai bukti otentik,” seperti disebutkan teks yang disusun oleh Komite Pertimbangan FIFA perlawanan rasisme. Pernyataan itu diulangi lagi oleh Presiden FIFA, Sepp Blatter.
“Ibarat terdakwa kriminal yang melakukan pelanggaran rasisme berat dan berulang, akan dilakukan pengurangan nilai pada klub, dan penghentian suatu klub di tengah kompetisi, tetapi disertai bukti autentik,” ujar Blatter. “Selain itu, setiap orang yang melakukan kejahatan tersebut akan dipidana, ditambah dengan larangan bertanding untuk klubnya setidaknya lima pertandingan atau menggelar pertandingan tanpa penonton,” katanya.
Krisis Monyet
Rasisme yang terjadi di dalam stadion acapkali menyita perhatian insan pers sepanjang tahun ini. Tercatat bahwa klub Tottenham Hotspurs dari Inggris merupakan salah satub klub korban rasisme musim ini. Klub yang bermarkas di kota London ini, kebetulan di dalamnya banyak kelompok pendukung yang berasal komunitas Yahudi, harus menghadapi serangan suporter klub AS ROMA (Italia) di sebuah klub malam di Roma.
Tidak hanya itu, karena pada bulan Maret saat Tottenham Hotspur harus bertandang di kandang Internazionale Milano, kota Milan, pemainnya Emmanuel Adebayor (asal negara Togo) menjadi korban rasisme karena setiap kali menyentuh bola selalu muncul suara seperti monyet atau simpanse.
Contoh lainnya adalah pemain penyerang AC Milan, Kevin-Prince Boateng yang asal Ghana. Kasus yang dialami bahkan lebih ekstrem lagi, sehingga dia eninggalkan lapangan saat pertandingan persahabatan masih berlangsung. Saat itu bulan Januari, AC Milan menggelar pertandingan persahabatan jeda musim dingin, dan dari tribun penonton muncul suara monyet atau simpanse setiap kali Prince Boateng menggiring bola.
“Saya rasa mereka menghina saya, karena saya tak punya kulit putih. Itu terjadi juga di Jerman. Buat saya, ini sudah jelas rasisme,” ujar Boateng yang menjadi saksi kasus rasisme di Pengadilan Tinggi Italia.
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...