Filipina: Korban Topan Rai Lebih dari 200
MANILA, SATUHARAPAN.COM-Korban tewas bertambah menjadi lebih dari 200 akibat topan Rai yang terkuat yang melanda Filipina tahun ini. Sebanyak 52 orang masih hilang dan beberapa kota dan provinsi bergulat dengan komunikasi yang terputus dan pemadaman listrik serta kebutuhan makanan dan air, kata para pejabat, hari Senin (20/12).
Pada kondisi terkuatnya, topan itu membawa angin kencang dengan kecepatan 195 kilometer (121 mil) per jam dan hembusan hingga 270 kilometer per jam (168 mph) sebelum pada hari Jumat mencapai Laut Cina Selatan.
Setidaknya 208 orang tewas, 52 masih hilang dan 239 terluka, menurut polisi nasional Filipina. Jumlah korban diperkirakan akan meningkat. Sebab, beberapa kota dan desa tetap tidak terjangkau karena komunikasi terputus, pemadaman listrik dan jalan yang tersumbat, meskipun upaya pembersihan dan perbaikan besar-besaran sedang dilakukan dengan cuaca yang membaik.
Banyak dari mereka yang meninggal akibat tertimpa pohon atau tembok yang runtuh, tenggelam dalam banjir bandang, atau terkubur hidup-hidup di tanah longsor. Seorang pria berusia 57 tahun ditemukan tewas tergantung di cabang pohon di Provinsi Negros Occidental dan seorang perempuan tertiup angin dan meninggal di wilayah yang sama, kata polisi.
Gubernur Arlene Bag-ao dari Kepulauan Dinagat, yang merupakan salah satu provinsi di wilayah tenggara yang pertama kali dilanda topan, mengatakan keganasan topan Rai di provinsinya yang berpenduduk lebih dari 130.000 jiwa itu lebih buruk daripada Topan Haiyan, salah satu topan paling kuat dan paling mematikan yang pernah tercatat, yang menghancurkan Filipina tengah pada November 2013 tetapi tidak menimbulkan korban sebanyak di Dinagat.
"Seperti berada di mesin cuci, kali ini seperti monster besar yang menghancurkan di mana-mana, menyambar apa saja, seperti pohon dan atap seng dan kemudian melemparkannya ke mana-mana," kata Bag-ao kepada The Associated Press melalui telepon. “Angin itu berputar-putar dari utara ke selatan ke timur dan barat berulang kali selama enam jam. Beberapa lembaran atap seng tertiup angin lalu dilempar kembali.”
Setidaknya 14 penduduk desa tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka oleh atap seng yang beterbangan, puing-puing dan pecahan kaca, dan mereka dirawat di ruang operasi darurat di rumah sakit yang rusak di Dinagat, kata Bag-ao. Lebih banyak lagi yang mungkin tewas jika ribuan penduduk tidak dievakuasi dari desa-desa berisiko tinggi sebelum topan tiba, katanya.
Lebih dari 700.000 orang terkena topan di provinsi pulau tengah, termasuk lebih dari 400.000 orang yang harus dipindahkan ke tempat penampungan darurat. Polisi, tentara, dan penjaga pantai menyelamatkan ribuan penduduk termasuk dari kota tepi sungai Loboc di Provinsi Bohol yang dilanda bencana, di mana penduduk terjebak di atap dan pohon untuk melarikan diri akibat meningkatnya air banjir.
Bag-ao dan pejabat lainnya menyatakan keprihatinan bahwa provinsi mereka mungkin kehabisan bahan bakar, yang permintaannya tinggi karena penggunaan generator listrik sementara, termasuk yang digunakan untuk gudang berpendingin tempat sejumlah besar stok vaksin virus corona disimpan.
Sekitar 20 badai dan topan terjadi setiap tahun melanda Filipina, yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan. Kepulauan Asia Tenggara itu juga terletak di sepanjang wilayah “Cincin Api” Pasifik yang aktif secara seismik, menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...