Filipina: Terjadi Banjir Bandang dan Tanah Longsor, Puluhan Tewas
MANILA, SATUHARAPAN.COM-Banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan deras menyebabkan sedikitnya 50 orang tewas, termasuk di provinsi Filipina selatan yang dilanda bencana, di mana sebanyak 60 penduduk desa dikhawatirkan hilang dan terkubur dalam tanah longsor besar yang sarat dengan lumpur, batu, pohon dan puing-puing, kata para pejabat hari Sabtu (29/10).
Sedikitnya 42 orang tersapu oleh air banjir yang mengamuk dan tenggelam atau terkena tanah longsor yang dipenuhi puing-puing di tiga kota di provinsi Maguindanao dari Kamis malam hingga Jumat pagi, kata Naguib Sinarimbo, menteri dalam negeri untuk wilayah otonomi Muslim, lima provinsi yang diperintah oleh mantan gerilyawan separatis.
Delapan orang lainnya tewas di tempat lain di negara itu akibat serangan Badai Tropis Nalgae, yang menghantam provinsi Camarines Sur Sabtu pagi, kata badan tanggap bencana pemerintah.
Namun dampak badai terburuk sejauh ini adalah tanah longsor yang mengubur puluhan rumah dengan sebanyak 60 orang di desa suku Kusiong di kota Datu Odin Sinsuat Maguindanao, Sinarimbo mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon, mengutip laporan dari penduduk desa Kusiong yang selamat dari bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Letnan Kolonel Angkatan Darat Dennis Almorato, yang pergi ke komunitas yang dilanda tanah longsor Sabtu, mengatakan banjir berlumpur mengubur sekitar 60 rumah pedesaan di sekitar lima hectare di bagian berpenduduk. Dia tidak memberikan perkiraan berapa banyak penduduk desa yang mungkin terkubur di tanah longsor, yang dia gambarkan sebagai "luar biasa."
Setidaknya 13 mayat, sebagian besar anak-anak, digali pada hari Jumat dan Sabtu oleh tim penyelamat di Kusiong, kata Sinarimbo.
“Komunitas itu akan menjadi titik awal kami hari ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa alat berat dan lebih banyak petugas penyelamat telah dikerahkan untuk mengintensifkan pekerjaan pencarian dan penyelamatan.
“Diterjang derasnya air hujan dengan lumpur, bebatuan dan pepohonan yang menghanyutkan rumah-rumah,” kata Sinarimbo.
Desa pesisir, yang terletak di kaki gunung, dapat diakses melalui jalan darat, memungkinkan lebih banyak penyelamat dikerahkan pada Sabtu untuk menangani salah satu bencana terkait cuaca terburuk yang melanda selatan negara itu dalam beberapa dasawarsa, katanya.
Mengutip laporan dari walikota, gubernur dan pejabat tanggap bencana, Sinarimbo mengatakan 27 meninggal sebagian besar karena tenggelam dan tanah longsor di kota Datu Odin Sinsuat, 10 di kota Datu Blah Sinsuat dan lima di kota Upi, semuanya di Maguindanao.
Jumlah kematian resmi 67 di Maguindanao pada Jumat malam ditarik oleh pihak berwenang setelah menemukan beberapa penghitungan ganda korban.
Hujan deras yang tidak biasa membanjiri beberapa kota di Maguindanao dan provinsi-provinsi terpencil di wilayah pegunungan dengan dataran berawa, yang menjadi seperti cekungan tangkapan saat hujan turun. Banjir dengan cepat naik di banyak desa dataran rendah, memaksa beberapa warga untuk naik ke atap rumah mereka, di mana mereka diselamatkan oleh pasukan tentara, polisi dan sukarelawan, kata Sinarimbo. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...