Film "Beta Mau Jumpa" Jadi Jembatan Perdamaian Maluku
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Film "beta mau jumpa" yang digagas Pusat studi antar agama dan budaya (PSAAB), Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, CRCS UGM dan watchdoc menjadi jembatan penghubung perdamaian di Maluku.
Film yang menceritakan bagaimana warga Ambon membangun perdamaian paska konflik tahun 1999, diluncurkan di auditorium Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, Selasa (28/1).
Sutradara film “Beta Mau Jumpa”, Ari Trismana, mengatakan, film tersebut merupakan salah satu project Indonesia pluraties yang menceritakan persoalan Indonesia saat ini.
“Ambon termasuk salah satu kota yang ingin kita ceritakan terkait skala konfliknya, selanjutnya bagaimana warga kota ini berupaya membangun perdamaian. Hal ini tentu bisa menjadi contoh bukan hanya untu Ambon tetapi juga untuk Indonesia bahkan untuk dunia," katanya, Selasa.
Pihaknyà tertarik mengangkat tema perdamaian ini dan pilihannya jatuh pada judul “Beta Ingin Jumpa”.
Judul film ini sebelumnya diperdebatkan, bahkan judul ini mengalami perubahan beberapa kali hingga muncul judul beta mau jumpa.
"Motivasi awal kami ingin menciptakan ruang-ruang perjumpaan baru lewat media flim, maka judul beta mau jumpa merupakan pilihan yang tepat buat kami, karena bukan hanya menggambarkan isi flimnya, tetapi perjumpaan dua komunitas mama- mama yang hidup bertetangga dan kemudian terpisah saat konflik," katanya.
Dikatakannya, pembuatan film ini dari tahapan perencanaan produksi sampai launching hari kurang lebih dua tahun.
Sebenarnya lebih lama di tahapan perencanaan dan diskusi paska produksi, karena dalam proses ini tim sangat berhati-hati dengan dampak apa yang terjadi saat film ini ditayangkan.
"Kami sangat hati-hati sekali bahkan pemilihan gambat masa konflik misalnya, kami peroleh dari hasil riset dam bertemu dengan rekan jurnalis di Ambon yang meliput masa konflik," ujar Ari.
Pihaknya berharap setelah film ini diluncurkan, akan muncul kawan-kawan muda di Ambon terutama komunitas film yang terpancing untuk melanjutkan dan memproduksi flim dalam tema serupa terkait perdamaian Ambon.
"Saya rasa dari merekalah prespektif berbeda ini bisa lebih dalam dibandingkan saya yang tinggal di Jakarta membuat film Ambon tentu ada prespektif berbeda," tandasnya.
Sementara itu rektor IAKN Ambon Agusthina Christina Kakiay, mengatakan, film ini merupakan sebuah karya membangun perdamaian di provinsi Maluku.
Film ini lanjutnya, memunculkan komunitas perempuan dan pemuda yang berjuang menjadi jembatan penghubung paska konflik.
"Film ini terekspos kondisi Maluku, kota Ambon yang saat ini semakin dami, hal ini tentu sejalan dengan program pemerintah menjadikan Maluku laboratorium perdamaian, dan kota Ambon menjadi kota orang belajar hidup toleransi yang penuh kedamaian," katanya.
Setelah pemutaran film perdana di IAKN Ambon maka akan dilanjutkan ke IAIN dan sejumlah komunitas di Ambon. (Ant)
BNPB Perluas Cakupan Operasi Modifikasi Cuaca Hingga Ke Jawa...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperluas cakupan Operasi Mo...