Film Dokumenter “20 Days in Mariupol” Ditayangkan di PBB
PBB, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari seratus duta besar, jurnalis, dan perwakilan dari berbagai lapisan masyarakat menyaksikan pemutaran film dokumenter pemenang penghargaan “20 Days in Mariupol” di PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) pada Senin (11/9) malam, yang yang direkam tiga jurnalis Associated Press (AP) selama perang Rusia, sebuah pengepungan tanpa henti terhadap kota pelabuhan Ukraina pada hari-hari awal perang.
Duta Besar Inggris, Barbara Woodward, yang ikut menjadi pembawa acara pemutaran film tersebut, mengatakan bahwa film tersebut penting karena “invasi Rusia ke Ukraina mengancam apa yang diperjuangkan PBB: sebuah tatanan internasional yang mengutamakan kedaulatan dan integritas wilayah semua negara.”
“Kami ingin menegaskan kembali komitmen kami terhadap nilai-nilai PBB, dan itulah sebabnya kami memilih untuk menayangkan film dokumenter yang sangat penting ini,” katanya saat menyambut penonton di markas besar PBB di New York.
Pemutaran film ini dilakukan pada awal sesi ke-78 Majelis Umum PBB dan sepekan sebelum para pemimpin dunia tiba untuk menghadiri pertemuan tahunan mereka, di mana perang yang telah berlangsung selama lebih dari 18 bulan di Ukraina diperkirakan akan menjadi sorotan, terutama dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dijadwalkan, untuk berbicara langsung untuk pertama kalinya.
Film dokumenter yang mengerikan ini, yang diproduksi oleh serial AP dan PBS “Frontline,” diambil dari rekaman berdurasi 30 jam yang diambil oleh jurnalis AP, Mstyslav Chernov, dan rekan-rekannya di Mariupol setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dan pengepungannya terhadap kota Ukraina itu.
Film tersebut mendokumentasikan pertempuran di jalanan, tekanan yang menimpa warga Mariupol dan tim medis, serta serangan yang menewaskan perempuan hamil, anak-anak, dan lainnya. Pengepungan tersebut, yang berakhir pada tanggal 20 Mei 2022, dengan penyerahan sekelompok kecil pejuang Ukraina yang kalah jumlah persenjataan dan jumlah personel di pabrik baja Azovstal, menyebabkan kota itu hancur dan diperkirakan 25.000 orang tewas, meskipun jumlah korbannya mungkin lebih tinggi.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, yang juga menjadi pembawa acara, mengatakan “20 Days in Mariupol” mendokumentasikan “kengerian perang agresi (Presiden Rusia, Vladimir) Putin.”
“Kami di sini malam ini untuk memberikan kesaksian, menyaksikan kengerian ini dan menegaskan kembali komitmen kami terhadap keadilan dan perdamaian,” katanya. “Kita harus terus meminta pertanggungjawaban Rusia atas kekejamannya. Kita harus terus mendukung rakyat Ukraina pada saat mereka membutuhkan.”
Pelaporan AP dari Mariupol memicu kemarahan Kremlin, dan duta besar untuk PBB, Vasily Nebenzia, secara keliru mengklaim pada pertemuan Dewan Keamanan pada hari-hari awal pengepungan bahwa foto-foto yang menunjukkan dampak serangan rudal terhadap rumah sakit bersalin adalah rekayasa.
“Saya berharap seluruh misi Rusia ada di sini untuk menonton film ini,” kata Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, yang menghadiri pemutaran film tersebut pada hari Senin.
Kyslytsya yakin film dokumenter ini sangat kuat dan penting sehingga masih akan ditayangkan 50 tahun dari sekarang.
Wakil Presiden Senior dan Editor Eksekutif AP, Julie Pace, menyebut film dokumenter tersebut sebagai “sebuah bukti kekuatan dan dampak jurnalisme saksi mata,” dan menekankan bahwa tanpa film tersebut, “dunia tidak akan mengetahui kekejaman yang terjadi.”
“Penayangan film ini di PBB saat Majelis Umum PBB sedang berlangsung menggarisbawahi pentingnya jurnalisme berbasis fakta dalam skala global,” katanya. “Sangat penting bagi kita untuk menjaga kemampuan pers yang bebas dalam meliput berita-berita paling penting di dunia dan kemampuan masyarakat untuk melihat pemberitaan berdasarkan fakta.”
“20 Days in Mariupol” memenangkan Sundance Global Audience Award untuk Film Dokumenter Terbaik dan beberapa penghargaan lainnya. Chernov dianugerahi Penghargaan Pulitzer untuk Pelayanan Publik bersama dengan fotografer Evgeniy Maloletka, produser Vasilisa Stepanenko dan koresponden yang berbasis di Paris, Lori Hinnant, atas “laporan berani” mereka tentang Mariupol.
Chernov menyampaikan video sambutan dari lapangan di Ukraina, mengenakan helm dan mengatakan kepada penonton bahwa ia terkadang merasa tidak berdaya sebagai jurnalis karena tidak dapat mengubah keadaan.
“Saya hanya bisa memastikan bahwa sebanyak mungkin orang akan melihat apa yang saya lihat… mengetahui apa yang terjadi di Mariupol dan tidak akan pernah melupakannya,” katanya. “Apa yang terjadi di Mariupol saat ini juga terjadi di kota-kota Ukraina lainnya, pada saat ini, dan sayangnya hal itu akan terjadi besok, dan lusa, hingga perang berhenti.”
Raney Aronson-Rath, pemimpin redaksi dan produser eksekutif “Frontline,” menyebutnya “sangat berarti” untuk mendapat kesempatan memutar film dokumenter tersebut di PBB. Dia mengatakan para produser terus membagikan film tersebut ke seluruh dunia untuk memberikan kesempatan kepada penonton untuk “menjadi saksi atas kekejaman yang dialami warga Ukraina.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...