Film Elysium: Surga ala Orang Kaya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Elysium membawa berbagai misi. Selain sebagai film hiburan, ia hendak berbicara tentang imigrasi, perlindungan kesehatan, dan perbedaan kelas. Matt Damon dan Jodie Foster beradu akting dalam film fiksi sains ini. Sayang, peran mereka kurang digali. Walau begitu, film ini menuai sukses besar.
Elysium adalah konsep tentang surga menurut legenda Yunani Kuno. Awalnya, surga disediakan untuk manusia yang berhubungan dengan dewa dan pahlawan. Di kemudian hari, fungsinya menjadi tempat tinggal manusia yang dipilih para dewa, orang-orang suci, dan para pahlawan. Mereka akan tetap hidup setelah kematian. Kehidupan mereka penuh kebahagiaan.
Pada 2154–seratus empat puluh satu tahun dari sekarang–rupanya manusia punya Elysium buatan. Sebab, bumi sudah kelebihan populasi. Sumber daya alam yang ada di Bumi tidak mampu menampung kebutuhan setiap manusia. Elysium adalah surga baru bagi orang-orang superkaya yang tidak mau hidup sengsara di bumi. Elysium dibangun di luar bumi dengan biaya sangat mahal.
Sebab, bumi telah gersang. Orang-orang bumi harus bertahan hidup dengan melakukan kekerasan. Sebaliknya, di Elysium, kehidupan berjalan tenang dan damai. Semua kebutuhan tersedia dengan baik: fasilitas kesehatan, pemerintahan yang ramah terhadap penduduk di Elysium. Namun, pemerintah Elysium begitu kejam dan mengeksploitasi orang-orang bumi.
Kisah tentang Elysium adalah film panjang karya kedua sutradara Neil Blomkamp. Laki-laki berumur 34 tahun ini sempat dipuji para kritikus film dan penonton lewat karyanya District 9. Seperti Elysium, District 9 juga bergenre fiksi sains. Sebelumnya, Blomkamp dikenal sebagai ahli visual effect.
Kisah tentang kesenjangan sosial, eksploitasi orang miskin, dan pertentangan kelas dimetaforakan film futuristik ini. Mungkin saja ramalan Blomkamp–ia juga sebagai penulis naskah–terjadi. Sumber energi, pangan, air makin menipis. Penduduk meledak. Orang akan saling berebut. Yang kuat akan menguasai yang lemah.
Keadaan bumi sudah seperti neraka. Penduduknya menjadi budak perusahaan-perusahaan orang kaya, penduduk Elysium.
Di Elysium, pemerintahan diatur Delacourt (Jodie Foster), perempuan yang menempati posisi Menteri Pertahanan. Yang dilakukan Delacourt bukan menghadapi invasi aliens atau menghadapi serbuan musuh dari planet lain. Hidupnya hanya ditujukan untuk mencegah dan memusnahkan tiap penduduk bumi yang secara ilegal berusaha masuk Elysium. Orang bumi tahu, di Elysium, kehidupan lebih baik.
Pemuda yatim piatu bernama Max Costa (Matt Damon) merasakan kerasnya kehidupan semenjak dia berada di panti asuhan. Max dewasa kali ini bekerja di satu perusahaan milik pengusaha kaya, penduduk Elysium.
Kondisi menjadi pelik ketika Max Costa yang penduduk biasa dan punya catatan kejahatan, memilih bergabung dengan kelompok Spider (Wagner Moura). Mereka ingin menembus keamanan Elysium dan meruntuhkan dominasi pemerintahan Elysium yang bertindak tak adil dan kejam terhadap penduduk bumi.
Penampilan Matt Damon–yang rela plontos demi perannya sebagai Max–berperan cukup baik. Namun, Damon tampaknya masih dipengaruhi perannya sebagai Jason Bourne dalam film yang berdurasi 120 menit ini. Aktris kawakan, Jodie Foster, sukses berperan sebagai tokoh politisi yang rakus, kejam, dan tidak mempunyai empati terhadap si miskin. Seandainya, skrip film banyak memberi tempat kepada Damon dan Foster untuk bereksplorasi, hasilnya tentu lebih dari sekadar film sains fiksi. Mungkin, target Neil tidak terlalu muluk: asal diterima baik oleh pasar.
Memang benar. Film berbiaya US$ 115 juta (Rp 1,265 triliun) ini untung besar. Sampai akhir Agustus ini, pendapatannya sudah mencapai US$ 139 juta (Rp 1,5 triliun).
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...