Film Menjadi Cara Inovatif Melawan Perubahan Iklim
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Sebuah film dokumenter pemenang penghargaan Cesar, telah menjadi cara yang inovatif bagi petani dan penduduk bumi, untuk membuat planet ini menjadi tempat yang lebih hijau dan lebih ramah lingkungan. Pemenang Cesar 2016 untuk film dokumenter terbaik, setara Oscar di Prancis, yang berjudul Tomorrow, menceritakan perjalanan Cyril Dion dan Mélanie Laurent menjelajahi dunia untuk mencari solusi masalah lingkungan.
Perjalanan membawa mereka ke gunung berapi Icelandic, daerah kumuh India, lahan pertanian Prancis, dan beberapa tempat-tempat lain, untuk menceritakan kisah orang-orang biasa yang memerangi perubahan iklim.
"Keputusan untuk menjauhi narasi kiamat, yang baru-baru ini menonjol pada film Leonardo DiCaprio yang berjudul Before the Flood, datang dari kenyataan bahwa pendekatan yang demikian tidak berhasil mendorong orang bertindak untuk memerangi perubahan iklim,” kata Dion.
"Ketika kita fokus pada malapetaka, dan pada hal-hal yang menimbulkan ketakutan, hal itu memicu mekanisme penolakan dan ketakutan di otak," kata aktivis lingkungan dalam sebuah wawancara telepon menjelang rilis film tersebut, yang dilansir situs voanews.com pada Kamis (21/4).
Film diawali dengan kisah dua profesor California yang mendiskusikan studi mereka, bahwa tahun 2012 merupakan tonggak dimana perubahan iklim menjadi tanda dimulainya sebuah siklus baru yakni kepunahan massal seluruh isi bumi.
Dion, dan Laurent, yang adalah seorang aktris Prancis yang terkenal dalam film Inglourious Basterds, memulai perjalananya menjelajahi dunia.
Di Inggris, mereka mengunjungi kota pasar Todmorden yang penduduknya telah memanfaatkan ruang publik untuk menanam buah-buahan, sayuran dan rempah-rempah, yang dapat dipetik oleh pejalan kaki.
Di Kota Lille, Prancis, seorang CEO sebuah perusahaan penghasil kertas amplop, menunjukkan kepada mereka bagaimana bambu dapat ditanam di air limbah pabrik, untuk memberi makan boiler kayu yang diolah menjadi energi bagi pemanas sentral unit.
Dan di Kopenhagen, perencana lokal telah menjelaskan bagaimana membangun labirin jalur sepeda merupakan bagian dari upaya untuk menjadi kota pertama yang bebas karbon pada tahun 2025.
"Kami tidak membuat kota yang bagus, juga mobil yang hebat, atau membuat perencana dan arsitek kota yang modernistis menjadi bangga dan bahagia," kata Jan Gehl, arsitek dan perencana kota setempat, dalam film tersebut. "Kita harus membuat kota agar warga bisa memiliki kehidupan yang baik dan waktu yang tepat."
Dion mengatakan, dia yakin film ini akan menarik perhatian pemirsa Amerika, meskipun banyak anggota parlemen AS yang skeptis terhadap perubahan iklim, dan beberapa peraturan yang menjadi penghambat.
Sejak dilantik pada bulan Januari, Presiden Donald Trump telah mengambil beberapa langkah untuk membatalkan peraturan perubahan iklim yang diberlakukan oleh pemerintahan sebelumnya.
Trump juga berjanji selama kampanye pemilihannya untuk menarik Amerika Serikat keluar dari pakta perubahan iklim global yang dicapai di Paris pada tahun 2015.
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...