Loading...
BUDAYA
Penulis: Melki 23:05 WIB | Jumat, 31 Mei 2024

Film Samsara Tawarkan Pengalaman Sinematik Luar Biasa

Film "Samsara" garapan Sutradara Garin Nugroho ditayangkan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/5/2024). (ANTARA)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Film bisu hitam putih berjudul "Samsara" karya Sutradara Garin Nugroho menawarkan pengalaman sinematik yang tidak biasa kepada para penikmat film.

"Dalam 'Samsara', kami mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live," kata Produser "Samsara" Gita Fara dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/5).

"Bentuk ini kami harapkan bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa," ia menambahkan.

Gita menuturkan bahwa "Samsara" mengajak para penikmat film kembali menikmati suasana masa lalu sekaligus mencicipi masa depan dengan perpaduan sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.

"Samsara" menampilkan elemen pertunjukan tradisional Bali seperti gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik serta tari dan topeng kontemporer.

Penggarapan musik pengiring film itu dipimpin oleh Komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn, yang memadukan musik Gamelan Yuganada dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.

Vokalis Ican Harem, Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih menambahkan warna pada iringan film.  

Pembuatan film juga melibatkan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, Gus Bang Sada, Siko Setyanto, maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, Valentine Payen-Wicaksono, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra Bali.

Sutradara Garin Nugroho menyebut film yang ia buat kali ini menggabungkan unsur film, unsur teater, dan unsur seni tradisi.

"Untuk bermain film bisu itu tidak mudah, karena biasanya dimainkan dalam tradisi Barat rata-rata, bukan dari sisi kita. Makanya, para aktor harus tahu betul konsep dan ketiga unsur seni itu," katanya.

Aktor Ario Bayu dan penari Juliet Widyasari Burnett berperan dalam film berlatar Bali tahun 1930-an itu, yang bercerita tentang Darta, pria dari keluarga miskin yang lamarannya ditolak oleh orang tua Sinta yang kaya raya.

Penolakan itu membuat Darta membuat perjanjian dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan, tetapi upaya itu justru menimbulkan penderitaan.

Film "Samsara" ditayangkan dalam festival serta panggung seni dan budaya di dalam maupun luar negeri, termasuk perhelatan Indonesia Bertutur 2024 di Bali pada Agustus 2024.

"Harapan kami, karya ini setelah Esplanade bisa kembali menemui penontonnya, baik di dalam maupun luar negeri," kata Gita merujuk pada penayangan film di pusat pertunjukan seni Esplanade di Singapura.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home