‘Filosofi Kopi’ Ajak Masyarakat Jadi Produser Digital
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Cerita pendek (cerpen) fiksi Filosofi Kopi karya penulis Dewi Lestari akan diproduksi menjadi film. Film yang rencananya digarap sutradara muda Angga Dwimas Sasongko ini juga mengajak masyarakat untuk menjadi produser digital.
Film Filosofi Kopi memang sebelumnya telah diklaim sebagai user generated movie pertama yang mengajak netizen memilih konsep visual melalui platform digital.
Produser digital yang terpilih oleh tim produksi film akan mengikuti seluruh rangkaian proses shooting dan mendapat dua kursi khusus produser yang terletak di belakang kursi sutradara.
Netizen yang sebelumnya telah mengikuti kompetisi produser digital ini. Mereka berebut mendapat poin tertinggi dan user yang paling aktif memberikan komentar untuk membantu membangun visual film tersebut. Sementara itu, netizen yang berhasil terpilih menjadi produser digital adalah Ryan dengan nama akun Twitter @RN_Blackzone dan Citra dengan nama akun Twitter @itscitraa.
Program user generated movie diluncurkan pertengahan 2014 merupakan program pertama yang masuk dalam dunia perfilman Indonesia. Para prodeser digital diwajibkan mengunduh aplikasi bernama “Filosofi Kopi Movie” di IOS atau Android dan mengikuti program bertema #NgeracikFilm.
"Agar bisa mengajak penonton untuk ikut mengkonsep filmnya,” kata sutradara Angga Dwimas Sasongko pada Kamis (8/1) sore di Kuningan City Mall, Jakarta.
Film ini menggandeng aktor pemenang Piala Citra 2014, Chicco Jerikho serta Rio Dewanto dan Julie Estelle.
Cerita utama dalam buku Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody. Ben merupakan seorang barista yang handal dalam meramu kopi. Bersama Jody, dia mendirikan suatu kedai kopi yang disebut Filosofi Kopi Temukan Diri Anda Di Sini.
Sinopsis ‘Filosofi Kopi’
Filosofi Kopi mengisahkan seorang barista andal bernama Ben yang selalu memberikan sebuah deskripsi singkat dalam ramuan kopi yang disuguhkan di kedai kopi miliknya. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung. Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah ramuan kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan nafas. Ramuan kopi terseut akhirnya jadi dan dinamai Ben's Perfecto. Ramuan kopi tersebut menjadi minuman terenak. Namun suatu hari, seorang pria datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak" dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah.
Ben dan Jody (sahabatnya) yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut. Mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody yang meminum kopi tersebut terhenyak akan kenikmatan kopinya. Mereka hanya meneguk serta menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung sederhana itu. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna. Ben yang merasa gagal akhirnya kembali ke Jakarta dan putus asa.
Untuk mencari tahu cara menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah tersebut. Sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: Kopi Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya".
Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup yang salah. Ben sadar hidup ini tidak ada yang sempurna. Dengan demikian, Ben kembali melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai filosofi kopi.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...