Gambir, Jamur Endofitnya untuk Pengembangan Antibiotik
SATUHARAPAN.COM - Tumbuhan gambir (Uncaria gambir, (Hunt.) Roxb.) yang berlimpah di Sumatera Barat, dan sumber dari ramuan tradisional untuk menyembuhkan luka bakar dan diare, diharapkan menjadi antibiotik pertama yang berasal dari Indonesia.
Satu tim ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dipimpin peneliti fitofarmaka senior di Pusat Penelitian Biologi, Andria Agusta, membuat ekstrak jamur endofit dari pohon gambir di Desa Payakumbuh di Sumatera Barat, untuk mempelajari struktur molekulnya, dan menemukan dua senyawa kimia, bislunatin dan episitoskirin, sesuai dengan klasifikasi biologi antibiotik.
Uji toksisitas menunjukkan bislunatin memiliki efek moderat terhadap tujuh bakteri yaitu, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Micrococcus luteus, Shigella flexneri, Proteus vulgaris, dan Proteus mirabilis, seperti disampaikan Agusta, seperti yang diberitakan SciDev.net. Sementara episitoskirin, menunjukkan sifat antimikroba dan antikanker, dengan tidak berdampak buruk pada hati dan fungsi ginjal, atau pertambahan berat badan.
Penemuan kedua senyawa kimia itu, secara efektif dapat menghancurkan bakteri patogen yang resisten terhadap pengobatan melalui antibiotik. Setelah tiga tahun tim Agusta melakukan penelitian dan memasuki tahap akhir, mereka akan melanjutkan dengan tes klinis tahun depan.
Penemuan itu, mungkin menandai terobosan penting sebagai antibiotik baru yang diperlukan tentang resistensi antimikroba, yang terutama mempengaruhi pasien saat menjalani operasi, yang lebih rentan terhadap infeksi.
Agusta mengatakan efektivitas antibiotik berkisar dari sekitar 50 sampai 60 tahun saja. "Antibiotik yang sekarang digunakan pertama kali diproduksi pada tahun 1960. Setelah 50 tahun, bakteri telah menjadi tak terkalahkan dan menyebabkan infeksi, " katanya, hal ini sangat mengancam pasien, yang berjuang untuk dapat bertahan hidup.
Manfaat dan Khasiat
Gambir, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan perdu setengah merambat atau memanjat, dengan percabangan memanjang dan mendatar, dipersenjatai dengan duri-duri melengkung seperti kait.
Daun-daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk oval hingga jorong lebar, permukaan licin, dengan tangkai daun pendek.
Bunganya tersusun majemuk dalam bongkol berdiameter 3,5-5 cm, dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau. Kelopak bunganya pendek. Mahkota bunganya berbentuk corong, seperti bunga kopi, dengan benang sari lima. Buahnya berupa kapsula dengan dua ruang, panjang 14-18 mm, berbiji banyak, bersayap, dan bertangkai hingga 20 mm.
Gambir sejak lama telah dibudidayakan di Semenanjung Malaya, Singapura, dan Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Maluku. Asal-usulnya diperkirakan dari Sumatera dan Kalimantan, dan jenis-jenis liarnya didapati tumbuh di alam. Ahli botani berkebangsaan Jerman, Georg Eberhard Rumphius, melaporkan gambir ditanam orang di Maluku pada pertengahan abad ke-18, sementara sumber lain meyakini perdagangannya di kawasan Malaya telah berlangsung sejak abad ke-17.
Gambir, seperti dapat dibaca di Wikipedia, juga menjadi nama dari produk getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan gambir yang kemudian dicetak dan dikeringkan. Fungsinya, sebagai astringen (zat yang membuat jaringan biologis mengkerut, Red).
Sebagian besar getah yang dikeringkan dibuat menjadi produk yang dinamakan betel bite atau plan masala. Nama lainnya adalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu). Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya cokelat kehitaman atau kekuningan. Bentuk lainnya adalah bubuk atau "biskuit".
Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna.
Pada masa lalu gambir dihasilkan dari Sumatera Barat, Riau, Bangka, Belitung, dan Kalimantan Barat, menurut catatan ahli botani Heyne (1987). Namun, produsen utama gambir saat ini adalah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Lebih kurang sekitar 90 persen produksi gambir Indonesia saat ini dihasilkan dari Provinsi Sumatera Barat dan Riau, dengan tujuan utama ekspor India dan Singapura.
Kandungan utama gambir dan juga dikandung oleh banyak anggota genus Uncaria lain, menurut Wikipedia, adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51 persen), zat penyamak (22-50 persen), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin) dan turunan dihidro- dan okso-nya.
Selain sebagai astringen, mengutip dari buku Dr A Seno Sastroamidjojo, Obat Asli Indonesia, gambir sejak lama dimanfaatkan masyarakat secara tradisional sebagai obat diare, disentri, obat serak, dan obat tukak dalam bentuk salep.
Editor : Sotyati
Rusia Dakwa Pria Uzbekistan Atas Pembunuhan Seorang Jenderal...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Seorang warga negara Uzbekistan yang dituduh bertindak atas nama Ukraina tel...