Gamelan Yuganada Tampil dalam Komponis Kini #6
GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Kelompok Gamelan Yuganada tampil dalam program Komponis Kini #6 “A Tribute to Wayan Beratha” di Bentara Budaya Bali (BBB), Sabtu (16/11). Pada pementasan kali ini mereka mempresentasikan komposisi terkini untuk perangkat gamelan, digarap bersama oleh lima komposer yakni Wayan Sudirana, Wayan Diana Putra, I Made Reindra Dwipayana, I Kadek Agus Cahaya Suputra, dan I Kadek Janurangga.
Adapun komposisi baru yang dipertunjukkan bertajuk “Aural Independent”, sebuah garapan musik yang mengedepankan aspek auditori, dimana porsi pendengaran ditempatkan sebagai bagian penting daripada porsi visual. Karya ini dibagi menjadi beberapa bagian yang dengan sengaja dibuat untuk mempresentasikan segala kemungkinan auditif dan aspek individualistik dari karakteristik gamelan yang secara tradisi memang selalu mengutamakan unsur kebersamaan atau komunal.
I Wayan Sudirana mengungkapkan bahwa melalui garapan ini dirinya ingin memberi perspektif baru tentang bagaimana gamelan kini dipandang. “Perangkat gamelan memiliki ketergantungan satu sama lain, namun sekaligus juga memiliki kemandirian. Inilah yang ingin kita tonjolkan dalam komposisi ini. Diawali melodi yang saling terkait kemudian masing-masing bagiannya dipecah, “ujarnya.
Selain pertunjukan, acara juga diperkaya dengan pemutaran video proses cipta dan timbang pandang atau dialog bersama para komposer bersangkutan sebagai sebentuk pertanggungjawaban penciptaan. Tampil pula berbagi gagasan komposer I Wayan Gde Yudane dan Dewa Alit.
Pada sesi tersebut, Gde Yudane mengutarakan bahwa program Komponis Kini ini sesungguhnya merupakan forum bagi anak-anak muda, terutama yang serius menekuni new music for gamelan, untuk menggali pemikiran dan membangun visi masa depan.
Diungkapkan pula oleh Dewa Alit, melalui forum ini diharapkan dapat memberi perspektif baru bagi publik dalam melihat gamelan, sekaligus memberikan kebebasan untuk mencipta, terlepas dari pakem-pakem yang sudah ada.
Para komposer muda seperti Wayan Diana Putra, I Made Reindra Dwipayana, I Kadek Agus Cahaya Suputra, dan I Kadek Janurangga juga mengungkapkan tantangan-tantangan yang mereka hadapi ketika berproses beralih dari pola konvensional ke non konvensional, berikut upaya-upaya yang mereka lakukan sewaktu menekuni new music for gamelan.
“Memang tidak mudah untuk membiasakan diri bermain gamelan dengan pola-pola baru ini.Namun semakin sering kita mempelajarinya dan mendisplinkan diri, saya yakin lama-lama kita akan terbiasa. Yang terpenting adalah niat kita untuk membuka diri mempelajari sesuatu yang baru, “ ujar Diana Putra.
Sedini digagas, program Komponis Kini diniatkan sebagai sebuah upaya untuk mengubah paradigma atau cara pandang dan stereotif terhadap gamelan Bali. Para komposer yang tampil berupaya memberikan sebentuk penyikapan baru atas alat musik gamelan Bali.
Program ini mengedepankan bukan semata konservasi, namun terutama adalah eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal ini; sebuah penciptaan baru melampaui kebakuan, akan tetapi tetap merefleksikan filosofis tertentu.
Komponis Kini 2019 merujuk tajuk “A Tribute to Wayan Beratha”, tidak lain adalah sebuah penghargaan dan penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal. Upaya pencarian dan penemuan diri I Wayan Beratha itulah yang diharapkan menjadi semangat program ‘Komponis Kini’ di Bentara Budaya Bali, sekaligus sebuah ajang bagi komponis-komponis new gamelan untuk mengekspresikan capaian-capaian terkininya yang mencerminkan kesungguhan pencarian kreatifnya.
Komponis Kini diprogramkan secara terencana dan berkelanjutan, bertujuan untuk menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan di tanah air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new music dan new gamelan). Agenda ini berupaya pula memberikan pencerahan bagi publik musik, sekaligus ajang apresiasi agar masyarakat turut merayakan bentuk-bentuk kesenian yang mencerminkan ekspresi kekinian, terpujikan secara artistik dan bermutu tinggi. (PR)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...