Ganjar Pranowo: Infrastruktur Rusak karena Salam Tempel
JAKARTA,SATUHARAPAN.COM – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengeluhkan jalan raya penguhubung antar kota antar kabupaten di Jawa Tengah sebagian besar rusak karena kendaraan roda empat atau lebih memuat barang seringkali overtonase atau kelebihan berat.
“Hampir seluruh manajemen logistik kita, kalau saya amati di tempat saya (Provinsi Jawa Tengah) masih lugu karena masih memakai tranpostasi jalan raya aspal, karena truk ini bikin macet, dan jembatan timbang adalah barang yang tidak berguna,” kata Ganjar pada Seminar Nasional Infrastruktur Untuk Rakyat, yang berlangsung Kamis (18/12) di UOB Plaza, Jakarta Pusat.
Ganjar hadir ke seminar ini setelah sebelumnya juga menghadiri Musyawarah Rembug Nasional yang digelar dengan sejumlah kementerian, presiden dan wakil di sebuah hotel berbintang di Jakarta.
“Jembatan timbang adalah lembaga filantropis, polisi datang dikasih salam tempel, sehingga suatu saat ada gubernur baru yang datang dikasih juga. Setelah saya lihat lebih dalam dan saya pelajari lebih mendetail infrastruktur hancur karena salam tempel, dan penyebabnya adalah kendaraan berat yang melintas di Jawa Tengah overtonase,” Ganjar menambahkan.
April lalu, Ganjar Pranowo marah besar ketika melakukan sidak di Subah, Batang. Ia memergoki praktik pungutan liar di jembatan timbang.
Sidak dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB ketika hendak kembali ke Semarang setelah tugas dinas di Banyumas, Cilacap, dan Tegal. Saat melintas di jembatan timbang Subah, Ganjar memutuskan untuk mampir. Di sana ia bertanya kepada petugas soal mekanisme kerja.
Namun ketika Ganjar melihat-lihat truk yang berjajar di jembatan timbang, ia melihat seorang kernet truk berjalan menuju kantor sambil menggenggam uang. Ganjar pun membuntutinya dan ternyata uang digenggam kernet itu diletakkan di meja petugas jembatan timbang namun tidak meminta bukti struk dan bermaksud menyelonong pergi. Ganjar meradang lalu menanyai kernet dan petugas jembatan timbang. "Buat siapa itu? Heh? Buat siapa?," kata Ganjar dengan nada tinggi, Minggu (27/4) malam.
Ganjar kemudian menanyai petugas dan memerintahkan agar semua laci dibuka. Betapa kagetnya Ganjar ketika ia membuka salah satu laci dan melihat dua amplop berisi uang. Ia lalu mengambil dan membanting dengan keras dua amplop itu ke meja.
Tidak hanya meluapkan emosi menceritakan perihal kemarahan yang dilakukan Ganjar beberapa bulan yang lalu, Ganjar juga menceritakan bahwa dia telah mendiskusikan transportasi yang ideal untuk Provinsi Jawa Tengah bersama Direktur PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang kala itu masih dijabat Ignasius Jonan, yang kini menjabat Menteri Perhubungan.
“Dan saat ini pentingnya adalah kita harus memindahkan transportasi dan distribusi ini kepada kereta api, dan saat saya rundingkan dengan pak Jonan (masih menjabat Dirut PT KAI) ternyata bisa,” kata Ganjar.
“Dan ini penting karena kita menyimak kalau paparan Pak Jonan tentang Rail-Volution itu bisa berlaku untuk transportasi tidak hanya manusia tetapi menurut kami (Pemerintah Provinsi Jawa Tengah) pelabuhan akan kita optimalkan, tetapi sayang sekali di Jawa Tengah namanya saja pelabuhan tanjung emas, dan emas, hanya nama saja, kenyataanya tidak jadi patokan pelabuhan laut nasional, tadi saya lihat di peta tol laut Pak Presiden (Musrenbangnas) dari Tanjung Priok (Jakarta) cuma lewat hingga ke Tanjung Perak (Surabaya),” Ganjar mengakhiri penjelasannya.
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...