Ganjar Pranowo Sambangi PGI, Berdialog dengan Tokoh Agama tentang Isu Kebangsaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Ketua Umum PGI (Persekutian Gereja-gereja di Indonesia), Pdt. Gomar Gultom, mengatakan, “Kami mensyukuri bahwa masih ada anak-anak bangsa yang memberi diri untuk memimpin bangsa ini. Jika tidak ada, bisa dibayangkan kondisi bangsa ini nantinya. Sebab itu, PGI dan gereja-gereja terbuka terhadap semua calon presiden, dan meminta seluruh warga untuk hadir di bilik-bilik pencoblosan, tidak golput, dan menggunakan hati nurani.”
Gomar Gultom mengatakan itu dalam dialog bersama Calon Presiden (Capres) no urut 3 Ganjar Pranowo di Grha Oikoumene, Jakarta, pada Senin (22/1/2024).
Pada kesempatan itu, Ganjar Pranowo didampingi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Yenny Wahid, Wakil Ketua Tim Pemenangan Capres dan Cawapres Ganjar-Mahfud (GAMA) Olly Dondokambey, dan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo. Selain MPH-PGI, turut hadir dalam dialog pimpinan sinode gereja, PGIW, beberapa tokoh, politikus, serta perwakilan organisasi kepemudaan Kristen.
“Memilihlah dengan hati nurani, tidak memilih orang dari janji-janji karena itu tidak menjamin integritas seseorang. Melainkan track record, pengalaman hidup, perilaku selama hidup, ini lebih penting,” kata Ketum PGI.
Memilih seseorang berdasarkan track record, lanjut Pdt. Gomar Gultom, jelas sekali dalam Keluaran 18:21: “Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin 10 orang”.
“Tidak bisa kita memenuhi apa yang disebutkan dalam Keluaran 18:21 ini tanpa melihat rekam jejak. Sekali lagi saya katakan PGI dan gereja-gereja tidak hendak menjadikan gereja terlibat dalam politik praktis, kita hanya bisa menghimbau masyarakat untuk melihat hukum dan etika kepatutan. Kalau gereja tidak bicara hukum dan etika kepatutan buat apa kita hadir di negeri ini. Ini jelas sikap PGI dan gereja-gereja,” katanya seperti dikutip laman PGI.
Dialog berlangsung penuh keakraban, dan sesekali Ganjar Pranowo melontarkan candaan-candaan yang mengundang tawa. Dia pun memaparkan terkait isu-isu kebangsaan, dan berbagai topik terkait kepemimpinan, serta berbagai pengalamannya saat menjadi aktivis di era Reformasi 1998 hingga menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode pada 2013-2023.
Menurut dia, Pemilu yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali adalah hal yang biasa saja dalam pemerintahan. Namun saat ini dibuat menjadi luar biasa. “Padahal adanya pergantian kepemimpinan sebenarnya itu hal biasa, dan ini diatur dalam konstitusi, dan ini pasti akan terjadi. Mengikuti Pemilu ini bagi saya hanya panggilan sejarah dan tidak ada beban apa-apa,” katanya.
Dalam dialog Ganjar merespon beberapa pertanyaan yang dilontarkan peserta diantaranya terkait kondisi pulau-pulau terluar di Indonesia, realisasi konsep Papua damai, serta konsepnya mengenai bencana. “Saya gubernur pertama yang diberi sertifikat terkait penanggulangan bencana. Hadiahnya dapat banjir di Kudus waktu itu. Saya mesti berfikir dan akhirnya menghubungi Bupati Kudus untuk menyelesaikan hal ini supaya menurunkan sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang naik di Jakarta,” kisahnya.
Dia pun menyinggung pentingnya peran tokoh agama, dan tokoh masyarakat dalam mengawal pemilu yang adalah pesta demokrasi di Indonesia.
Diakhir dialog, Ketum PGI Pdt. Gomar Gultom menyerahkan plakat berupa logo PGI dengan motif batik Sidomukti kepada Ganjar Pranowo.
Editor : Sabar Subekti
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...