Gaza Menolak Kehadiran ISIS
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok bersenjata di Gaza, Palestina menolak kehadiran organisasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah mereka yang merupakan daerah kantong pantai yang terpisah dengan wilayah Palestina, Tepi Barat.
Hal itu dilaporkan Patrick Strickland dari Deutsche Welle (DW) dari Gaza, di sebuah pangkalan pelatihan di kawasan industri Kota Gaza dari Brigade Al-Nasser Salah Al-Din. Brigade ini menolak klaim bahwa ISIS juga aktif di wilayah itu.
Abu Sayyaf, seorang pemimpin dari kelompok Islam, mengenakan topeng hitam di wajahnya, dan berlatih militerbersama selusin pasukannya. Mereka memantau drone Israel dan balon pemantauan terbang di atas mereka. Mereka bersumpah bahwa kelompok-kelompok bersenjata Palestina tidak akan pernah membiarkan adanya cabang lokal ISIS di Gaza.
"Kami tidak takut Daesh (sebutan lain untuk ISIS dalam bahasa Arab), karena Gaza tidak akan pernah menerima kehadirannya," katanya. "Secara internal, faksi-faksi bersenjata tidak akan mengizinkannya," kata dia.
Meskipun Hamas telah menguasai Gaza sejak 2007, beberapa kelompok bersenjata dari semua kelompok politik, Islam, nasionalis sekuler, kaum kiri, tetap beroperasi di wilayah tersebut. Mereka terlibat dalam perang dengan Israel, seperti pada perang brutal 51 hari antara Israel dan Gaza pada musim panas lalu.
Mengklaim Jaringan ISIS
Sejak perang pada musim panas lalu, muncul laporan di media yang menyebutkan ISIS hadir di Gaza. Pada awal Februari, kelompok yang mengaku berafiliasi dengan ISIS diberitakan menculik wartawan Palestina, Mohammed Omer, dan dua orang lainnya di Kota Gaza. Mereka kemudian dibebaskan.
Dua pekan sebelumnya, aktivis kelompok Salafi berkumpul di luar Pusat Kebudayaan Perancis di Gaza. Mereka menggelar demonstrasi menyatakan mendukung ISIS dan serangan mematikan terhadap majalah satir, Charlie Hebdo, di Paris awal bulan itu.
Pada Desember tahun lalu, selebaran dari kelompok yang mengaku berafiliasi dengan ISIS lokal di Gaza mulai bermunculan. Salah satu selebaran mengancam perempuan yang tidak berpakaian dengan cara yang sesuai aturan kelompok tidak diterim.
Selebaran lainnya mengeluarkan ancaman pada 18 penulis dan penyair setempat yang disebutnya sebagai "ateis." "Kami memperingatkan para penulis dan penyair dari pernyataan nakal mereka dan perbuatan ateisme," kata pernyataan itu.
"Kami memberikan kesempatan tiga hari untuk mereka menarik kembali kemurtadan dan kecerobohan mereka dan masuk ke agama Islam lagi," kata pernyataan itu.
Sebuah video yang diposting di YouTube awal tahun ini menunjukkan sekelompok milisi bertopeng di Gaza menyatakan kesetiaan mereka kepada ISIS. Bahkan pada Februari 2014, Dewan Syura Mujahidin di Environs, Yerusalem, yang disebut sebagai kelompok Salafi yang berbasis di Gaza, merilis sebuah pernyataan yang menyatakan mereka "berkomitmen untuk membantu (ISIS) dan memperkuat jajaran (organisasi itu)."
Bukan Perang Agama
"Kami tidak melawan dalam perang agama di sini, di Gaza," kata Abu Sayyaf, dan memprediksi bahwa kelompok yang berafiliasi dengan ISIS tidak akan mendapatkan banyak popularitas di kalangan warga Gaza.
"Ini adalah perang untuk membebaskan tanah yang diduduki," kata dia. Dan kelompok lain memilih untuk tidak langsung menjawab kemungkinan pertumbuhan ISIS di Gaza.
Abu Khaled, seorang komandan di Brigade Perlawanan Nasional, sayap bersenjata Front Demokrasi Kiri untuk Pembebasan Palestina, mengklaim bahwa ISIS didukung oleh Amerika Serikat.
"Perlawanan Palestina tidak mencampuri urusan Arab lainnya," kata Abu Khaled. "Tapi Palestina bukanlah lahan subur bagi kelompok seperti ISIS. Penolakan itu bersatu di tanah ini, dan musuh kami adalah pendudukan Israel. Bukan satu sama lain," katanya.
Sejak Hamas mengambil alih Gaza pada tahun 2007, mereka telah mendesak kelompok bersenjata lainnya dan membatasi kemampuan mereka untuk bertindak secara independen, kata Benedetta Berti, seorang analis keamanan pada Institut Studi Keamanan Nasional yang berbasis di Tel Aviv.
Meskipun kelompok Salafi telah "cukup terkendali di Gaza," ada peluang yang dibuat oleh ISIS dan kelompok serupa di Timur Tengah untuk bisa "memimpin, sampai batas tertentu, dan pergantian beberapa sel jihad Salafi kecil yang sudah ada (di Gaza) ", kata Berti berkomentar.
ISIS dan kelompok yang berpikiran serupa menolak nasionalisme Hamas, sementara Hamas berkomitmen untuk perjuangan bersenjata melawan Israel.
Cabang Beracun Sama
Ketegangan antara Hamas dan kelompok-kelompok Salafi garis keras meningkat sejak 2009, ketika pasukan keamanan Gaza melawan kelompok Salafi, Jund Ansar Allah, di jalur selatan. Setelah deklarasi kelompok itu dari sebuah emirat Islam di Gaza, pasukan keamanan Hamas membunuh pemimpin spiritualnya, Abdel Latif Moussa, dan puluhan orang bersenjata dalam sebuah baku tembak semalaman.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mencoba untuk mempromosikan ide bahwa ada beberapa perbedaan yang relevan antara Hamas dan ISIS. "ISIS dan Hamas adalah cabang-cabang pohon yang beracun sama," katanya ketika menanggapi pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) September tahun lalu.
"Ketika sampai pada tujuan akhir mereka, Hamas adalah ISIS dan ISIS adalah Hamas," kata Netanyahu.
Joshua Landis, Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, menjelaskan bahwa Netanyahu "ingin menggambarkan musuh Palestina sebagai musuh Amerika, dengabn menyamakan keduanya" pada saat hubungan AS-Israel bermasalah.
"Kami ingin meyakinkan semua orang bahwa ISIS tidak ada di Jalur Gaza, dan badan-badan keamanan berada dalam situasi terkendali penuh," kata Eyad al-Bozum, juru bicara kementerian dalam negeri Gaza, pada saluran berita berbahasa Arab, Al- Mayadeen, pada bulan Desember.
Meskipun kelompok yang berafiliasi dengan ISIS hadir di Gaza, Berti mengatakan tidak mungkin untuk memperkirakan jumlah pasti pejuang mereka atau pendukungnya. "Secara militer, tidak ada kelompok-kelompok kecil atau sel yang dapat menantang Hamas," kata dia. "Secara keseluruhan keseimbangan kekuasaan dalam hal senjata danpersonil masih mendukung Hamas." (dw.de)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...