Gemar Wetan, Ikhtiar Umat Buddha Kembangkan Potensi Desa Wisata
MAGETAN, SATUHARAPAN.COM – Ditjen Bimas Buddha bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, khususnya Asisten Deputi Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama dan Majelis Nichiren Syosyu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI), menggelar Gemar Wetan.
Kegiatan Gemar Wetan yang mengusung Tema “Mbangun Karyo Songko Ndeso” itu dibuka Asisten Deputi Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama Kemenko PMK, Aris Darmansyah. Hadir juga Direktur Urusan dan Pendidikan Buddha Supriyadi, serta Pandita Alim Sudio dari MNSBDI.
Supriyadi menjelaskan, Gemar Wetan merupakan akronim dari Gerakan Wisata Masyarakat Magetan. “Kami membina 50 pemuda dalam rangka Gemar Wetan,” ia menjelaskan, Rabu (22/5), dalam siaran pers Bimas Buddha yang dilansir kemenag.go.id.
Pembinaan Gemar Wetan berlangsung dua hari, 22-23 Mei 2019, di Magetan. Kegiatan itu dilatarbelakangi adanya kesadaran tentang pentingnya pengembangan potensi desa wisata sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan.
“Melalui pembinaan Gemar Wetan, kami melatih komponen masyarakat pegiat wisata Magetan tentang manajemen pariwisata,” tuturnya.
Tujuan pembinaan ini, kata Supriyadi, adalah memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya, serta mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pengelolaan pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya. Tujuan lain adalah mendapatkan jaminan memperoleh pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata, dan mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.
Kepada peserta pembinaan, Supriyadi mengingatkan pentingnya mewujudkan kehidupan beragama yang toleran dan harmonis seiring dengan tugas dan peran pemuda dalam mengelola pariwisata lokal dan homestay. Ia menjelaskan, agama memberikan penekanan tentang nilai-nilai hidup manusia seperti: kerukunan, perdamaian, persaudaraan, solidaritas, cinta kasih, persatuan, dan kerja sama dalam hidup bersama.
“Kita beragama dengan tujuan untuk kematangan spiritual dan moral yang terwujud atau terbukti dalam hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan serta antara manusia dan sesamanya,” katanya.
“Kita sebagai warga negara Indonesia yang juga sebagai umat beragama harus berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan negara Indonesia,” ia menambahkan.
Berkaitan dengan hal itu, ia menggarisbawahi pentingnya sikap inklusif dari setiap umat beragama. Sikap itu sangat dibutuhkan dalam tugas dan kewajiban bersama untuk membangun Indonesia.
“Wisatawan yang datang dan menggunakan homestay adalah dari berbagai latar belakang suku dan agama. Karena itu, perlu dimiliki sikap toleransi dan pemahaman atas keragaman yang ada sehingga akan dapat menjadi tuan rumah yang baik dan ramah,” ia menambahkan.
Melalui program ini, para pemuda pegiat pariwisata juga diberi wawasan tentang pemberdayaan potensi wisata lokal, promosi wisata di era sosial media, dan pengelolaan homestay. Kegiatan itu menampilkan narasumber dari Dinas Pariwisata Kabupaten Magetan.
Peserta yang berasal dari Desa Wonomulyo, Desa Poncol, Desa Plangkrongan, Desa Sidomulyo, Karang Taruna Kwarigan, dan Komunitas Fotografi Poncol, antusias mengikuti kegiatan pembinaan Gemar Wetan.
Pada akhir kegiatan, mereka merumuskan proyek perubahan yang terbagi dalam tiga tema, yaitu: hajatan tidak jor-joran dengan proyek perubahan sosialisasi melalui video klip lagu, penangangan sampah di desa dengan proyek perubahan advokasi dan bank sampah, serta peluang kerja untuk pemuda di desa dengan proyek perubahan pengelolaan potensi wisata lokal.
Pada kesempatan tersebut, Aris Darmansyah memberikan wawasan akan pentingnya perubahan pola pikir dan pola tindak bagi pemuda melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Editor : Sotyati
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...