Gembolo, Sumber Karbohidrat dan Diosgenin yang Dilupakan
SATUHARAPAN.COM – Sama dengan gembili, gembolo termasuk tumbuhan umbi-umbian yang ditanam di pekarangan rumah di pedesaan. Sesekali gembolo dijumpai dijual di pasar-pasar di kota-kota kecil.
Tumbuhan ini tersebar keberadaannya di seluruh daerah tropika, dan menjadi sumber karbohidrat penting di beberapa tempat di Afrika, terutama di wilayah barat Afrika.
Gembolo, yang termasuk suku gadung-gadungan, atau Dioscoreaceae, memiliki nama ilmiah Dioscorea bulbifera, L, dengan beberapa nama sinonim, di antaranya Helmia bulbifera (L.) Kunth, Dioscorea sylvestris, De Wild., Dioscorea heterophylla, Roxb., Dioscorea rogersii, Prain & Burkill.
Umbi gembolo secara morfologi serupa dengan umbi gembili. Keadaan itu yang membuat kebanyakan orang yang menanamnya menganggap keduanya tumbuhan yang sama, padahal secara taksonomi berbeda. Gembili dan gembolo berbeda dalam ukuran umbinya. Umbi gembolo berukuran lebih besar. Umbi gembolo, seperti dapat dibaca di kompasiana.com, bisa berkembang sangat besar seperti ukuran bola sepak.
Gembolo adalah tumbuhan perdu semusim, memanjat, yang dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Daunnya daun tunggal berbentuk jantung.
Gembolo memiliki umbi udara (bulbil) yang khas. Umbi utamanya berbentuk bulat, besar, dengan rambut akar yang pendek dan kasar. Daging umbi sangat bergetah namun lunak, berwarna kekuningan dan keras.
Gembolo tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.800 meter di atas permukaan air laut. Selain ditanam, gembolo juga dapat ditemukan sebagai tumbuhan liar.
Tumbuhan ini, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan asli Afrika, Asia selatan, India, Maladewa, Tiongkok, Jepang, Filipina, Indonesia, dan Australia utara. Dari tanah asalnya, gembolo kemudian berkembang ke banyak wilayah, seperti Amerika Latin, Hindia Barat, wilayah selatan Amerika Serikat, dan negara-negara kepulauan.
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut air potato atau air yam. Di India, tumbuhan ini memiliki banyak nama lokal, di antaranya varahi (Sanskrit), kaachil (Malayalam), dukkar kand (Marathi). Di Maladewa, tumbuhan ini memiliki nama lokal mathivah, assidha kattala, atau bileh kattala.
Di Indonesia, gembolo memiliki nama daerah uwi buah, uwi blicik, atau jebubug.
Manfaat dan Khasiat Gembolo
Gembolo, seperti dikutip dari situs balitkabi.litbang.pertanian.go.id, memang tidak dibudidayakan secara intensif. Gembolo termasuk jenis tanaman yang terkonservasi di pekarangan rumah, tanpa disengaja, karena hanya menganggapnya tanaman pengisi lahan pekarangan. Namun, sebuah tulisan yang dimuat di staff.blog.ui.ac.id, menyebutkan gembolo termasuk tumbuhan yang dapat memberikan jalan keluar untuk ketahanan pangan keluarga dalam kondisi krisis.
Upaya budidaya memang sudah ada untuk beberapa jenis bahan pangan seperti talas, bentul, singkong, ubi jalar, garut (umbi-umbian), jagung, kedelai, cantel, sorgum (biji-bijian), kentang, labu parang (sayuran), pisang, sukun (buah-buahan). Namun, ganyong, kentang hitam, gembili, ubi gantung, gadung, gembolo, suweg, uwi, kimpul, sagu, gandum, sorgum,dan jali, termasuk dalam jajaran tumbuhan yang dibudidayakan sambil lalu.
Semua jenis yang disebutkan itu masih dapat direkonstruksi budidaya dan kulinologinya (pengolahan kulinernya), bahkan kearifan tradisi dalam pola konsumsi masyarakat melalui tradisi “ngrowot”, yaitu makan makanan berasal dari “wot” atau akar-akaran.
Bukan hanya sebagai sumber pangan potensial, gembolo, mengutip dari Wikipedia, memiliki khasiat sebagai obat herbal. Dalam tradisi pengobatan kuno, gembolo dimanfaatkan untuk obat disentri, diare, penyakit-penyakit ringan, hingga radang mata.
Buku Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat tulisan Sidik Raharjo yang diterbitkan Merapi Farma Herbal menyebutkan gembolo dapat untuk mengobati luka bengkak.
Di wilayah Floria, Amerika Serikat, menurut penelitian Center for Aquatic and Invasive Plants, University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences, gembolo dikategorikan tumbuhan gulma yang invasif karena kecepatan pertumbuhannya. Pertumbuhan batangnya yang saling membelit, mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya, membentuk jalinan lapisan batang yang tebal. Jika tumbuhan dimatikan, umbi yang menggantung dapat tetap hidup, membentuk tunas baru.
Tumbuhan ini diintroduksi ke Florida pada 1905, melalui aktivitas pertanian. Jenis-jenis Dioscorea, menurut institusi ini, memiliki kandungan steroid diosgenin, bahan yang memiliki manfaat dalam industri pil KB.
Di Indonesia, penelitian lebih banyak dilakukan pada pemanfaatan umbinya. Di dalam jurnal ilmiah online Universitas Jember, dapat dibaca penelitian pemanfaatan tepung gembolo untuk substitusi terigu pada pembuatan mi kering.
Sementara itu, Sri Hutami, Ragapadmi Purnamaningsih, dan Surya Diantina (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian), melalui penelitian “Inisiasi dan Multiplikasi Tunas In Vitro Dioscorea composita L. dan Dioscorea bulbifera L. dan Penyimpanan melalui Metode Pertumbuhan Minimal”, mencoba menemukan metode perbanyakan gembolo dan jenis Dioscorea composita melalui kultur in vitro, sebagai bahan untuk penyimpanan jangka menengah maupun jangka panjang.
Penelitian tersebut didasari pada kenyataan Dioscorea belakangan ini mulai dilirik negara lain terutama Tiongkok, sebagai bahan obat-obatan karena kandungan diosgeninnya yang tinggi.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...