Gempa Aceh 30 Persen Fasilitas Pendidikan Rusak
MEUREUDU, SATUHARAPAN.COM - Kepala Dinas Perhubungan Kebudayaan Pariwisata, Komunikasi dan Informatikan Pidie Jaya, Aceh Nasir menyatakan, sebanyak 30 persen fasilitas pendidikan dikabupaten tersebut rusak akibat gempa 6,5 skala Richter (SR).
"30 persen lebih bangunan sekolah rusak akibat gempa," kata Nasir di Posko penanganan tanggap bencana di halaman kantor Bupati Pidie Jaya, hari Kamis (8/12).
Usai gempa bumi Rabu pagi, aktifitas pendidikan di kabupaten tersebut berhenti dengan sendirinya dan para keluarga korban untuk sementara waktu sudah mulai mengungsi.
"Aktifitas pendidikan terhenti untuk sementara waktu dan kita sedang fokus pada evakuasi korban gempa," katanya lagi.
Ada pun darah terparah terjadinya gempa meliputi ibu kota Kabupaten Pidie Jaya (Meureudu), Kecamatan Tringgraden, Ulee Glee, Meurah Dua.
"Kita upayakan aktifitas pendidikan kembali normal Senin (12/12)," ujarnya.
Sedangkan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, menyatakan 39 unit bangunan sekolah dari berbagai jenjang rusak akibat gempa.
"Ada 39 bangunan sekolah yang rusak. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya rusak parah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya Saiful MPd, hari Kamis.
Bangun sekolah yang rusak tersebut yakni 19 unit sekolah dasar (SD) dan dua di antaranya rusak parah. Sekolah menengah pertama (SMP) yang rusak mencapai 11 unit.
Kemudian, sekolah menengah atas (SMA) satu unit, sekolah menengah kejuruan tiga unit, dua di antaranya rusak parah. Serta taman kanak-kanak (TK) yang rusak lima unit, satu di antaranya rusak parah.
Sedangkan korban gempa di kalangan pendidik, kata Saiful, seorang guru SD, seorang guru TK, seorang pesuruh sekolah, dan seorang siswa meninggal dunia. Serta tiga orang siswa mengalami luka parah.
Saiful menyebutkan, aktivitas sekolah pada hari kedua pascagempa, guru tetap masuk sekolah. Namun, aktivitas belajar mengajar belum berjalan normal.
"Sekolah tidak libur. Namun, anak-anak didik masih trauma. Setiap guru yang tidak mengalami dampak langsung gempa diimbau untuk datang ke sekolah," kata Saiful menyebutkan.
Tujuan ke sekolah, kata dia, melayani anak didik yang datang atau mendata apa saja yang dibutuhkan setiap sekolah pascagempa. Termasuk menerima informasi terkait bencana tersebut.
"Kami mengimbau sekolah, terutama yang tidak menjadi dampak langsung bencana tetap beraktivitas. Namun begitu, harus dimaklumi juga kondisi masyarakat saat ini," kata Saiful MPd. (Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...