Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:44 WIB | Rabu, 03 Januari 2024

Gempa Bumi Jepang, 55 Tewas, Keluar Peringatan Bahaya Tanah Longsor

Orang berjalan melintasi bangunan yang ambruk akibat gempa bumi di Wajima, Perfektur Ishikawa, Jepang, pada hari Selasa (2/1). (Foto: Kyodo News)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Tim penyelamat Jepang bergegas mencari korban selamat pada hari Rabu (3/1) ketika pihak berwenang memperingatkan akan terjadinya tanah longsor dan hujan lebat setelah gempa bumi dahsyat yang menewaskan sedikitnya 55 orang.

Gempa berkekuatan 7,5 skala Richter pada tanggal 1 Januari yang mengguncang prefektur Ishikawa di pulau utama Honshu memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari satu meter, memicu kebakaran besar dan menghancurkan jalan-jalan.

Semenanjung Noto di prefektur ini terkena dampak paling parah, dengan beberapa ratus bangunan hancur akibat kebakaran dan rumah-rumah rata dengan tanah.

Pemerintah daerah mengumumkan pada hari Selasa (2/1) malam bahwa 55 orang dipastikan tewas dan 22 orang luka parah.

Namun jumlah korban diperkirakan akan bertambah ketika tim penyelamat berjuang melawan gempa susulan dan cuaca buruk untuk menyisir puing-puing.

Lebih dari 31.800 orang berada di tempat penampungan, tambah mereka.

Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida dijadwalkan mengadakan pertemuan satuan tugas darurat pada Rabu (3/1) pagi untuk membahas tanggapan.

Kishida menegaskan pada Selasa malam bahwa “ini adalah berpacu dengan waktu” mengingat berapa banyak orang yang mungkin terjebak di dalam bangunan yang runtuh, menurut lembaga penyiaran publik NHK.

Operasi ini menjadi sangat mendesak karena Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan hujan lebat di Noto. “Waspada terhadap tanah longsor hingga Rabu malam,” kata badan tersebut.

Di kota pesisir Suzu, Walikota Masuhiro Izumiya mengatakan “hampir tidak ada rumah yang berdiri”.

“Sekitar 90 persen rumah (di kota) hancur seluruhnya atau hampir seluruhnya… situasinya benar-benar bencana,” katanya menurut stasiun televisi TBS.

Seorang perempuan di tempat penampungan di kota Shika mengatakan kepada TV Asahi bahwa dia “belum bisa tidur” karena gempa susulan. “Saya takut karena kami tidak tahu kapan gempa berikutnya akan terjadi,” katanya.

Hampir 34.000 rumah tangga masih tanpa aliran listrik di prefektur Ishikawa, kata perusahaan utilitas setempat.

Banyak kota yang tidak mempunyai air bersih.

Kereta peluru Shinkansen dan jalan raya kembali beroperasi setelah beberapa ribu orang terdampar, bahkan ada yang terdampar selama hampir 24 jam.

Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan gempa tersebut berkekuatan 7,5 skala Richter, sementara JMA mengukurnya berkekuatan 7,6 skala Richter, sehingga memicu peringatan tsunami besar.

Gempa kuat tersebut merupakan salah satu dari 210 gempa yang mengguncang wilayah tersebut hingga Selasa malam, kata JMA.

Jepang mencabut semua peringatan tsunami setelah gelombang setinggi setidaknya 1,2 meter (empat kaki) menghantam kota Wajima dan serangkaian tsunami kecil dilaporkan di tempat lain.

Jepang mengalami ratusan gempa bumi setiap tahun dan sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan. Jumlah gempa bumi di wilayah Semenanjung Noto terus meningkat sejak tahun 2018, menurut laporan pemerintah Jepang tahun lalu.

Negara ini dihantui oleh gempa bawah laut berkekuatan 9,0 skala Richter di timur laut Jepang pada tahun 2011 yang memicu tsunami yang menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang.

Bencana ini juga membanjiri pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, menyebabkan salah satu bencana nuklir terburuk di dunia. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home