Gempa Nepal, Kondisi Situs Kelahiran Buddha Belum Jelas
KATHMANDU, SATUHARAPAN.COM – Taman Lumbini—dipercaya sebagai tempat lahir pendiri agama Buddha, Siddhartha Gautama—belum jelas pasca-gempa 7,9 skala Moment Magnitude, sampai berita ini diturunkan, Minggu (26/4). Situs-situs Hindu juga menjadi korban.
Menara Ashoka. (Foto: wikipedia) |
Sementara petugas medis, aparat, dan dibantu sukarelawan serta warga berusaha menyelamatkan korban dari reruntuhan, jumlah korban tewas terus membengkak. Kini diperkirakan lebih dari 2.000 ditemukan kehilangan nyawa. Termasuk ratusan orang yang meninggal akibat menara Dharahara—situs budaya UNESCO dibangun pada akhir abad ke-17—runtuh saat para wisatawan makan siang di atas menara.
Selain Dharahara, di Nepal terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang bernilai religi. Stupa Boudhanath, stupa Swayambhu, dan situs-situs Buddha di Kathmandu rusak berat. Negara dengan 80% penduduk memeluk Hindu ini memang terkenal dengan kehidupan harmonis Hindu-Buddha. Candi-candi Hindu Pashupatinath, Changu Narayan, Kasthamandap, Bajrayogini, Dakshinkali, Guhyeshwari, and Sobha Bhagwati kemungkinan besar menjadi korban gempa.
Situs Buddha terpenting tidak hanya untuk rakyat Nepal, tetapi juga dunia adalah Taman Lumbini di Distrik Kapilavastu, di dekat perbatasan dengan India. Berada di sebelah barat Kathmandu, Taman Lumbini menjadi satu di antara empat tempat ziarah tersuci umat Buddha. Tiga lainnya adalah Kushinagar—tempat Buddha mencapai Nirwana, Bodh Gaya—tempat Sang Buddha mendapat pencerahan di bawah pohon Bodhi, dan Sarnath—tempat Buddha pertama kali mengajarkan dharma.
Lumbini terletak di kaki gunung Himalaya, 25 km sebelah timur kota Kapilavastu, kerajaan tempat Pangeran Siddhartha menghabiskan 29 tahun usianya. Kapilavastu adalah nama tempat tersebut dan juga nama dari distrik sekitarnya.
Kolam Lumbini. (Foto: wikipedia) |
Lumbini memiliki sejumlah tempat ibadah, termasuk Vihara Mayadevi dan vihara-vihara lain yang masih dalam proses pembangunan. Juga di sini terdapat Puskarini atau Kolam Suci—tempat ibu Pangeran Siddhartha mengambil ritual mandi sesaat sebelum melahirkan. Pangeran Siddhartha pun mandi untuk pertama kalinya. Di Lumbini juga terdapat pula sisa-sisa istana Kapilavastu.
Penemuan
Pada 1896, arkeolog Nepal (dipimpin oleh Khadga Samsher Rana dan dibantu oleh Alois Anton Führer) menemukan pilar batu besar di Lumbini. Führer mendalilkan bahwa pilar itu ditempatkan di lokasi oleh Ashoka (kaisar dari Kekaisaran Maurya) sekitar tahun 245 sM. Catatan yang dibuat oleh Faxian—peziarah Tiongkok pada abad kelima awal juga digunakan dalam proses identifikasi situs yang terkenal religius ini.
Penggalian baru-baru di bawah struktur bata yang ada di Kuil Mayadevi di Lumbini memiliki bukti terungkap untuk struktur kayu yang lebih tua. Struktur kayu tersebut di bawah dinding dari bata kuil Buddha yang lebih baru, yang dibangun selama era Ashoka.
Tata letak kuil Ashoka erat dengan struktur kayu sebelumnya, yang menunjukkan kontinuitas ibadah di lokasi tersebut. Struktur kayu pra-Maurya tampaknya menjadi bodhigara kuno (pohon suci), yang terdiri dari postholes dan pagar kayu yang mengelilingi lantai tanah liat yang mengandung akar pohon mineralisasi yang tampaknya telah licin oleh pengunjung. Penanggalan radiokarbon dari kayu postholes dan optik dirangsang pendaran elemen dalam tanah yang menunjukkan aktivitas manusia (mungkin ibadah di sekitar pohon pada masa pra-Buddha) di lokasi mulai sekitar 1000 sM, diikuti dengan pengembangan komunitas biara-seperti Buddha sekitar 550 sM.
Warisan Dunia UNESCO
Lumbini, pada tahun 1997, menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO khusus dinominasikan untuk program Warisan Dunia Internasional.
Situs suci Taman Lumbini dibatasi oleh zona besar kebiaraan. Di zona itu hanya vihara yang dapat dibangun, tidak ada toko, hotel ataupun restoran. Zona ini dibagi menjadi zona timur dan zona barat. Zona timur memiliki vihara-vihara berbasis Theravada, sedangkan zona barat memiliki vihara-vihara berbasiskan tradisi Mahayana dan Vajrayana.
Di dalam situs suci Taman Lumbini ini terdapat reruntuhan vihara kuno, sebuah pohon suci Bodhi, kolam mandi kuno, pilar Asoka dan vihara Mayadevi, tempat kelahiran Buddha tepat berada. Dari awal pagi hingga sore hari, para peziarah dari berbagai negara melakukan bacaan dan meditasi di situs tersebut.
Kathmandu's Durbar Square, before and after the #earthquake via @snobers pic.twitter.com/Z6imiGZdiW
— HeardinLondon (@HeardinLondon) April 25, 2015
Kondisi Durbar Square. Ini adalah kompleks raja-raja Nepal abad ke-19.
Pictures of Patan Durbar Hall, a UNESCO world heritage site, in #Kathmandu one hour apart before & after #earthquake pic.twitter.com/nFB7PGv2q9
— Mohan Almal (@Mohanalmal) April 25, 2015
Kondisi Patan Durbar. Ini juga kompleks istana raja Nepal.
AFP photographer Roberto Schmidt, at base camp on Everest when the quake struck, has sent back his first pictures pic.twitter.com/4aQSaVqyRH
— Agence France-Presse (@AFP) April 26, 2015
Saat puncak Everest runtuh.
Sherpas and climbers watch helicopter carry injured from Everest Base Camp after Nepal quake - by @robertoindelhi pic.twitter.com/7kRDK6aLO5
— AFP Photo Department (@AFPphoto) April 26, 2015
Penyelamatan pendaki gunung yang terluka.
Nasib 100 Warga Thailand
Mungkin pernyataan pers Kementerian Luar Negeri Thailand ini bisa sedikit menjadi petunjuk tentang nasib Taman Lumbini. Mereka menyatakan bahwa 100 warga mereka selamat dari bencana gempa. Ke-100 mereka adalah pekerja di Taman Lumbini. (nytimes.com/wikipedia/bangkokpost.com)
Rajin Olahraga Kurangi Risiko Terkena Stroke Kembali
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis neurologi RSUD Pasar Minggu dr. Marijanty Learny Vera T....