Gempa Susulan di Cianjur Melemah, Hari Jumat Terjadi Dua Gempa
BMKG minta warga waspadai gempa susulan dan dampak musim hujan.
CIANJUR, SATUHARAPAN.COM-Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas gempa susulan di Kabupaten Cianjur akan semakin melandai dalam waktu empat hari kedepan sejak 22 November yang lalu.
Hingga Tanggal 23 November 2022 Pukul 08.00 WIB, jumlah gempa susulan yang tercatat BMKG ada sebanyak 162 gempa dengan magnitudo terbesar 4,2 dan terkecil pada magnitudo 1,2. Gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022) pukul 13:21 WIB. Gempa itu dirasakan di Jawa Barat, Banten, juga DKI Jakarta.
"Gempa-gempa susulan itu sebagian besar tidak dirasakan, dan yang bisa mencatat adalah alat, dan ada beberapa yang dapat dirasakan. Dalam kurun waku empat hari kedepan, gempa-gempa susulan tersebut sudah reda dan stabil," kata Dwikorita di Cianjur, Rabu (23/11).
Gempa Hari Jumat
Gempa bumi susulan yang bisa dirasakan di Cianjur masih tercatat pada hari Kamis (24/11/2022) sore, pukul 17:05:27 WIB. Koordinat pusat gempa pada 6,78 Lintang Selatan dan 107,11 Bujur Timur.
Kekuatan gempa sebasar 2,2 dan pusatnya pada kedalaman10 kilometer. Pusat gempa ini di darat sekitar lima kilometer dari Cianjur. Getarannya dirasakan pada skala II di Cugenang, Cianjur.
Namun pada hari Jumat, menurut infortmasi BMKG, terjadi dua kali gempa bumi. Pertama pada pukul 01:44 WIB dini hari dengan kekuatan 4,1 yang dirasakan geratannya di Cianjur pada skala IV. Pusat gempa pada kedalaman 10 kilometer dengan lokasi yang tidak jauh dari gempa yang telah menghancurkan kawasan itu.
Kemudian pada pukul 03:51 WIB terjadi kembali gempa bumi di sana dengan kekuatan 3,4 dan pusat gempa pada kedalaman enam kilometer. Pusat gempa juga berada tidak jauh dari pusat gempa sebelumnya.
Dengan masih terjadi gempa bumi dangkal di wilayah Cianjur, dikhawatirkan meningkatkan dampak gempa bagi warga dan tim yang sedang membantu warga.
Waspadai Musim Hujan
Dwikorita mengatakan, memasuki puncak musim penghujan, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana alam ikutan seperti longsor dan banjir bandang yang membawa material-material reruntuhan lereng akibat gempa M5,6.
"Saat ini curah hujan sedang meningkat menuju puncaknya di bulan Desember hingga Januari nanti, jadi harus diwaspadai kemungkinan terjadinya bencana ikutan usai gempa kemarin. Material lereng yang runtuh seperti tanah, batu, pohon, kerikil, dan lainnya harus dibersihkan agar tidak terbawa air dan menjadi banjir bandang. Hal ini pernah terjadi saat gempa bumi di Palu dan Pasaman Barat," katanya.
Dwikorita juga mengimbau saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan semestinya menggunakan struktur bangunan tahan gempa. Menurut dia, banyaknya korban meninggal dan signifikannya kerusakan yang terjadi pada saat gempa tektonik bermagnitudo 5,6 selain akibat gempa dangkal juga akibat struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa.
"Mayoritas bangunan yang terdampak karena dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa yang menggunakan besi tulangan dengan semen standar. Akibatnya, bangunan tersebut tidak mampu menahan guncangan gempa," paparnya.
"Perlu dipahami, bahwa banyaknya korban jiwa dan luka-luka dalam gempa bumi Cianjur bukan diakibatkan guncangan gempa bumi, melainkan karena tertimpa bangunan yang tidak sesuai dengan struktur tahan gempa bumi," tambah dia.
Khusus untuk pemukiman warga di daerah lereng-lereng dan perbukitan, kata Dwiokorita, maka opsi relokasi harus dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Mengingat berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG, gempa di Cianjur merupakan gempa yang berulang setiap 20 tahunan dan kemungkinan dapat terjadi kembali.
Sementara itu, topografi di wilayah lereng dan perbukitan tersebut tidak stabil dengan kondisi tanah yang rapuh atau lunak dan sering jenuh air akibat curah hujan yang cukup tinggi.
BMKG tengah melakukan survei untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang aman terhadap guncangan gempa. BMKG juga akan memadukan data yang dimiliki dengan PVMBG terkait wilayah rawan gempa dan rawan longsor guna mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi usai gempabumi.
"Kepada masyarakat yang ada di pengungsian maupun di rumah, kami mengimbau untuk tetap tenang. Jangan percaya dengan kabar, berita, maupun informasi yang tidak jelas asal muasalnya yang justru menambah kecemasan,” katanya.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...