Gempa Taiwan: 23 Tewas,132 Terkubur Reruntuhan Gedung

TAIPEI, SATUHARAPAN.COM -  Saluran televisi Inggris, ITV, melaporkan jumlah korban tewas gempa Taiwan bertambah menjadi 23 orang, mengutip keterangan seorang pejabat setempat.

"Sedikitnya 23 orang diketahui telah tewas dalam gempa yang melanda sekitar pukul 04:00 pada pagi hari Sabtu," demikian laporan ITV, hari ini (7/2).

Dilaporkan pula, semakin banyak korban hidup yang diselamatkan dari reruntuhan sebuah gedung apartemen yang ambruk di Tainan, Taiwan, sembari para petugas mencari 120 orang yang masih terperangkap dalam reruntuhan.

Sebelumnya, ITV melaporkan bahwa setidaknya 132 orang diyakini terkubur di bawah reruntuhan gedung, mengutip keterangan seorang pejabat kota.

Jumlah keseluruhan korban, menurut ITV, lebih besar dari yang diumumkan oleh pemerintah, seiring dengan penyisiran yang dilakukan oleh petugas untuk pada gedung berlantai 17 tersebut.

Petugas mengerahkan anjing pelacak dan peralatan akustik untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan.

Pejabat itu menambahkan bahwa kru penyelamat meyakini memiliki kemungkinan yang lebih mudah untuk  mencapai 29 orang yang terperangkap di reruntuhan gedung. Tetapi sisanya, berada pada posisi yang lebih dalam di bawah reruntuhan.

CNN melaporkan ratusan orang anggota tim penyelamat menyisir  gedung yang ambruk itu.

CNN memperkirakan 132 orang  terperangkap di bawah gedung, tidak diketahui hidup atau tewas.

Reuters melaporkan, mereka yang terperangkap sudah terkubur di reruntuhan selama lebih dari 24 jam.

Tim penyelamat yang terdiri dari pemadam, polisi, tentara dan relawan menyisir bangunan itu menggunakan alat berat dan tangan kosong, di tengah suhu yang mulai turun.

"Dia tidak menjawab telepon saya, saya mencoba untuk menahan emosi dan tetap kuat....Saya tahu mereka akan menemukannya, tapi saya juga bersiap untuk yang terburuk, ini sudah lebih dari 20 jam," kata seorang wanita bernama Chang, 42, sebagaimana dikutip oleh CNN. Ia  menunggu kabar dari putrinya yang berusia 24 yang tinggal di lantai lima apartemen itu.

Editor : Eben E. Siadari