Gencatan Senjata Berakhir, AS Salahkan Hamas, Gagal Penuhi Komitmen Pembebasan Sandera
DUBAI, SATUHARAPAN.COM-Pemerintahan Joe Biden, pada hari Jumat (1/12) menyalahkan berakhirnya gencatan senjata sementara di Jalur Gaza pada Hamas, ketika kelompok teror Palestina membombardir Israel tengah dan selatan dengan tembakan roket dan militer Israel melakukan serangan udara di daerah kantong pantai tersebut.
Pertempuran juga berlanjut pada hari Jumat (1/12) di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, dengan organisasi teror Hizbullah memperbarui serangannya setelah menghentikan tembakan selama sepekan terakhir di tengah gencatan senjata di Gaza.
Menurut Israel, Hamas melanggar gencatan senjata dengan tidak memberikan daftar sandera yang ingin dibebaskan pada pukul 07:00 pagi hari Jumat (1/12) sebagaimana diatur dalam perjanjian yang telah terjalin sejak pekan lalu, dan juga meluncurkan roket ke wilayah Israel pada Jumat pagi.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengkonfirmasi pada Jumat malam bahwa jeda tersebut “berakhir karena Hamas,” yang “mulai menembakkan roket sebelum jeda berakhir, dan … mengingkari komitmen yang dibuatnya dalam hal pembebasan sandera tertentu.”
Hamas memperluas jangkauan tembakan sepanjang hari, meluncurkan salvo di kota-kota dekat perbatasan sebelum menargetkan kota pesisir selatan Ashdod. Militer mengatakan sekitar 50 roket telah ditembakkan ke kota-kota Israel selatan dari Gaza.
Kelompok teror yang berkuasa di Gaza kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan roket yang ditembakkan ke Israel tengah, yang memicu sirene peringatan di banyak kota. Beberapa intersepsi Iron Dome terlihat.
Jihad Islam Palestina, kelompok teror lain yang didukung Iran di Gaza, pada hari Jumat malam mengklaim menembakkan roket ke Yerusalem dan kota-kota lain di Israel, sementara komunitas di wilayah selatan terus menjadi sasaran.
Jihad Islam membuat klaim tersebut ketika sirene roket terdengar di komunitas Eliav di wilayah Lachish dan pemukiman Tekoa di Tepi Barat, keduanya berada di selatan Yerusalem. Penduduk Yerusalem melaporkan mendengar ledakan.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan akibat roket tersebut, meskipun Pasukan Pertahanan Israel mengatakan lima tentara terluka akibat serangan mortir di dekat komunitas selatan Nirim pada Jumat pagi.
Serangan Udara Israel
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa sebagai tanggapan atas pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Hamas, mereka melancarkan serangan udara terhadap lebih dari 200 sasaran di Jalur Gaza sejak pukul 07:00 pagi.
Menurut pihak militer, di antara sasaran Hamas yang diserang oleh jet tempur adalah pusat komando dengan operasi di dalamnya, lokasi bawah tanah, dan lokasi yang digunakan untuk meluncurkan rudal anti-tank ke arah pasukan.
Beberapa sel Hamas yang terlihat oleh pasukan observasi Divisi Gaza juga diserang, kata IDF. Serangan udara juga dilakukan terhadap dua regu peluncur mortir di Gaza, tambahnya.
Sejumlah serangan Israel sepanjang hari terjadi di Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan. Beberapa serangan di Gaza utara diarahkan oleh pasukan divisi 162, 36, dan 252.
IDF mengatakan pasukan darat, sementara itu, menghancurkan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan bahan peledak, terowongan, lokasi peluncuran roket dan infrastruktur lain milik Hamas.
Kapal rudal Angkatan Laut, tank dan artileri juga melakukan serangan di Gaza.
Pertempuran Lintas Batas di Utara
Di Israel utara, beberapa roket ditembakkan dari Lebanon ke pos-pos militer di sepanjang perbatasan dekat Rosh Hanikra dan Maragaliot, dan juga di kota Kiryat Shmona, ketika Hizbullah mengaku bertanggung jawab untuk menargetkan posisi IDF di perbatasan setelah menghentikan serangannya selama gencatan senjata di Gaza.
Dua roket yang ditembakkan ke Kiryat Shmona dicegat oleh Iron Dome, kata IDF, seraya menambahkan bahwa mereka membalas dengan tembakan artileri ke sumber tembakan.
Tidak ada laporan korban luka atau kerusakan akibat serangan lintas batas tersebut.
IDF mengatakan pihaknya menyerang sel teror di Lebanon selatan, dekat komunitas utara Zar'it, dan melakukan serangan dengan jet tempur, helikopter tempur, dan artileri terhadap situs Hizbullah.
Secara terpisah, sel Hizbullah yang bersiap melakukan serangan di dekat komunitas utara Malkia dihantam oleh sebuah pesawat, tambah IDF.
AS: Hamas Ingkari Komitmennya
Mengakhiri kunjungannya ke Dubai sehari setelah mengunjungi Israel dan Tepi Barat, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyalahkan Hamas atas konflik baru tersebut.
“Penting untuk memahami mengapa jeda ini berakhir. Itu berakhir karena Hamas. Hamas mengingkari komitmen yang telah dibuatnya,” kata Blinken kepada wartawan sebelum meninggalkan Dubai, tempat dia berada di kota itu pada hari itu untuk menghadiri konferensi iklim COP28.
“Faktanya, bahkan sebelum jeda berakhir, mereka melakukan serangan teroris yang mengerikan di Yerusalem, menewaskan tiga orang dan melukai lainnya, termasuk warga Amerika,” lanjut Blinken. “Mereka mulai menembakkan roket sebelum jeda berakhir, dan seperti yang saya katakan, mereka mengingkari komitmen yang dibuat dalam hal pembebasan sandera tertentu.”
Blinken mengklarifikasi bahwa AS tetap berkomitmen untuk memulangkan semua sandera yang tersisa dan mendiskusikan masalah tersebut dengan mitra asingnya saat mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA).
“Kami tetap sangat fokus untuk memulangkan semua orang, mendapatkan kembali sandera, sesuatu yang juga saya kerjakan hari ini,” kata Blinken, yang bertemu dengan para diplomat terkemuka dari UEA, Mesir, Yordania, Qatar, dan Bahrain selama kunjungan singkatnya ke Dubai, serta perwakilan Otoritas Palestina.
“Kami bertekad untuk melakukan segala yang kami bisa untuk membuat semua orang bersatu kembali dengan keluarga mereka, termasuk menjalankan proses yang telah berjalan selama tujuh hari,” tambah Blinken, dengan mengatakan bahwa pekerjaan tersebut terus berlanjut “hampir sepanjang waktu.”
Blinken mengatakan AS akan memantau masalah ini dengan cermat dan berupaya memastikan konflik tidak menyebar ke tempat lain.
“Kami sudah sangat jelas mendukung Israel dalam upayanya memastikan kejadian 7 Oktober tidak akan terjadi lagi. Kami juga sudah sangat jelas mengenai pentingnya melakukan hal ini dengan mengutamakan perlindungan warga sipil dan memastikan bantuan kemanusiaan sampai ke mereka yang membutuhkan,” kata Blinken.
Gedung Putih mengatakan AS terus bekerja sama dengan Israel, Mesir dan Qatar untuk mencoba memulai kembali gencatan senjata.
“Hamas sejauh ini gagal menghasilkan daftar sandera yang memungkinkan perpanjangan jeda,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara tersebut mencatat bahwa gencatan senjata memungkinkan pembebasan lebih dari 100 sandera dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Biden dan tim keamanan nasionalnya “akan terus terlibat secara mendalam saat kami berupaya membebaskan sandera yang tersisa dan mempertahankan serta memperluas respons kemanusiaan internasional,” tambah pernyataan itu. (ToI/AP/dan Kantor Berita)
Editor : Sabar Subekti
K-Popers Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ratusan penggemar K-Pop atau yang akrab disebut K-Popers ikut turun dalam...