Gerakan Remaja Mogok Sekolah Demi Iklim Meluas
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Selama berbulan-bulan, siswa sekolah di berbagai negara telah memprotes kebijakan iklim pemerintah masing-masing.
Di Australia, Belgia, Perancis, Jerman, Inggris, dan lainnya, mereka menghadiri rapat umum mingguan, mengimbau para politisi yang menurut pendapat siswa, tidak banyak bertindak untuk mengatasi perubahan iklim. Yang menjadi kontroversi mengenai gerakan ini adalah, unjuk rasa berlangsung ketika para siswa seharusnya belajar di sekolah.
Jumlah peserta gerakan terus meningkat. Setiap minggu, puluhan ribu remaja dan anak muda bolos sekolah, sebagian besar pada hari Jumat yang dijuluki "Jumat demi Masa Depan." Protes-protes itu diperkirakan akan meluas ke banyak negara pada Jumat (15/3), menjadikannya pemogokan sekolah internasional yang terbesar.
Harian The Guardian menerbitkan surat terbuka kelompok koordinasi global, yang dilansir Voaindonesia.com pada Rabu (6/3), mengumumkan unjuk rasa di setiap benua. Pada Jumat 15 Maret siswa-siswa Amerika diperkirakan akan bergabung dalam gerakan ini secara besar-besaran.
Gerakan yang telah menjadi fenomena global ini dimulai oleh aktivis remaja di Swedia yang sekarang terkenal, Greta Thunberg.
Awalnya, ia bolos sekolah pada hari Jumat untuk berunjuk rasa di depan parlemen Swedia terkait pemilihan mendatang tetapi ia memutuskan untuk melanjutkannya sampai ada kemajuan yang signifikan mengenai masalah ini .
Thunberg mendokumentasikan pemogokan di halaman Twitter-nya, Thunberg mendapat pengakuan internasional dan diundang untuk berbicara pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Katowice, Polandia, pada Desember 2018.
Dunia menyaksikan ketika seorang remaja putri berusia 15 tahun menuduh para pemimpin dunia tidak "cukup dewasa untuk mengatakan apa adanya. Bahkan beban yang diserahkan kepada kita, anak-anak. "
Thunberg sejak itu menjadi ujung tombak gerakan remaja dan secara teratur menghadiri pemogokan hari Jumat di berbagai negara Eropa.
Reaksi internasional telah beragam: meskipun sebagian besar politisi mengakui pentingnya perjuangan remaja, sebagian menyoroti pelanggaran terang-terangan para siswa terhadap absensi sekolah.
Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, bolos sekolah berarti membuang-buang waktu pelajaran yang sudah dipersiapkan para guru yang akan sangat penting bagi pendidikan dan akan membantu menyelesaikan masalah iklim dalam jangka panjang.
Kanselir Jerman Angela Merkel memicu kontroversi, ketika ia mengatakan bahwa pemogokan itu mungkin diprakarsai oleh pengaruh luar. Ia kemudian meralatnya dengan mengklarifikasi ia menyambut baik pemogokan siswa, yang sebagian bertentangan dengan partainya sendiri, partai konservatif.
Editor : Melki Pangaribuan
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...