Gerakan Sekolah Sehat Ubah Paradigma UKS
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Widya Prada Ahli Madya di Direktorat SD Kemendikbudristek Minhajul Ngabidin menyatakan bahwa gerakan sekolah sehat atau GSS akan mengubah paradigma tentang usaha kesehatan sekolah (UKS).
“GSS ini dilakukan dalam rangka revitalisasi UKS. Jadi UKS programnya jangan hanya menangani anak sakit, tetapi bagaimana agar anak-anak terhindar dari sakit dengan memperkuat edukasi dan melakukan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” katanya dalam diskusi yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Kamis (3/10).
Ia menjelaskan, selama ini geliat UKS hanya tampak pada dua hal saja, yakni ketika anak sakit dan ketika ada lomba sekolah sehat atau penilaian UKS.
“Dengan kondisi tersebut, kelembagaan sekolah yang memberikan layanan kesehatan belum cukup bermakna untuk bisa membentuk sikap dan karakter warga sekolah tentang penerapan PHBS, sehingga Kemendikbudristek memandang perlu melakukan penguatan kesehatan sekolah dan peserta didik melalui revitalisasi UKS melalui GSS,” ujar dia.
Minhajul menegaskan, saat ini GSS wajib diselenggarakan untuk semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), hingga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
“Latar belakang Kemendikbudristek perlu melakukan terobosan kesehatan sekolah dan peserta didik yakni berdasarkan kondisi kesehatan peserta didik, di mana hal tersebut adalah sesuatu yang sangat penting agar anak-anak bisa belajar dengan baik, berprestasi, dan semua potensinya dapat berkembang dengan baik,” paparnya.
Melalui GSS, menurut dia, lingkungan sekolah sehat dapat tercipta secara lebih bermakna sehingga membentuk kepribadian warga sekolah yang memiliki pola PHBS.
“Gerakan sekolah sehat saat ini memasuki tahun ketiga, berbagai dampak sudah kita rasakan, dan di Kemendikbudristek menjadi salah satu program prioritas. Saat ini juga sudah dilaksanakan di Kementerian Agama dengan gerakan madrasah sehat,” ucapnya.
Selain itu, menurut dia, gizi masih menjadi salah satu permasalahan bagi anak-anak Indonesia, di mana sebagian masih mengalami kondisi stunting di jenjang TK dan SD, ada yang mengalami kekurangan berat badan, sedangkan di sisi lain mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
“Diperlukan satu kondisi yang sehat, secara internal, psikis, dan eksternal hal-hal yang mendukung dalam proses belajar mengajar. Dari sisi fisik mereka, kebugaran anak-anak kita tidak ada yang dalam kondisi yang sangat baik, sebagian kecil bahkan masih dalam kondisi kurang,” tuturnya.
Ia menegaskan, GSS juga bertujuan mengatasi kasus kekerasan yang mengancam kejiwaan peserta didik.
“Kemudian, dari sisi kesehatan jiwa, kita juga mendapati anak-anak kita mengalami permasalahan psikis yang berpotensi terhadap perkembangan kejiwaan mereka, bahkan kekerasan dan pelecehan seksual kini terjadi di tingkat SD, sehingga memerlukan penguatan kesehatan jiwa agar peserta didik dapat mengelola emosi dengan baik," kata dia.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...