Gereja Eropa Didorong Bekerja Sama Atasi Krisis Pengungsi
SATUHARAPAN.COM – Terkait krisis pengungsi saat ini, gereja-gereja Eropa sedang didorong untuk memperdalam upaya mereka dalam menerima, mendukung, dan melindungi pengungsi yang tiba di wilayah tersebut. Seruan ini dibuat dalam sebuah surat yang diterbitkan bersama oleh Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), Konferensi Gereja Eropa (Conference of European Churches/CEC) dan Komisi Gereja untuk Migran di Eropa (Churches’ Commission for Migrants in Europe/CCME).
“Pada saat kritis ini, kerja sama ekumenis untuk menanggapinya sangat penting, dalam rangka meningkatkan dampak kolektif berbagai kegiatan kami, untuk mendorong orang lain dan memberikan kesaksian umum dari belas kasih, keadilan, dan perdamaian,” tertulis dalam surat yang disebarkan ke publik oleh organisasi ekumenis pada Kamis (10/9).
Dalam surat itu tercatat betapa lebih dari 300.000 pengungsi telah menyeberangi Laut Mediterania hingga Agustus tahun ini. Lebih dari 100 000 tiba di Italia. Banyak yang telah diselamatkan oleh kapal angkatan laut Italia dan negara lain di Eropa. Sekitar 200 000 orang lainnya telah tiba melalui pulau-pulau Yunani, menurut UNHCR melaporkan.
“Kami menganjurkan untuk Sistem Standar Suaka Eropa (Common European Asylum System) termasuk kondisi penerimaan yang layak serta Skema Standar Pemukiman Eropa (Common European Resettlement Scheme) yang menempatkan manusia dan harga dirinya di tengah proses,” bunyi surat itu. “Kami mendesak pemerintah Eropa untuk mengambil tanggung jawab khususnya untuk situasi anak di bawah umur, kelompok yang paling rentan, yang sering kehilangan stabilitas dasar, kehidupan keluarga dan pendidikan.”
Dalam pernyataan itu, CEC mendesak gereja-gereja Eropa untuk “bekerja sama dalam mengubah kebijakan di Uni Eropa dan negara-negara terkait dari kebijakan yang berpusat karantina migrasi menjadi kebijakan migrasi yang menempatkan kemanusiaan sebagai pusat.”
Pernyataan CEC juga mendorong gereja untuk “mendorong pemerintah nasional dan otoritas yang bertanggung jawab di negara-negara anggota Uni Eropa untuk mendukung kebijakan migrasi yang berpusat pada manusia” sejalan dengan semangat menunjukkan “keramahan kepada orang asing”.
Sebuah pernyataan oleh Komite Eksekutif WCC pada bulan Juni, juga mendorong “gereja-gereja anggota WCC dan mitra ekumenis, bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan, untuk mempromosikan pendekatan yang lebih terbuka kepada 'orang asing' dan sesama yang membutuhkan dan kesusahan. Dan, untuk membantu menerima dan merawat pengungsi dan migran dengan sesuai martabat manusia yang diberikan Tuhan mereka.”
Sidang Raya CCME 2014 juga menyerukan “perubahan sikap mengenai migrasi sesuai dengan nilai-nilai Eropa. Ini juga menyiratkan pendekatan yang benar-benar manusia untuk perlindungan pengungsi sejalan dengan konvensi Eropa dan internasional yang relevan. Hal ini termasuk akses hukum dan aman ke Eropa bagi mereka yang membutuhkan perlindungan.”
Surat itu mencatat contoh yang baik inisiatif yang dilakukan oleh gereja sebagai bagian dari gerakan yang meluas solidaritas dengan para pengungsi di Yunani, Hungaria, Jerman, Inggris, Swedia, Italia, Republik Ceko dan Belanda. Di antara inisiatif tersebut mencakup respons dari ACT Alliance yang melalui anggotanya di Yunani, Hungaria dan Serbia telah mulai memberikan bantuan kemanusiaan dalam situasi yang kompleks ini. (oikoumene.org)
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...