Gereja Katolik: Ikonografi, Dokumen Historis Kristianitas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Fransiskus Borgias M, dosen filsafat Universitas Katolik Parahyangan mengatakan, “sejak dulu dalam sejarah Kristianitas, ikonografi berfungsi sebagai kesenian liturgis yang mengacu kepada dokumentasi historis melalui gambar atau lukisan representatif.”
Borgias menyampaikan pandangannya tersebut dalam Seminar Ikonografi yang dilaksanakan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) bersama Gereja Orthodox Indonesia dan Pusat Kebudayaan Rusia pada Kamis (24/4) di Gedung Pusat Alkitab-LAI, Jakarta Pusat.
Borgias yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut memaparkan sejumlah objek ikon dalam tradisi Katolik, khususnya tiga ikon paling utama, yaitu Bunda Maria, Tuhan Yesus, dan para Orang Kudus.
Ikon Bunda Maria
Bunda Maria adalah salah satu objek utama dalam ikonografi Katolik. Salah satu peristiwa dalam kehidupan Bunda Maria yang paling sering digunakan sebagai objek lukisan adalah peristiwa annuntiatio (kabar gembira).
“Gambar annuntiatio banyak ditemukan dalam manuskrip dan buku doa harian,” kata Borgias.
Lebih lanjut Borgias memaparkan tiga ekspresi Maria saatberhadapan dengan Malaikat Gabriel, “ada tahap terkejut dan gelisah, tahap tidak atau sulit percaya, dan akhirnya tahap pasrah menerima.”
Ikon Tuhan Yesus
Borgias mengatakan sosok Yesus adalah sosok yang juga sangat sering muncul dalam gambar kudus. Dalam ikonografi, biasanya Yesus digambarkan sebagai Guru, Pengkhotbah, Pemimpin, Penyembuh, Hakim, Sosok yang mencintai anak-anak, Bayi yang baru lahir, Manusia yang menderita, mati, disalibkan, bangkit, dan naik ke surga.
Ikon Orang Kudus
Orang Kudus memiliki peran penting dalam tradisi Katolik sehingga turut menjadi objek ikon yang paling sering muncul.
“Kebanyakan lukisan hidup para Orang Kudus dibuat dalam bentuk altarpieces, yaitu hiasan altar yang menjadi latar belakang altar atau bagian depan altar bawah,” kata Borgias.
Ikon, Kitab Suci Kaum Miskin
Mengutip pernyataan Gregorius Agung, Borgias memaparkan bagaimana ikon memiliki peran didaktik, terutama bagi kaum miskin.
Borgias mengatakan, “menurut Gregorius Agung, tulisan adalah bagi orang yang melek huruf. Sedangkan melalui gambar, orang yang tidak bisa membaca dapat memahami apa yang harus diperbuat ketika melihat gambar.”
Berdasarkan pandangan Gregorius Agung, Borgias menyimpulkan “gambar-gambar ikon telah berperan dalam pendidikan bagi orang-orang yang buta huruf agar mereka mengerti kisah-kisah dan dengan demikian mampu memelajari apa yang terjadi.”
“Itulah sebabnya, gambar-gambar itu adalah kitab suci bagi kaum miskin, atau disebut biblia pauperum,” ungkap Borgias.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...