Gereja KINGMI Papua Beberkan Fakta-fakta Penembakan Deiyai
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Departemen Keadilan dan Perdamaian Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua menerbitkan sebuah laporan kronologis secara lengkap tentang apa yang belakangan ini dikenal sebagai Penembakan Deiyai.
Penembakan Deiyai yang terjadi pada 1 Agustus lalu, telah menjadi sumber kecaman para aktivis HAM, yang menyerukan diadakannya penyelidikan menyeluruh untuk memastikan aparat keamanan telah mematuhi prosedur yang berlaku dalam penggunaan senjata dalam meredam amuk massa pada peristiwa tersebut.
Laporan Gereja KINGMI ini bukan saja mencatat secara kronologis kejadian yang menewaskan satu orang masyarakat sipil dan melukai 10 orang lainnya, tetapi juga memaparkan pandangan kritis Gereja KINGMI atas peristiwa tersebut.
Laporan dan pernyataan sikap itu, yang tampaknya dengan sengaja mengambil posisi membela warga setempat yang menjadi korban, mengeritik secara pedas TNI/Polri, yang menurut laporan ini, "apabila terjadi masalah antara orang pendatang, pedagang atau pihak perusahan dengan masyarakat asli Papua mereka hubungi Brimob, Brimob tiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tidak tanya-tanya langsung mulai tembak secara brutal kepada Masyarakat Asli Papua ( MAP) atau Orang Asli Papua ( OAP) sehingga banyak Orang Asli Papua ( OAP) menjadi korban penembakan dan banyak OAP cacat seumur hidup."
Patut dicatat bahwa laporan ini masih didasarkan pada keterangan para korban dan masyarakat setempat dan belum memasukkan keterangan atau fakta dari aparat pemerintah dan perusahaan yang menjadi sasaran amuk massa ketika peristiwa terjadi.
Laporan ini dibuat dan ditandatangani di Nabire pada 5 Agustus lalu oleh Yones Douw, Ketua Departeman keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi, namun baru diterima oleh satuharapan.com pada Selasa (08/08).
Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli, mengatakan pihaknya bersama Komnas HAM saat ini telah membentuk tim pencari fakta untuk mengusut kasus tersebut. Tim gabungan tersebut akan berjalan secara transparan dan profesional.
Berikut ini laporan kronologis lengkap Penembakan Deiyai yang diterbitkan oleh Gereja KINGMI. Aslinya, laporan tersebut dilengkapi dengan foto-foto korban, termasuk gambar luka-luka-luka yang dialami. Oleh pertimbangan etis, foto-foto tersebut tidak ditampilkan.
Brimob Republik Indonesia Menembak Mati 1 Orang Masyarakat Sipil dan Melukai 10 Orang Masyarakat Sipil Desa Oneibo Distrik Wanghete Kabupaten Deiyai Papua.
Pendahuluan
Penembakan secara brutal oleh TNI/POLRI sampai saat ini masih terjadi walaupun Presiden RI, Joko Widodo, mengatakan mulai saat ini tidak ada lagi darah orang Papua yang jatuh, kenyataannya kekerasan itu masih terjadi.
Kekerasan TNI/POLRI tidak pandang bulu: orang tua, anak kecil atau perempuan tembak sama rata. Dan juga kekerasan terhadap masyarakat sipil sama seperti di medan perang sesungguhnya.
Kebiasaan Brimob selama ini adalah apabila terjadi masalah antara orang pendatang, pedagang atau pihak perusahan dengan masyarakat asli Papua mereka hubungi Brimob, Brimob tiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tidak tanya-tanya langsung mulai tembak secara brutal kepada Masyarakat Asli Papua ( MAP) atau Orang Asli Papua ( OAP) sehingga banyak Orang Asli Papua ( OAP) menjadi korban penembakan dan banyak OAP cacat seumur hidup.
Dengan sikap TNI/POLRI seperti itu maka kebencian atau ketidakpercayaan Masyarakat Asli Papua ( MAP) terhadap Negara Republik Indonesia sudah sangat tinggi. Dan juga TNI/ POLRI yang ada di Papua hanya melindungi dan mengayom orang pendatang, pedagang dan perusahan-perusahan bukan melindungi dan mengayom Orang Asli Papua.
TNI/POLRI melihat Masyarakat Asli Papua sebagai Musuh Negara, Sebagai teroris, sebagai OPM, sebagai penghalang pembangunan dan dipandang sama seperti binatang. Kalau seperti itu terjadi maka Orang Asli Papua akan punah/habis di atas tanahnya sendiri.
Dalam kehidupan manusia saling menolong sesama manusia adalah mempererat hubungan, saling menolong sesama satu bangsa. Namun yang mengherankan kita semua adalah sikap kepala tukang Proyek Jembatan Kali Oneibo yang menolak minta tolong antar Kasianus Douw yang tinggal nafas satu-satu ini dibawa ke RSUD Uwibutu Madii Paniai. Kasus Oneibo ini yang menjadi korban rata-rata Siswa SD dan SMP yang dapat tembak.
Tanggal Kejadian
Peristiwa ini terjadi pada tanggal: 01 Agustus 2017 Jam: 4.30 Waktu Papua (WP)
Tempat Kejadian: Oneibo Desa Oneibo Distrik Waghete Kabupaten Deiyai Propinsi Papua. Jarak 10 km dari Ibu Kota Kabupaten Waghete.
Pelaku
Brimob BKO Polda Ke PT. Dewa Krisna Kabupaten Deiyai
Korban Meninggal Dunia
Yulianus Pigai, Umur 27 tahun beralamat di Oneibo, Desa Oneibo, Pekerjaan: Siswa SMU Negeri Waghete.
Kondisi Korban: meninggal dunia akibat luka tembak di paha kiri-kanan dan luka tembak masuk ujung perut peluruh masih bersarang dalam tubuh.
Korban Luka-luka Berat
Delian Pekei, umur 20 tahun, beralamat di Oneibo, Desa Oneibo.
Kondisi Korban: dievakuasi ke Nabire, Jayapura, luka tembak di pipi kanan,lengan tangan,paha kiri hancur dan temuan Dokter Dok 2 ada 8 peluruh bersarang dalam tubuh.
Yohanes Pakage,29 tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, pekerjaan: petani.
Kondisi Korban: Dievakuasi ke Nabire, betis bagian kanan masuk dari belakang tembus depan tulang hancur
Korban Luka-luka Ringan
Albertus Mote, 11 tahun, beralamat di Oneibo, Desa Oneibo, Pekerjaan: siswa kelas 6. SD YPPK Meiyepa.
Kondisi Korban: berobat RSUD Waghete, luka tembak di pinggang, masuk depan tembus keluar.
Esebius Pakage, 14 tahun, beralamat di Oneibo, Desa Oneibo, pekerjaan: tidak sekolah
Kondisi Korban: Berobat RSUD Waghete, Luka tembak tangan kiri dan tangan kanan.
Yunior Pakage, 15 tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, siswa kelas 2 SMP YPPGI Tenedegi.
Kondisi Korban:Berobat di RSUD Waghete langsung dievakuasi ke RSUD Nabire. Sekarang sedang berobat RSUD Nabire, Luka tembak kaki kiri telapak kaki masuk dari kanan tembus keluar ke kiri
Amos Pakage, 27 Tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, baru tamat SMU tahun 2017.
Kondisi Korban: Dapat tembak bagian kaki kanan, dia tidak berobat di RSUD Waghete
Marius Dogopia, 21 tahun, beralamat di Oneibo, Desa Oneibo, petani.
Kondisi Korban: Berobat di RSUD Uwibutu Madi Paniai langsung dievakuasi ke RSUD Nabire sekarang sedang berobat RSUD Nabire. Ditembak bagian pantat, peluruh masuk dari kiri tembus keluar ke kanan.
Penias Pakage, 14 tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, siswa kelas 2, SMP YPPGI Tenedagi.
Titus Pekei, 30 Tahun, beralamat di Meiyepa.
Kondisi Korban:Terkena peluru tajam bagian betis
Meky Pakage, 14 Tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, siswa kelas 2 SMP YPPGI Tenedagi.
Kondisi Korban: Berobat di RSUD Waghete, luka tembak di tangan kanan
Martinus Pekey, 51 tahun, beralamat di Oneibo Desa Oneibo, petani.
Kondisi Korban: Sedang sakit dalam rumah begitu dengar bunyi tembakan kaget langsung menghembus nafas terakhirnya.
Jumlah Korban
Jumlah keseluruhan korban meninggal dengan luka-luka adalah 11 orang.
Kronologi Kejadian
1 Agustus 2017 Pukul 07:30 WP , beberapa anggota masyarakat bertemu di pinggir kali Oneibo, Mereka bagi giliran moloh Ikan di kali , 3 orang lebih dulu di kali yang ke-4 KASIANUS DOUW dia yang moloh, moloh pertama KASIANUS DOUW antar 3 ekor ikan, moloh kedua Kasianus masuk kembali ke dalam air. Kasianus lama naik maka teman-temannya cek ke dalam air mereka dapat dia, langsung angkat Kasianus taruh di pinggir kali Oneibo. Mereka melihat ada nafas, teman-temannya melihat ada parkir mobil Ailux sehingga cepat-cepat pergi minta tolong kepada kepala tukang pembangunan Jembatan Oneibo. "Pak tolong antar teman ini ke RSUD Uwibutu Madi,karena ada nafas." Kepala tukang menjawab saya bisa bantu tetapi apabila dalam perjalanan terjadi apa-apa nanti masyarakat persalahkan saya jadi saya tidak bantu. Karena kepala tukang menolak maka , masyarakat itu naik ojek pergi ambil di terminal Waghete, ambil mobil Ailux langsung menuju ke tempat kejadian .
Pukul 10:30 WP masyarakat menaikkan korban ke mobil Ailux langsung menuju ke RSUD Uwibutu Madi Kabupaten Paniai, mereka sampai di Jembatan Pugoo Kasianus Douw tarik nafas terakhirnya, tetapi masyarakat tetap bawa dia ke rumah sakit, langsung masuk ruang UGD , mereka taruh di atas tempat tidur. Dokter langsung periksa lalu mengatakan dia sudah meninggal dalam perjalanan ini, kalau kamu bawa sebelum 5 menit kita selamatkan tetapi sudah terlambat jadi dia meninggal dunia.
Pukul 1.30 WP mayat dibawa kembali ke rumahnya di Oneibo, keluarga bersama masyarakat mengatakan kalau kepala tukang bantu kami antar Kasianus Douw pasti nyawanya bisa tertolong tetapi kamu tidak bantu kami sehingga dia meninggal dunia . Lalu anak-anak dan pemuda Oneibo tarik tenda yang di pasang di depan camp itu langsung robek. Di dalam camp itu ada 3 orang tukang, anak-anak itu sampaikan jangan takut, lalu anak-anak itu antar 3 orang tukang itu sampai di atas.
Pukul 2: 00 WP 2 anggota Brimob lengkap dengan senjata dan 1 anak buah PT Dewa datang di camp lalu anak-anak itu mengusir keluar dari lokasi proyek ke bagian atas, lalu mereka bertiga kembali ke arah Waghete.
Pukul 3. 20: WP Purnawiraan TNI Elias Pakage bersama Philipus Pekei mau pergi ke Kantor Dewan di Tigido untuk selesaikan secara kekeluargaan sehingga telpon ke Kepala Desa, Kepala Suku dan seorang tokoh masyakakat untuk bersama-sama ke kantor PT. Dewa untu mencari solusi penyelesaikan. Kepala Desa, Kepala Suku dan seorang tokoh masyakakat sampai di depan SD Inpres Bomou ada Mobil Patroli Brimob, Mobil Patroli Dalmas Polsek dan 1 mobil milik PT Dewa dan 1 truk dengan penumpang para tukang, mereka lewat, lalu kepala Desa angkat tangan atau salam tetapi Brimob dan polisi Dalmas Polsek lewat saja, sehingga Kepala Desa, Kepala Suku dan seorang tokoh masyarakat kembali ke Oneibo. Mobil PT Dewa dan 1 truk dengan penumpang tukang-tukang itu parkir di tempat kosong tidak masuk ke lokasi proyek. Sedang Mobil Patroli Brimob langsung masuk lokasi proyek namun dikuasai anak-anak dan pemuda-pemuda sehingga Mobil Brimob parkir di tingkungan kurang lebih 20 meter dari camp. Dari tingkungan itu Brimob BKO Polda ke PT Dewa, 6 anggota Brimob turun dari mobil bersama 4 orang asli Papua dan 2 orang pendatang turun dari orang cari gara-gara (?) kepada anak-anak dan pemuda-pemuda itu sehingga anak-anak dan pemuda-pemuda ambil batu, ambil kayu dan 1 orang bawa panah mengusir Brimob. Anton Pekey kepala Desa Oneibo dengan pakaian kebesarannya Garuda di dada lalu amankan kedua belah pihak, dia mengatakan aman-aman tetapi anak-anak dan pemuda-pemuda tetap kejar Brimob. Brimob pancing anak-anak sampai di sebelah jalan, yang tidak ada perumahan masyarakat. Di situlah Brimob mulai melakukan penembakan.
Pukul 2.30 WP. Bapak Marthinus Pekei ( 51 tahun) sedang sakit di rumah, karena penembakan rentetan sehingga dia kaget langsung menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pukul 4. 25 WP anak-anak dan pemuda itu lempar batu kecil kena bahu seorang Brimob asal Papua, ini menjadi alasan untuk melakukan penembakan brutal itu dimulai, tidak ada peringatan langsung tembak ke arah anak-anak dan pemuda itu. Jarak antara Brimob dan anak-anak dan pemuda kurang 4 meter, di tengah-tengahnya Kepala Desa Oneibo berdiri menghadap ke Brimob lalu angkat tangan, lalu teriak jangan tembak mari kita damai, jangan tembak mari kita damai tetapi Brimob tetap tembak terus, peluru lewat di atas kepala dan bahu, peluru juga lewat di bawah kaki kepala desa. Kepala desa melihat ke belakang anak-anak semua jatuh langsung lari masuk di got atau kolam.
Brimob langsung naik ke Mobil Patroli, sebelum Brimob itu naik ke Mobil Brimob dengan teriak mengatakan KAMU JAGO MANA KAMU PUNYA SENJATA ITU Brimob itu langsung naik ke mobil Patroli kembali ke ke kantor PT. Dewa. Pada Saat Brimob melakukan penembakan itu Polisi Dalmas Polsek Waghete nonton dari atas mobil patroli. Dan pada waktu Brimob mundur mobil-mobil ini mundur perlahan-lahan.
Pukul 5.15 WP masyarakat langsung hubungi mobil, kebetulan kepala Distrik juga ada di TKP langsung angkat beberapa korban ke rumah sakit Waghete, sedangkan Yulianus Pigai masyarakat pikul jalan kaki sampai SD Inpres. Pak Viktor Pekei jemput tukang yang sedang buat rumahnya, Yulianus dinaikkan ke mobil itu langsung antar ke rumahnya.
02 Agustus 2017 pukul 9 30 WP, mayat Yulianus Pigai dari RSUD Waghete diantar ke kantor Mapolsek Waghete.
03 Agustus 2017 pukul 10;00 WP Kasat Brimob Polda Papua berkujung ke Waghete lalu tatap muka dengan masyarakat Deiyai. Saat itu Kasat Brimob mengatakan :
1.Yulianus Pigai di panggil oleh Tuhan.
2. Mari Kita jaga kedamaian di Kabupaten Deiyai, kita tidak boleh dengar provokator yang menghancurkan kita.
3. Anak buah kami yang melakukan kekerasan terhadap masyarakat. Kami berjanji tetap lakukan proses hukum tidak, ada orang yang kebal hukum.
Tanggapan Masyarakat atau Kampung yang menjadi Korban Kekerasan :
1. Anak-anak yang ditembak ini tidak pernah buat kesalahan terhadap Negara NKRI tetapi mereka ditembak dengan alat Negara
2. Keluarga dan masyarakat minta Barang Bukti kesalahan masyarakat Oneibo kepada pihak kepolisian.
3. Yulianus Pigai ini Brimob yang tembak maka Brimob yang kuburkan.
4. Setelah tembak mati dan melukai masyarakat sipil Anggota Brimob dengan teriak mengatakan mana kamu punya senjata itu. Masyarakat Oneibo minta kepada Bapa ambil sudah senjata yang kami sembunyikan itu.
5. Sekarang ini kami sangat benci TNI/POLRI dan negara ini karena mereka ini yang menembak kami terus kami salah apa. Mungkin kami kulit hitam dan rambut keriting itu yang kamu bunuh-bunuh kami terus.
Pukul 10:00 WP Pemuda-pemuda mengadakan pemalangan di Gunung Iyadimida sebagai bentuk protes masyarakat Papua terhadap Aparat Brimob yang menembak masyarakat secara brutal.
04 Agustus 2017 pukul 09 00 WP Jenazah Yulianus Pigai dibawa ke Oneibo dari Kantor Mapolsek Waghete.
Pukul 11 30 WP, Yulianus Pigai dimakamkan di samping rumah keluarganya.
Pukul 1 00 WP s/d pukul 2. 00 WP Pertemuan Orang tua Yulianus Pigai dengan berbagai pihak, mereka meminta kronologis kejadian, lalu kepala desa menceritakan awal mulainya kejadian.
Pukul 11 00 WP Brimob membuka palang di gunung Iyadimida.
Pukul 02. 00 WP s/d 04.30 WP, pihak gereja, wartawan dan aktivis HAM dengan Kepala Desa, Keluarga korban dan tokoh masyarakat Oneibo , menggelar pertemuan untuk membicarakan seputar awal mulai peristiwa sampai korban berjatuhan.
05 Agustus 2017 pukul 9.30 WP Tim Mabes POLRI dan Reserse Polda Papua turun ke lokasi kejadian untuk olah TKP tetapi keluarga menolak sehingga Tim Mabes POLRI, Kasat Reserse Polda Papua didampingi Bupati Deiyai, Bupati Nabire bersama KOMNAS HAM Perwakilan Papua turun di kampung Oneibo, tidak mau terima tetapi Bupati Deiyai ada dalam tim itu sehingga masyarakat Oneibo menerima. Sehabis pertemuan itu masyarakat Oneibo umumkan bahwa siapapun datang masyarakat tutup mulut dan tidak akan memberikan data TKP di Oneibo.
Pukul 12 30 WP Brimob membawa bama dan uang untuk diserahkan kepada kedua pasien atas nama ( Marinus Dogopia dan Yulior Pakage ) yang sedang opname di RSUD Siriwiniu Nabire. Korban dan keluarga menolak atas bantuan itu , namun Brimob secara paksa taruh bama itu di lantai dan uang itu secara paksa dikasih masuk dalam gengaman tangan kedua pasien lalu Brimob itu cepat-cepat keluar. Keluarga sedang cari orang atau dengan cara bagaimana uang dan barang itu kembali ke Brimob sendiri.
Brimob Mengatakan Mana kamu punya senjata itu ambil sudah. Kalimat di atas ini diungkapkan oleh Brimob setelah selesai penembakan dilakukan terhadap masyarakat sipil. Apa yang diungkapkan oleh Brimob ini sangat besar maknanya dan perlu selidiki secara mendalam, apa yang di sampaikan Anggota Brimob ini satu strategi yang di terapkan oleh TNI/POLRI untuk kriminalisi masyarakat Papua. Ungkapan ini mencap bahwa semua Orang Asli Papua adalah OPM sehingga harus ditembak habis.
Tanggapan Masyarakat Oneibo
Kami tidak pernah buat kesalahan terhadap Brimob, PT Dewa Krisna atau Negara RI oleh karena itu :
1. Brimob BKO Polda Papua yang ada di Waghete, Paniai dan Dogiyai segera tarik tanpa alasan.
2. Kami minta dengan Hormat Kepada Gubermur Papua dan Bupati Dogiyai, Deiyai dan Paniai tidak memberikan proyek bentuk apapun kepada PT Dewa Krisna.
3. Kami meminta dengan hormat Kepada Dewan HAM PBB segera meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk mengirim pelapor khusus PBB masuk di Papua.
4. 1 orang ditembak mati dan melukai 10 orang ini, Presiden Joko Widodo harus bertanggung jawab karena Brimob mengunakan alat Negara.
Analisis
1. Sekarang ini Masyarakat Asli Papua sangat benci terhadap TNI/ POLRI.
2. Kehidupan masyarakat Papua sekarang sama seperti kehidupan tahun 1960 an
3. Tindakan Brimob di pedalaman Papua adalah tidak ada kata peringatan atau di tanya-tanya sebab akibat tetapi langsung eksekusi atau mengadakan penembakan.
4. Selama ini kebiasaan Petinggi Negera Republik Indonesia adalah anak-buahnya sudah tembak mati masyarakat Papua lalu minta maaf dari belakang atau janji-janji padahal janji itu tidak di lalukan hanya penenang masyarakat asli Papua saja, kalau masyarakat Asli Papua sudah aman petinggi Negara Indonesia lupa penyelesaian kasus itu.
5. Apa yang terjadi di Oneibo tetap akan terjadi di tempat lain juga sebab apa yang disampaikan Brimob “Mana kamu punya senjata itu ambil sudah" itu kata turunan dari atasan sehingga pasti masyarakat asli Papua akan korban sama seperti Oneibo.
Demikian Laporan penembakan 11 orang masyarakat sipil di Oneibo oleh Brimob BKO Polda Papua ke PT Dewa Krisna, Kabupaten Deiyai , atas kerja sama yang baik diucapkan banyak terima kasih.
Editor : Eben E. Siadari
Tiga Bahasa Daerah Maluku Telah Punah
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Kantor Bahasa Provinsi Maluku menyatakan bahwa tiga dari 70 bahasa daerah y...