Gereja Liberia Lakukan Perayaan Pasca Resmi Bebas Ebola
SATUHARAPAN.COM –Tabuhan gendang bergema di ibu kota Liberia, Monrovia, pada Minggu (10/5), sementara pemimpin Kristen memenuhi seruan presiden untuk merayakan terbasminya ebola dari negara itu setelah mewabah 14 bulan dan menewaskan lebih dari 4.700 orang di negara Afrika Barat tersebut.
Di satu gereja Pentekosta yang berkembang pesat di Monrovia, seperti dikabarkan voaindonesia.com, ketua paduan suara Ester Tamba memimpin jemaat yang berdiri merayakan 42 hari tidak ada kasus baru ebola, dua kali masa inkubasi maksimum ebola. Itu menandakan wabah itu resmi berakhir.
Untuk pertama kali dalam setahun, jemaat tidak dipaksa memeriksakan suhu tubuh sebelum masuk gereja.
Namun, belum semua kembali normal. Pelukan dan jabat tangan setiap selesai misa, yang dihentikan tahun lalu karena takut hal itu bisa menyebarkan ebola, belum dilakukan lagi. Pendeta di sana pun mengatakan ia “tidak tergesa'' melanjutkan kebiasaan itu.
Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf mengunjungi pusat kesehatan hari Sabtu (9/5) memuji upaya dokter dan perawat.
Pada Senin (11/5) ini direncanakan digelar perayaan resmi pemerintah di negara berpenduduk empat juta jiwa itu.
“Kita tidak boleh lengah sampai seluruh kawasan itu dinyatakan bebas kasus ebola. Dan kita semua harus bekerja sama untuk memperkuat kapasitas di seluruh dunia untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah dengan tanggap sebelum menjadi epidemi.”
Sementara itu, negara tetangga, Sierra Leone dan Guinea, masing-masing masih melaporkan sembilan kasus ebola pekan lalu.
Masih Banyak yang Harus Dilakukan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu (9/5) menyatakan Liberia bebas ebola. Pernyataan itu disampaikan setelah Liberia melaporkan tidak ada kasus ebola baru dalam 42 hari, dua kali masa inkubasi maksimum bagi penyakit mematikan itu. Kematian terakhir akibat ebola dilaporkan theglobaland mail.com pada 27 Maret lalu.
“Terhentinya penyebaran adalah pencapaian penting bagi negara yang melaporkan angka kematian terbesar, terlama, dan wabah paling kompleks sejak ebola pertama kali muncul pada 1976,” demikian WHO dalam pernyataan tertulis.
Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf mengatakan kepada kantor berita Associated Press pada Sabtu (9/5) bahwa kerugian akibat wabah itu “membekas pada hati nurani dunia.” Dia mengatakan bagi sebagian korban selamat, “perlu satu generasi untuk menyembuhkan rasa sakit dan dukanya.”
Gedung Putih pada Sabtu itu juga mengatakan “senang” dengan akhir resmi dari wabah itu, menyebutnya “momen penting” dan mengucapkan selamat kepada rakyat Liberia. Tetapi pernyataan dari kantor pers Presiden AS Barack Obama menekankan masih banyak yang harus dilakukan.
“Meskipun pencapaian ini penting, dunia tidak boleh lupa bahwa wabah ebola masih terjadi di Sierra Leone dan Guinea," kata pernyataan Gedung Putih.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...