Gereja Misterius di Tengah Hutan Magelang Tarik Perhatian Dunia
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM - Jauh di tengah lebatnya hutan di sebuah desa di Magelang, Jawa Tengah, sebuah gereja misterius berbentuk aneh menjulang di antara pohon-pohon di sekitarnya. Bentuknya seperti seekor ayam raksasa, dengan paruh terbuka, sehingga oleh penduduk sekitarnya dijuluki Gereja Ayam.
Gereja ini telah menjadi perhatian dunia melalui berbagai media internasional yang memajang foto-fotonya. Setiap tahun, ratusan wisatawan dan fotografer datang ke tempat ini untuk menjadikannya objek kunjungan dan foto.
Salah seorang yang mengulasnya adalah Jenny Zhang dan melansirnya lewat blog mymodernmet.com. Menurut dia, cerita di balik Gereja Ayam ini hampir sama anehnya dengan struktur dan bentuk gereja itu sendiri. Pada akhir 80-an, seorang pria bernama Daniel Alamsjah mengklaim menerima pesan ilahi dari Tuhan, dan menyuruhnya untuk membangun sebuah rumah doa dalam bentuk burung merpati.
Maka pria berusia 67 tahun itu memilih bukit tidak jauh dari Magelang, kota kelahiran istrinya, sebagai situs proyek ambisiusnya. Bersama dengan 30 penduduk setempat, Alamsjah memulai konstruksi pada bangunan yang mengesankan itu di tahun 90-an.
Meskipun Alamsjah beragama Kristen, ia mengatakan bahwa rumah doa itu dimaksudkan untuk menyambut jamaah dari semua agama. Banyak orang Kristen, Muslim, dan Buddha berkumpul di sana, sementara lantai bawah digunakan sebagai fasilitas rehabilitasi bagi pecandu narkoba, anak-anak cacat, dan pemuda sakit mental.
Pada tahun 2000 gereja itu ditutup karena biaya pembangunan terlalu tinggi. Namun, ia tetap menjadi objek daya tarik untuk banyak pengunjung di daerah.
Menurut informasi dari wisbenbae.blogspot.com, Gereja Ayam terletak di salah satu deretan Bukit Menoreh, di desa Gombong, Magelang. Lokasi desa itu hanya berjarak sekitar 2 km dari area wisata Candi Borobudur. Menurut cerita Daniel Alamsjah, gereja berbentuk burung merpati di sebuah bukit, dimaksudkan untuk menyatukan umat Kristen di seluruh dunia. Bentuk merpati diyakini sebagai simbolisasi Roh Kudus juga sebagai tempat perlindungan.
Daniel membeli tanah di daerah itu pada tahun 1994 dan dalam waktu enam bulan berhasil memiliki 2,5 hektar tanah diatas bukit dan mulai membangunnya. Satu versi menyebutkan, di tahun 1998, krisis ekonomi membuat proyek pembangunan gereja terhenti. Daniel kehabisan uang dan kehilangan sponsor yang bekerja sama membangun proyek ini, hingga akhirnya Daniel kehilangan minatnya.
Walau terhenti, sampai saat ini struktur bangunan gereja masih baik, hanya saja banyak cat terkelupas dan ornamen jendela di samping bangunan telah rusak dan penuh aksi vandalisme sehingga terkesan menjadi kumuh dan angker.
Sejumlah media internasional mengangkat cerita tentang Gereja Ayam baru-baru ini.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...