Gereja Ortodoks Merayakan “Api Suci” di Yerusalem
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Ribuan orang pada hari Sabtu (23/4) merayakan upacara tradisional "Api Suci" dengan menyalakan lilin di situs tersuci Kristen di Yerusalem untuk menandai malam Paskah Gereja Ortodoks.
Puluhan ribu umat telah menghadiri upacara di tahun-tahun sebelumnya tetapi kendala virus corona sangat membatasi kehadiran pada dua kesempatan terakhir.
Tahun ini, umat beriman yang bersorak dan bersukacita berkumpul bersama-sama membuka mjaskernya, memegang tinggi-tinggi lilin yang diikat menjadi satu untuk menghasilkan api yang lebih terang, menari-nari di dalam Gereja Makam Suci yang gelap.
Gereja ini dibangun di situs di mana menurut tradisi Kristen Yesus disalibkan, dikuburkan dan dibangkitkan.
Kementerian luar negeri Israel memberikan perkiraan ribuan orang, yang merayakan di Yerusalem yang tegang setelah berhari-hari bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Israel di kompleks Masjid al-Aqsa di dekatnya.
Gereja Makam Suci dan seluruh Kota Tua terletak di Yerusalem timur, diduduki dan kemudian dianeksasi oleh Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967.
Jemaat telah menunggu dari pagi hari dengan lilin di tangan. Mereka bersorak gembira dan lonceng berbunyi di sore hari ketika Patriark Ortodoks Yunani Theophilos III keluar dari Edicule, yang secara tradisional diyakini sebagai tempat pemakaman Kristus, memegang lilin yang menyala.
Api menyebar dari orang percaya ke orang percaya, memenuhi gereja kuno itu dengan cahaya.
Anthony Botros, yang datang jauh-jauh dari Kanada, mengatakan bahwa bisa berpartisipasi dalam upacara itu. “Saya tidak akan pernah membayangkan saya akan pernah berada di sini. Itu adalah sesuatu yang tidak dapat Anda gambarkan. Anda hanya perlu berada di sana dan mengalaminya. Hanya air mata. Sangat damai," kata pria berusia 25 tahun itu kepada AFP.
Para pemimpin gereja pada awalnya berselisih dengan Israel mengenai skala acara, setelah pihak berwenang berusaha membatasi jumlah peserta untuk memastikan keselamatan mereka.
Pada hari Kamis, Patriarkat Ortodoks Yerusalem mengatakan telah menolak polisi yang membatasi jumlah, yang dianggapnya sebagai “pelanggaran hak atas kebebasan beribadah,” mencatat kapasitas gereja 11.000 orang.
Patriarkat mengajukan petisi keputusan polisi di Mahkamah Agung, dengan kompromi yang memungkinkan 4.000 orang percaya untuk menghadiri upacara di gereja dan alun-alun di luar, seorang juru bicara polisi mengatakan kepada AFP.
Israel telah memperketat pembatasan jumlah jemaat di semua festival keagamaan setelah penyerbuan di festival Yahudi tahun lalu menyebabkan kematian 45 pria dan anak laki-laki.
Denominasi Ortodoks Yunani, Armenia dan Katolik Roma berbagi hak pengelolaan atas gereja itu.
Orang-orang Kristen merupakan lebih dari 18 persen dari populasi Tanah Suci ketika Israel didirikan pada tahun 1948, tetapi sekarang jumlahnya kurang dari dua persen, kebanyakan warga Gereja Ortodoks. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...