Gereja Suriah Minta AS Gunakan Upaya Damai
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Di tengah pembicaraan intervensi militer AS dalam perang saudara Suriah yang sudah berjalan dua setengah tahun, seorang perwakilan gereja Kristen Suriah di New York menyerukan pada masyarakat dunia, supaya menyelesaikan masalah di Suriah secara damai.
Minoritas kristen di Suriah berjumlah sekitar 10 persen dari populasi yang mayoritas Muslim Suriah. Kristen Ortodok di negara itu diwakili oleh Gereja Ortodok Antiokhia, juga dikenal sebagai Gereja Ortodok Yunani Antiokhia, dan Gereja Ortodok Suriah.
Seluruh masyarakat dunia perlu "duduk bersama dan mulai pembicaraan damai, menyelesaikan resolusi bukannya dengan perang, ini tak ada habisnya. Itulah pesan saya," kata Uskup Nicholas Ozon, pelayan di Gereja Kristen Ortodok Antiokhia Keuskupan Agung Amerika Utara, yang berpusat di Damaskus, kepada RIA Novosti.
Presiden AS Barack Obama pada Jumat (30/8) mengatakan ia sedang mempertimbangkan serangan "terbatas" di Suriah. Sedangkan Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan dalam sebuah pidato pada hari yang sama bahwa ada bukti "jelas" pemerintah Suriah telah melakukan serangan gas beracun terhadap warganya sendiri. Sementara menurut laporan PBB, lebih dari 100.000 orang telah tewas.
Bulan April lalu Uskup Agung Ortodok Suriah Aleppo dan Uskup Agung Ortodok Yunani diculik oleh orang tak dikenal di Suriah. Hingga kini keberadaan mereka masih belum diketahui. Sekitar dua minggu yang lalu, orang-orang bersenjata tak dikenal membunuh sekelompok orang Kristen di Suriah tengah, seperti dilaporkan oleh Associated Press.
Uskup Nicholas mengatakan ada sekitar tiga juta orang kristen yang tinggal di Suriah pada awal konflik, tetapi sekarang banyak yang melarikan diri minta perlindungan ke Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan Rusia. Dia mengatakan dia berharap mereka akan kembali ketika konflik itu berakhir.
Pada bulan Juli, perwakilan dari Gereja Ortodok dunia berkumpul di Moskow untuk perayaan ulang tahun 1025 kristenisasi di Rus Kiev, sebuah negara abad pertengahan yang terdiri dari sebagian bagian Rusia sekarang, Ukraina dan Belarus. Mereka mengeluarkan pernyataan bersama berfokus pada posisi Kristen di Timur Tengah, terutama mengenai penganiayaan orang kristen dan menyerukan moratorium aksi militer di Suriah.
Dewan Keamanan PBB sejauh ini tidak memiliki kewenangan dari setiap intervensi militer dalam krisis Suriah. Moskow, bersama dengan Beijing, sebelumnya telah memveto tiga resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad. Rusia telah mendesak semua pihak dalam konflik untuk menggunakan cara diplomatik untuk mengatasinya.
Rusia sebagai sekutu Suriah mempunyai peran paling penting selama perang saudara. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan perlu menunggu sampai ahli PBB selesai melakukan penyelidikan mereka, menjadi klaim bahwa senjata kimia telah digunakan di Suriah sebelum mempertimbangkan tindakan militer. (rianovosti.com)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...